"Soonyoung, aku harus pulang..""Kita sudah di rumah, Hoon. Pulang kemana lagi?"
"Pulang ke rumahku.."
Soonyoung yang mengetahui maksud pernyataan Jihoon pun hanya menahan tangisnya. Ia hanya bisa meremat erat Jihoon yang terbaring lemah di pelukannya.
"Ini di rumah kita, sayang. Jangan ya, di sini saja?"
Jawab Soonyoung dengan mengelus lembut surai Jihoon yang lama kelamaan telah memutih, menandakan waktunya sudah tak lama lagi."Kamu tega meninggalkan ku?" Lanjutnya dengan mengecup dahi Jihoon.
Jihoon yang mendengar pun hanya bisa tersenyum, membalas rematan tangan Soonyoung yang semakin erat menggenggamnya.
"Nanti aku kesini lagi, Soonyoung.." jawab Jihoon dengan suara kecilnya.
"Kamu jangan khawatir, di kehidupan selanjutnya aku akan kembali.. waktu-ku sudah tak banyak.." lanjutnya.
"Bisakah kita hidup di dunia ini lebih lama lagi, Hoon? Aku sungguh tidak ingin berpisah denganmu." Jawab Soonyoung diikuti dengan suara tangisnya yang tidak lagi bisa ia tahan.
"Soonyoung, aku akan kembali di dekapanmu." Sahut Jihoon dengan menatap wajah sang dominan, intens.
"Aku tidak benar-benar meninggalkanmu, Soonyoung.."
"Aku hanya menyembuhkan diriku, menguatkan diriku agar bisa terus bersamamu nantinya. Tidak sakit-sakitan seperti ini lagi," lanjut Jihoon dengan napasnya yang semakin memberat.
"Aku akan selalu disekitarmu, panggil aku jika kamu lelah atau merasa tidak mampu bertahan. Aku akan datang walaupun hanya lewat mimpi, Soonyoung..."
Jawab Jihoon dengan senyuman manisnya seraya mengelus lembut pipi sang dominan.Soonyoung yang mendengar jawaban itu pun hanya bisa menangis tersedu-sedu di bahu sang kekasih. Melihat bagian bawah tubuh Jihoon yang lama kelamaan semakin hilang pun membuat Soonyoung tidak bisa menghentikan tangisannya dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Jihoon, berjanjilah kamu akan datang lagi dengan dirimu yang baru dan sehat kembali. Jangan lupakan aku, aku sangat menyayangimu. Ku mohon kembalilah secepat mungkin, ya?" Lirih Soonyoung seraya mengecup seluruh wajah Jihoon dengan lembut dan menghirup aroma tubuh Jihoon sebagai hadiah terakhir yang bisa ia ingat nantinya.
Jihoon yang mendengar itu pun hanya bisa membalas pelukan sang dominan dan menghirup aroma tubuh Soonyoung sebagai pengingat ketika dirinya kembali ke bumi.
"Soonyoung, hiduplah dengan bahagia selagi aku tidak ada. Hiduplah sehat, jangan terlalu sering membeli makanan instan, dan lakukan hal yang paling kamu sukai. Jangan lupa tersenyum, ya? Aku suka senyummu, Soonyoung." Lirih Jihoon dengan tubuhnya yang semakin lama semakin menghilang.
"Aku mempunyai hadiah untukmu, Soonyoung." Lanjut Jihoon yang masih menatap sang dominan.
"Ingat padang ilalang saat kamu menemukan aku?" Tanya Jihoon dengan lembut.
Mendengar pertanyaan itu pun Soonyoung menganggukkan kepalanya, "Ingat, Hoon. Aku masih ingat semuanya."
Mendengar hal itu pun, Jihoon tersenyum dan melanjutkan kalimat yang masih tertahan sedari tadi. "Datanglah ke padang ilalang itu seperti awal kamu menemukan aku, ya? Aku menyimpan hadiahmu di sana dan dijaga oleh dua kelinci putih. Bukalah disana agar aku bisa melihatmu."
Lirih Jihoon dengan suara yang semakin lemah."B-baiklah, a-aku akan kesana, Hoon." Jawab Soonyoung yang terbata-bata karena tersedak oleh tangisannya yang semakin deras.
Jihoon yang melihat itupun langsung tersenyum, "jangan menangis.." sahutnya dengan mengusap luruhan air mata Soonyoung.
"T-tidak, aku tidak akan menangis." Jawab Soonyoung dengan menangkup tangan dingin Jihoon.
"Peluk aku Soonyoung, aku kedinginan..." Lirih Jihoon dengan kedua mata indahnya yang semakin menutup.
"Iya sayang, aku memelukmu. Tidurlah, aku akan memelukmu sampai kamu tiba."
Jihoon tersenyum kecil di pelukan sang dominan, meremat lemah pakaian yang digunakan Soonyoung. "Terima kasih, Soonyoung.. aku mengantuk.."
"Tidurlah sayang, aku disampingmu." Jawab Soonyoung dengan mengecup dahi Jihoon untuk terakhir kalinya.
Soonyoung yang merasakan sebagian tubuh Jihoon semakin hilang hanya bisa memeluk erat. Memberikan kesan hangat untuk terakhir kalinya.
"Soonyoung, aku pulang.. sampai bertemu kembali, Soonyoung.." lirih Jihoon diikuti dengan luruhnya seluruh tubuh mungilnya secara sempurna. Membuat perasaan hampa nan dingin pada diri Soonyoung.
Soonyoung menangis kencang.
Sakit.
Hampa.
Kosong.
Itulah seluruh perasaan yang Soonyoung rasakan saat ini.
Tak bisa merasakan hangat tubuh Jihoon-nya lagi.
Tak bisa mendengar suara manis Jihoon-nya lagi ketika memanggilnya.
Tak bisa mendengar lantunan suara Jihoon-nya lagi ketika ia sedang bernyanyi dan tertawa.
Tak bisa menghirup harum manis tubuh Jihoon-nya lagi.
Luruh.
Semuanya luruh menjadi satu. Meninggalkan Soonyoung sendirian. Di dalam ruang kosong bernama waktu. Hanya memori kecil yang tersimpan pada otaknya sebagai pengingat bahwa Jihoon-nya akan kembali lagi.
Soonyoung semakin meraung kala mengingat pesan terkahir Jihoon. Menjambak rambutnya sebagai pelampiasan atas kesakitan dan tak berdayanya ketika kehilangan separuh jiwanya.
Mengapa harus bertemu jika dipisahkan secara paksa?
Mengapa harus bertemu jika akhirnya merasakan kehilangan?
Soonyoung yang kalut lantas menjatuhkan dirinya pada dinginnya lantai. Melupakan sejenak apa yang terjadi. Membiarkan dirinya meratapi kehilangan sang kekasih. Memeluk dirinya sendiri yang masih menyimpan harum tubuh Jihoon akibat memeluknya terlalu erat.
Besok. Ia harus kembali ke padang ilalang untuk mengambil hadiah yang diberikan sang kekasih.
Untuk sekarang, biarkan dirinya melemah bersama ingatan terakhirnya bersama sang kekasih.
Tenggelam pada ingatan-ingatan bahagia yang membuat dirinya tenggelam pada jurang kegelapan.
Meninggalkan kesunyian dan kehampaan pada kamar miliknya-bersama Jihoon.
Why did we end it?
Don't want to believe it
The only way I could
Remember that you were once mine
-소라, 070621-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mnemosyne
FantasyIngatlah aku selalu, tunggu aku Soonyoung. Jangan lupakan aku, ya? Aku akan kembali dengan diriku yang baru.