Criminal

466 48 8
                                    

Ia terus mengacu kakinya untuk melangkah lebih cepat, berusaha sekuat mungkin menjauh dari beberapa orang yang mengejarnya di belakang sana. Lengan kanannya memeluk erat sebuah tas berisi jutaan uang, sementara lengan kirinya berusaha mempertahankan masker dan tudung hoodie-nya agar tak mengekspose wajahnya.

"Sial!" umpatnya saat ia mendapati sebuah tembok besar menutup jalanan yang sedang ia lewati. Ia menoleh ke belakang dan menemukan orang-orang yang mengejarnya kini semakin dekat.

Tidak ada pilihan lain, ia harus melompati tembok itu agar bisa lolos dari kejaran. Jika tidak, mungkin ia akan dipukuli dan dibawa ke kantor polisi karena sudah mencuri di sebuah minimarket.

Ia langsung melempar tasnya begitu saja, lalu berusaha melompat setinggi mungkin agar telapaknya mampu menyentuh ujung tembok tinggi itu. Berhasil, ia berterima kasih pada tubuhnya yang tinggi selagi mulai mengangkat tubuhnya dan duduk di atas tembok.

Ia melihat ke arah orang-orang yang kini semakin semangat mengejarnya. Mengedipkan matanya menggoda, lalu melambaikan tangannya sebelum melompat turun.

"Huh, good job, Jun."

Jun, Wen Junhui. Seorang anak yatim-piatu yang akhirnya dibuang dari panti asuhan karena umurnya yang sudah dewasa. Dua puluh lima tahun, tentu di usia itu ia sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Ya, mungkin.

Nyatanya, Junhui tidak merasa seperti itu. Sejak dirinya keluar dari panti asuhan, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya mencuri. Mau bagaimana lagi, ia tidak mempunyai latar belakang yang menguntungkan untuk dapat bekerja dengan baik. Meskipun dia pintar, tak ada yang akan melihatnya karena ia tak memiliki apapun.

Dunia tidak sebaik itu, maka Junhui juga tak perlu berlagak baik untuknya.

"Loh tasnya mana?" tanyanya kebingungan saat ia tak menemukan tas miliknya di tempat ia melemparkannya. Sial, apa mungkin ada yang mencurinya?

Junhui terus mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencoba mencari di mana tasnya hingga lupa jika ia tengah dikejar masa. Ia hampir tertangkap karena tak menyadari jika di atasnya, seorang warga tengah bersiap turun. Hingga lengannya tiba-tiba ditarik.

Ia diajak pergi oleh seorang dengan hoodie hitam yang kebesaran di tubuhnya, masker hitam, dan tak lupa sebuah kacamata. Junhui terkejut, ia hampir melepaskan cekalan itu jika dirinya tak mendengar suara teriakan warga di belakangnya.

"Ke sini!" Orang itu berseru, mengarahkan Junhui agar segera berbelok ke sebuah gang kecil. Mereka berhenti di dekat sebuah bak sampah besar. Orang itu langsung membukanya, melemparkan tas milik Junhui, sebelum akhirnya menarik Junhui untuk masuk ke bak sampah itu.

Sungguh, ini bau. Masker yang digunakannya tak mampu untuk menahan aroma sampahnya. Ia ingin muntah, namun mulutnya lebih dulu dibekap oleh telapak kecil itu.

Junhui terkejut. Ini jari seorang wanita? Tidak mungkin, jangan bilang jika yang menolongnya adalah seorang wanita?

"Lo--"

"Shhh! Mereka ada di depan, jangan berisik!" Wanita itu berbisik. Sekarang Junhui bisa dengan jelas menyadari betapa lembutnya suara wanita itu.

Langkah-langkah kaki yang tadinya terasa sangat dekat kini telah jauh. Junhui sedikit bernapas lega, ia melirik wanita yang menolongnya yang tengah sibuk mengamati suasana di luar melalui lubang kecil di bak sampah.

"Mereka udah pergi. Kita bisa keluar sekarang. Ini tas lo."

Benar saja. Orang-orang itu sudah tak ada di sekitar mereka, entah ke mana mereka pergi, Junhui tak peduli. Yang penting kini dirinya selamat, dengan tas penuh uangnya yang berada di gendongannya.

The 8 of JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang