CHAPTER 34

247 42 97
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiya menatap Jisa yang terdiam nelangsa di kursi taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiya menatap Jisa yang terdiam nelangsa di kursi taman. Bocah kirana itu bervibrasi minim dengan tangan merangkumi boneka penguin besar yang dihadiahkan Taehyung dulu saat awal-awal bertemu. Jiya yang sebenarnya baru pulang dari gedung Esclaire & Glitz sesegera mungkin keluar dari radas transportasi dan mendekati Jisa yang kelihatan melankolis.

Bagaimana, ya. Jiya memang pernah mendetonasikan kebencian pada Jisa saat pikirannya dipenuhi rasa benci pada Taehyung yang selalu Jiya tuduh telah meninggalkan Jiya. Situasinya beda sekarang, Jiya sudah dapat realitas konkret bahwa Taehyung memang tidak meninggalkannya. Lagipula Jiya pribadi sudah mengevaluasi diri supaya tidak terlalu terbawa suasana atas fragmen lampau dan mengorbankan harsa futur. Finalnya, Jiya sudah murni mencintai Jisa lagi meskipun sialnya papa durjana itu betulan meninggalkannya sekarang.

Terserah, deh. Jiya tidak akan mempermasalahkan pilihan Taehyung yang murni meninggalkannya. Jiya bisa kembali ke visi semula untuk hidup tanpa laki-laki. Sudah dibilang, manusia tolol seperti Jiya tidak cocok bertemu dengan cinta. Tetapi untuk urusan Jisa, Jiya tidak terima. Taehyung yang sejak awal mengaku-ngaku sebagai papa dengan diktum nyentrik tanpa aba-aba di depan rumah, “Jisa, ini papa!”. Lalu sekarang dia melupakan jati dirinya sebagai papa Jisa, kah?

Impresif.

Kenya kirana itu duduk diam-diam di samping Jisa yang refleks menatapnya. Sementara waktu, saat Jisa melamun lantaran belum mau memberi reaksi lebih, Jiya secara otomatis membawa Jisa untuk duduk berpangku padanya. Dengan subtil Jiya merapihkan anak-anak surai Jisa yang berlarian tidak jelas sebab dihantam anila.

"Kenapa sedih?"

"Sudah lima hari papa tidak menemui Jisa. Apa Jisa punya salah?"

Jiya terkena turbulensi. Tidak murni, lantaran hatinya tengah memublikasikan berjuta-juta vokabulari kotor untuk si bejad-keparat-durjana itu. Jiya masih heran mengapa Taehyung melakukan hal setolol ini. Jika memang pria itu menyerah dengan relasinya dengan Jiya dan tidak ingin kontinyu membuat lini fragmen manis dan romantis, harusnya Taehyung jangan ikut membawa Jisa menjadi korban. Lantas apakah Taehyung tengah membalas dendam dengan menjadikan Jisa sebagai korban seperti yang dilakukan Jiya sebelumnya?

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang