"Sepertinya dia masih marah padaku," gumam (Name) dari balik pintu kamar setelah menidurkan Ryota.
Dengan langkah perlahan (Name) menghampiri Kageyama yang sibuk dengan handphonenya. Dengan rasa takut dia duduk di samping suaminya itu. Jelas sekali Kageyama mengacuhkannya.
"Tobio-kun, aku minta maaf," ucap (Name) dengan nada pelan sembari menatap Kageyama.
Tak ada respon.
"Ini udah empat hari kau mendiamiku. Waktu itu aku gak tau kalau dia akan memelukku, setelah itu aku langsung berusaha melepaskannya. Tapi kau tiba-tiba datang. Semua itu hanya kesalahpahaman aja. Kami sudah gak berkomunikasi lagi, dia akhirnya menyerah," jelas (Name).
Berulang kali (Name) menjelaskan seperti itu, tapi pria itu tidak mau mendengarkan.
"Hey, aku bicara denganmu."
Suaranya bergetar, jujur saja (Name) paling benci kesalahpahaman, karena hal seperti itu dapat menghancurkan apapun dengan mudah.
"Tobio-kun, jangan diam aja!" kata (Name) yang hampir menangis.
"Aku ingin meluruskan masalah ini. Please, udahan diami aku. A-aku capek," lanjutnya yang tidak dapat menahan tangisnya.
(Name) mengusap air matanya yang mengalir di pipi, dia berusaha tidak ingin terlihat seperti wanita lemah. Ini memang salahnya. Wajar jika Kageyama marah padanya. Wanita itu menunduk, tak sanggup melihat Kageyama.
Wanita itu mengusap air matanya lagi, "Kau ingat, waktu itu kau memberiku satu permintaan dan kau akan mengabulkannya. Aku ingin menggunakan permintaan itu sekarang."
Kageyama menghela napas kasar. Mendengarnya membuat (Name) mengeratkan telapak tangan yang mencengkram bajunya. Dia tau ini bukanlah masalah kecil.
"Aku ingin ... kau dan aku tetap bersama hingga tua nanti, dengan adanya cinta diantara kita. Membangun keluarga kecil kita bersama," ucap (Name) terisak.
"Kau harus mengabulkannya. Tidak ada penolakan."
Kageyama membeku sejenak.
"Hanya itu?"
Akhirnya suara berat itu muncul juga. Perlahan (Name) mengangkat kepalanya menatap Kageyama yang menaruh handphonenya.
"Iya," gumamnya.
Kageyama menghela napas panjang.
"Kalau aku tidak mau mengabulkannya bagaimana?" tanya Kageyama dengan suara dingin.
Mata (Name) terbelalak, hatinya tiba-tiba berdegup kencang. Terbesit dipikirannya tentang perceraian. Lagi-lagi dia menangis. Apa maksud pria itu?
Isakan wanita itu makin menjadi-jadi. Namun, tak lama (Name) merasakan sebuah tangan meraihnya dan memeluknya dengan sangat erat. Mengelus rambut (Name), menenggelamkan wajahnya pada dada bidangnya.
"Aku hanya bercanda. Tentu saja aku akan mengabulkannya, karena aku mencintaimu seumur hidupku."
Jantung (Name) rasanya ingin melompat keluar saking takutnya. Dia mengira pria itu berbicara dengan sungguh-sungguh. Belum lagi pikiran negatif yang tak terelakan saat mendengarnya.
(Name) langsung menumpahkan seluruh rasa bersalah, kesal, dan amarah saat itu juga. Tangannya dengan erat memeluk tubuh Kageyama.
Kageyama berusaha menenangkan istrinya. "Ssttt ssttt, honey. Tenang ya."
"Kau memaafkanku?" lirih (Name) tanpa mengangkat wajahnya.
"Iya. Tapi aku mau kalau ada masalah seperti ini, kau harus jujur padaku. Apapun masalah yang kau punya, aku ingin kau berbagi juga denganku, begitu pun aku. Karena aku adalah suamimu," tuturnya dengan lembut sembari mengelus punggung (Name).
(Name) mengangguk dalam tangisnya, "Iya, maafin aku."
"Maafin aku juga, karena mendiamimu. Aku sadar aku masih belum baik dalam menghadapi masalah seperti ini. Maka dari itu, aku ingin terus belajar untuk menjadi lebih baik. Supaya bisa membimbing kau dan juga anak-anak kita nanti."
(Name) semakin terisak. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, selain kata 'maaf'.
"Sstt, kau cengeng sekali."
Sedetik, (Name) tertawa di sela tangisnya, dan dia memukul punggung Kageyama. Kageyama terkekeh.
"Udah jangan nangis. Aku gak akan pergi darimu, honey."
Kageyama melonggarkan pelukannya, mengusap air mata (Name) dari mata sembabnya.
"Temani aku sampai tua nanti ya, honey?" ujar Kageyama lembut.
(Name) mengangguk. Kageyama tersenyum manis. Dikecupnya dahi (Name), lalu ke mata, hidung dan berakhir di bibir.
Keduanya terkekeh. Mereka sadar, di waktu mendatang pasti akan ada masalah lain yang akan menerpa pernikahan mereka. Mereka harus lebih dewasa dalam menghadapi masalah tersebut.
"Kau jelek," ujar Kageyama.
(Name) mendengus, "Kau juga."
***
End
#skrind🦊

KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Kageyama Tobio X Reader
Fanfic(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -kageyama tobio x reader- Complete : 14 Juni 2021