Satria sudah sampai dirumahnya beberapa menit yang lalu. Ia pulang lebih awal karena ia dan temannya lebih memilih membolos saja. Selang beberapa lama orang yang Satria tunggu akhirnya datang juga.
"Assalamualaikum." salam Maya.
"Waalaikumsalam, duduk." Perintah Satria terdengar begitu dingin.
"Kenapa Bang?" tanya Maya setelah ia duduk di sebelah Satria.
"Tadi kenapa?"
Pertanyaan Satria sungguh membuat Maya ingin lari ke kamar saja.
"Ngga kenapa-kenapa kok bang?" jawab Maya berbohong.
"Bohong."
"Beneran bang."
"Tadi di bully kan? Kenapa?"
"A-abang tau d-dari mana?" tanya Maya gugup.
"Aidan."
"Maaf bang Maya ga cerita tapi tadi pertama kalinya kok Maya di bully." sekali lagi Maya sudah berbohong.
"Bener?"
"Iya bang bener." ucap Maya meyakinkan.
"Yauda kamu ke atas sana jangan lupa istirahat." Nada bicara Satria pun mulai melembut.
"Iya bang, em bang ayah sama bunda ga pulang lagi?"
"Udah lah gausa ditanyain sana masuk." Jawab Satria yang jengah kepada adiknya itu.
Orang tuanya terlalu kasar kepada Maya. Ia melihat dengan mata kepalanya bagaimana kedua orang tua mereka membentak Maya dengan bahasa yang sangat kasar. Namun mengapa anak itu malah selalu menanyakan kedua orang tuanya?.
Setelah sampai di kamarnya Maya pun melempar tasnya asal dan menjatuhkan tubuhnya di kasur. Dikamar yang di dominasi dengan warna hitam,abu abu,dan putih terlihat Maya yang sedang menatap langit-langit kamarnya.
Selang beberapa saat Maya terdiam terdengar ketokan pintu.
"Non mari makan siang dulu." Dia adalah pembantu dirumah itu yang selalu menyaksikan kekerasan orang tuanya terhadap Maya.
"Iya bentar, Bi. Maya mau mandi dulu." Setelah mendengar jawaban Maya Bi Sumi pun turun lagi kebawah.
Maya pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun,saat ia bercermin darah segar mengalir dari hidungnya dengan cepat ia mengambil tisu dan menghapusnya.
"Keluar lagi." Memang benar darah itu sering keluar dari hidungnya.
Maya pun dengan cepat membersihkan diri nya lalu berganti pakaian. Ia mengenakan celana trening hitam dan kaos hijau lumut. Lalu ia pun turun ke bawah.
Disana sudah ada satria yang menunggu di meja makan.
"Maya lama ya bang?"
"Ngga kok, sini makan."
Setelah itu mereka pun makan tanpa adanya pembicaraan. Maya terlebih dulu menyelesaikan makanannya disusul dengan Satria. Maya pun membawa piring piring kotor itu pun ke dapur.
"Aduh non biar bibi aja ya yang nyuci piring nya."
"Udah gapapa, bi. Biar Maya aja."
Bi Sumi pun tak bisa membantah ucapan Maya. Setelah itu Maya membersihkan piring-piring kotor itu dan menatanya.
"Bi, Maya udah selesai sekarang Maya ke abang ya."
"Iya non."
Maya pun berjalan menuju ruang tamu. Terlihat Satria yang sedang memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Luka & Aku Bisa
Teen FictionTantangan Menulis Bersama Anggara Reswara Literation Nama Peserta: AnggunFariyanti Tema: Bullying "Selalu mengerti tanpa dimengerti" Penggalan satu kalimat cocok untuk kehidupan Maya. Dimana ia hanya memiliki kakanya untuk bersandar,tak menutup kemu...