Part 43 = Membujuk

6.7K 936 162
                                    

HAI-HAI SEMUANYA AKU KEMBALI UP!!

AKU BERSYUKUR BANGET YANG BACA DI REBUTIN DOSEN SEMAKIN BANYAK. BAHKAN ANTUSIAS BANGET SAMA CERITA ABSURD INI.

DULU AKU NYARIS MENYERAH BUAT NULIS CERITA INI KARENA YANG BACA ITU NGGAK SAMPAI 10 ORANG. TAPI, BERKAT DUKUNGAN ORANG-ORANG DI SEKITARKU AKU TERUS MELANJUTKANNYA. TANPA DI SANGKA SEKARANG UDAH MULAI BANYAK YANG BACA CERITAKU. JADI TERHURA EH TERHARU AKU TUH.

OK DEH SEGITU DULU CURHATAN AKU. KALAU ADA YANG TYPO MOHON MAAF









💜HAPPY READING💜





















Saat ini Monica, Pandu, Rama, Vania, dan Widia tengah berjalan menuju kamar Yuda. Ketika mereka sampai di kamar Yuda, mereka dibuat terkejut. Pasalnya Yuda kini tengah disuapi oleh seorang wanita yang membuat mereka melongo. Sementara Yuda dan wanita yang tak lain adalah Mita menatap orang di depan mereka dengan tatapan aneh.

"Lo semua ngapain mangap? Jangan sampai kamar ini terbentuk sungai dari iler lo semua," ucap Yuda yang membuat mereka tersadar. Dengan cepat Rama pun melangkah dan langsung memukul bahu Yuda yang membuat si empunya mendelik.

"Lo apa-apain sih, Ram? Datang-datang bukannya bawa buah-buahan tapi malah mukul. Gue baru siuman ini, masih lemah tenaga gue," ucap Yuda jengkel.

"Gue tau lo jomblo, Yud. Tetapi nggak gini juga kali," ucap Rama yang membuat kening Yuda menyerit.

"Yud, gue tau kok lo akan sulit bersama Ava. Tetapi, kalau lo belok ke tante-tante itu salah, Yud," sambung Monica yang membuat Yuda terkejut dan langsung menatap Monica dan Rama tajam.

"Bener tuh, Yud. Gue aja mainannya gadis yang masih segelan. Belum berani sama udah berpengalaman. Lah elo, jomblo karatan langsung sama yang berpengalaman. Gue sebagai playboy merasa terkalahkan," ucap Asis yang membuat Yuda memutar mata malas.

"Lo bertiga mau ngomong sama kaya mereka? Siap-siap aja lo bertiga gue dorong dari jendela kamar ini," ancam Yuda pada Pandu, Vania, dan Widia yang membuat ketiganya bergidik ngeri.

"Beginilah kalau kerjaannya tiap hari makan micin. Jadi, pikirannya nggak pernah berkembang," ucap Yuda menunjuk Asis, Monica, dan Rama yang membuat ketiganya mendelik.

"Harusnya lo tanya dulu ini wanita siapa. Jangan langsung main ambil kesimpulan sendiri. Suka banget cari perkara lo bertiga," omel Yuda yang membuat ketiganya terdiam.

"Sudah-sudah. Kalian duduk dulu. Kasihan kakinya pegal," ucap Mita yang membuat mereka langsung duduk di sofa.

"Yud, kenapa bisa lo ditikam orang?" tanya Pandu.

"Awalnya gue kejar dia karena dia mau bunuh Ava. Pas gue mau tangkap, dia langsung tikam gue. Gue pun nggak sadar kalau dia bawa pisau dan gue pun nggak sempat menghindar. Untung ada Pak David yang nolongin," ucap Yuda yang membuat mereka terkejut.

"Saya rasa orang itu ada disekitar kalian," celetuk Mita yang membuat mereka berpikir dan tak lama mereka langsung menatap Vania dan Widia dengan tatapan curiga. Merasa dicurigai, Vania dan Widia pun menghela napas.

"Gue memang nggak suka sama Ava. Tetapi, bukan berarti gue pelakunya. Akal gue masih sehat untuk tidak membunuh orang," ucap Vania.

"Ya kita 'kan curiga karena lo berdua sama Ratu adalah orang yang membenci Ava," ucap Monica.

"Gue dekat sama Ratu karena ada alasannya," ucap Widia yang membuat semuanya memandang Widia.

"Alasannya apa?" tanya semuanya yang membuat Widia terdiam dan menarik napas pelan.

"Gue mau cari bukti," jawab Widia.

"Bukti apa?" tanya Yuda.

"Bukti tentang Om Aslan yang membuat perusahaan bokap gue bangkrut beberapa tahun lalu."

***

Sementara di kamar Ava, kini tengah heboh. Pasalnya Ava yang menolak makan dan minum karena ia ingin memakan mie instan. Rudy saja sudah dibuat pusing dengan tingkah Ava yang kelewat langka. Bagaimana tidak, baru sadar langsung meminta mie instan. Hanya Ava yang seperti itu di dunia ini. Begitu pun dengan David dan Gavin yang juga menyerah membujuk Ava makan. Malik yang sedari tadi diam pun jengah melihat Ava yang begitu keras kepala. Akhirnya ia pun mengambil paksa mangkok dari Gavin dan langsung duduk di brankar Ava yang membuat Ava terkejut.

"Makan!" perintah Malik. Namun Ava hanya menatapnya datar.

"Makan Ava!" perintah Malik untuk kedua kalinya.

"Kenapa anda memaksa?" tanya Ava dingin.

"Karena saya ingin kamu cepat sembuh," jawab Malik.

"Kenapa anda ingin saya cepat sembuh?" tanya Ava. Perlahan Malik memajukan wajahnya yang membuat Ava memundurkan wajahnya.

"Karena saya rindu suara mahasiswi yang dengan entengnya mengusir saya dari kelas dan mengatakan otak saya nyaris kosong," ucap Malik yang membuat Ava langsung menatap mata Malik. Keduanya pun larut dalam tatapan itu. Hingga tiba-tiba Rudy menarik rambut Malik yang membuat si empunya terkejut.

"Kenapa, sih, Om? Om kira kepala saya rumput liar?" tanya Malik kesal.

"Kamu tadi ngapain maju-majuin muka kamu ke Ava? Kamu mau mesum sama Ava?" tanya Rudy kesal yang membuat Malik mendelik.

"Om jangan menyebar hoax yah," ucap Malik kesal.

"Itu fakta kali, Lik. Gue juga lihat kok lo majuin muka lo ke Ava," ucap Gavin kesal.

"Emang kalau gue majuin muka gue ke Ava emang kenapa?" tanya Malik polos.

"Itu sama aja lo mau cium dia," ucap David dan Gavin bersamaan. Ava yang menonton perdebatan itu hanya menatap datar.

"Siapa bilang gue mau cium dia. Gue majuin muka gue karena di matanya Ava ada beleknya," sontak semua yang mendengar ucapan Malik melongo. Begitu juga dengan Ava yang menatap Malik tajam.

"Mending anda keluar sekarang. Di sini anda merusak pemandangan saya," ucap Ava dingin yang membuat Malik melongo. Sementara David, Gavin, dan Rudy sudah tertawa keras.

"Kalian juga keluar! Suara kalian menganggu pendengaran saya," usir Ava pada David dan Gavin yang membuat keduanya menghentikan tawanya. Rudy yang melihat itu hanya tertawa kecil dan menghela napas pelan. Ia kembali teringat dengan almarhum sang Kakak, ia pun bergumam.

"Perasaan dulu Wildan nggak gini-gini amat sifatnya."

BERSAMBUNG. . .

UDAH ITU NGGAK GANTUNG LOH YAH BAGIKU HEHEHE.

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN YANG BUAANNYAAK

RAMEIN SAMPAI 155 K BIAR AKU BISA CEPAT-CEPAT UP

TERIMA GAJAH

08 JUNI 2021

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang