-Cup 23-

309 83 50
                                    

Pada akhirnya patahan tulang rusuk akan kembali pada sambungannya

_

"Tolong jangan kecewakan nona Sohyun, tuan."

Seokjin melirik ke arah gadis yang duduk di seberangnya tengah asyik menikmati makan malam yang terhidang. Begitu cantik, sedikit dia sesali banyaknya waktu terlewati untuk mengaguminya. Bersamaan ingatan pesan yang Mingyu sampaikan tempo hari, saat mengajaknya bertemu empat mata. Menceritakan segala hal tak terduga yang dia tidak sangka.

"Apa dengan memandangnya kau bisa kenyang?"

Salah tingkah Seokjin pura-pura batuk dan meraih gelas air di sisi kirinya saat sang ibu menyindir. Ketahuan terus mengawasi Sohyun.

Irene bahkan tertawa kecil dengan jail menyenggol lengan sang adik.

"Ugh,lihat dia terus memperhatikanmu.."

"Diamlah kak," desis Sohyun yang juga jadi salah tingkah karena terus di awasi.

Dia masih belum melupakan pujian pertama yang pria itu ucapkan beberapa menit lalu.

"Apa sekarang kau sudah  berniat mengencani,Sohyun?"

Di tembak begitu saja oleh sang ibu dengan pertanyaan sensitif cukup membuatnya terkejut.

"Ibu.."

"Apa? Aku kan hanya bertanya. Lagipula ku dengar akhir-akhir ini katanya kalian sering menghabiskan waktu bersama ya?"

"Ibu dengar dari siapa?" Tanya Taehyung penasaran mewakili sang kakak.

Sementara tidak mereka ketahui tiba-tiba pipi Sohyun terasa panas bersemu merah mendengar kata 'menghabiskan waktu bersama' tidak tau apa yang para orang tua pikirkan. Mengingat,mereka selalu saja tanpa sengaja terjebak romansa di apartement Yoongi dengan kejadian tak terduga.

Paling diingat. Adalah, saat mereka tidur bersama dan Jin yang menciumnya di depan pintu hingga ketahuan sang pemilik tempat.

"Ya,nona. Apa yang kau pikirkan hingga wajahmu semerah tomat?

Sohyun terkesiap dengan cepat menangkup pipinya sendiri dengan kedua bola mata membesar.

"Tidak,a-aku tidak memikirkan apapun."

"Yang benar..,bukan..,karena memikirkan soal kak Jin ya?''

Goda Taehyung semakin jadi. Ia bahkan menyenggol lengan Seokjin juga. Membuat pria itu berdecak sinis.

"Apa sih?!"

Saat itu juga acara makan malam semakin ramai dengan hiasan tawa di sela obrolan mereka. Usai habis-habisan menggoda pria dan gadis yang saat itu sedang ketara sekali aura kasmarannya.

--

"Kenapa kau diam saja?"

Di bangku taman depan rumah yang terletak di atas rumput hias duduk bersama. Seokjin memulai percakapan mereka setelah makan malam selesai. Meninggalkan yang lain dengan obrolan mereka sendiri.

"Entahlah,aku hanya belum terbiasa."

"Karena kita yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertengkar.''

"Aku yang sibuk marah-marah sendiri hanya karena rasa cemburu,he..he.."

Tangan kanan Seokjin terulur merangkul bahu mungil Sohyun membawa gadis itu lebih dekat dalam rengkuhan.

"Harusnya kau jujur sejak awal."

"Pasti kita tidak akan mengalami proses berat itu,kan?" Tanya Jin menurunkan tatapan pada manik Sohyun yang menoleh lihat wajahnya.

"Ku pikir,aku saat itu sudah melupakanmu. Kau tau kan bagaimana terlukanya aku saat melihatmu dekat dengan Jisoo? Sementara saat itu,kau dan kakakku bahkan terlihat sudah memiliki masa depan yang bagus untuk hubungan kalian. Bagaimana aku merusaknya begitu saja?"

"Ku pikir itu kau,"

"Namun nyatanya bukan. Itu Johyun dan aku Sohyun.''

Tragedi nasi goreng itu sedang mereka bahas lagi.

"Berarti harusnya aku jatuh cintanya padamu?"

"Entahlah.."

"Seharusnya mungkin kau sudah jadi istriku."

"Pasti menyenangkan sekali.."

"Oh ya,memangnya kau mau?"

"Mau apa?"

"Be my wife," seketika membuat sohyun terdiam.

Dalam hati,"apa barusan dia melamarku?"

Melihat kediaman gadis dalam rengkuhannya justru membuatnya gemas. Seokjin pun semakin mengeratkan rangkulannya menekan tubuh Sohyun menempel hingga kepala gadis itu menyandar pada bahu lebarnya.

"Ya, kenapa terus diam lagi? Kau tidak mau menjawabnya?"

Sohyun membalas rangkulan itu dengan salah satu tangan melingkari pinggang Seokjin. Kepalanya yang menyandar mengarah ke depan. Kedua bola matanya menatap tanaman hias yang tersorot lampu taman.

"Aku ingin menjawab 'iya' tapi aku takut itu tidak serius."

"Kalau memang aku serius bagaimana?"

"Buktikan lah.."

Seokjin melepas rangkulannya dan Sohyun mulai menegakan kembali posisi duduknya. Kini keduanya saling bertatapan.

"kau mau bukti?''

Sohyun mengangguk.

Seokjin mengawati wajah cantik di hadapannya kini. Meyakinkan dalam hatinya,jika memang ini saatnya dia meletakan cinta pada sosok yang seharusnya. Dengan lembut ibu jari tangan kanannya membelai pipi halusnya,sebelum telapaknya bergerak ke arah tengkuk dan menarik wajah itu lebih dekat. Dengan lembut menaruh bibirnya pada benda kenyal berbalur lipbalm rasa Strawberry yang langsung bisa dia rasakan saat perlahan mulai menyesapnya. Membuat sepasang kelopak Sohyun otomatis menutup.

Di intip dari depan pintu yang lainnya. Mereka saling berpangut di bawah sinar rembulan menyalurkan rasa masing-masing.

Sampai Sohyun harus menepuk dada Seokjin, meminta pria itu menyudahi ciuman itu. Sebab dadanya yang berdebar-debar mulai sesak kekurangan pasok oksigen. Menyisakan dua saliva yang terputus dengan napas terengah.

Seokjin menaruh dahinya pada dahi Sohyun.

''love you..''

--
Aku yakin makin gak jelas,

Gimana masih nunggu?

Terimakasih sudah setia dan tidak nyiders💜😘

Not one's cup of tea -End- Seokjin💜SohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang