Sabtu

77 13 2
                                    

"Hah...bosan." Itu adalah keempat kalinya Krista mengucapkan hal itu dalam satu jam terakhir. Hari sabtu seperti ini biasanya anak seumurannya pergi kencan atau bermain dengan teman-teman mereka. Tapi lihatlah Krista, dia duduk termenung sambil menatap keluar jendela kamarnya dan memakan es krim sendirian.

Cuaca hari itu memang sedikit lebih panas dari biasanya. Semua pekerjaan rumah sudah dia selesaikan, dia juga sedang tidak ingin melihat layar ponsel atau televisi. Walau di sekolah ia tampak berteman dengan siapa saja, itu semua hanya formalitas. Ia tidak punya siapapun yang bisa dia sebut sebagai teman. Pacar pun juga dia tak punya. Keluarganya juga tidak tinggal bersamanya. "Hah...aku benar-benar menyedihkan."

Krista kemudian memutuskan untuk ke lantai satu rumahnya, karena es krimnya sudah habis dan ia ingin makan lagi. "Ah..yang barusan kumakan itu yang terakhir ya? Aku lupa." Gadis itu menggaruk kepalanya. Tak ada yang bisa dia lakukan dan dia memang ingin makan es krim lagi.

Dia keluar dari rumahnya dan mengernyit melihat ke langit, menghalangi terik matahari dengan tangan kecilnya. Krista pun terus berjalan menuju supermarket paling dekat dengan rumahnya. Ia ingin cepat-cepat membeli es krim, cepat-cepat pulang, dan cepat-cepat memakannya.

"Ymir?" batinnya. Ia melihat Ymir berjalan sendirian, sesaat setelah dia keluar dari supermarket. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu saat itu, ia memutuskan untuk mengikuti Ymir diam-diam. Hatinya berkata bahwa dia memang harus mengikuti Ymir.

"Rumah sakit? Ngapain dia ke sini?" batinnya lagi. Saat dia ingin mengikutinya lagi, gadis itu menabrak seorang lelaki. "Aduh, maaf," ucap Krista. "Eh? Krista?" tutur lelaki itu.

"Kebetulan sekali. Kau ngapain di sini?"

"C-Connie? Um..itu..salah satu dokter di sini kenalanku! Aku datang untuk melihatnya."

"Oooh.."

"Kau sendiri ngapain di sini?"

"Ah...ikutlah denganku sebentar," Connie menunjukkan wajah jengkel  lalu berjalan dan membuka salah satu pintu kamar pasien. "CONNIE!!! Apa kau sudah membeli roti yang kuminta??" ucap gadis yang duduk di atas tempat tidur pasien. "Iya iya sudah," balas cowok berkepala botak itu.

"Sasha? Kau kenapa?" tanya Krista. "Ho! Krista! Apa kau juga datang untuk mengunjungiku?" Sasha menyambut Krista dengan senyuman hangat. Di ruangan, hanya ada Sasha, Krista, Connie, dan Jean. Menurut apa yang dia dengar, trio EMA harusnya juga datang hari ini tapi mereka terhalang kakak kelas dari masing-masing ekskul kimia, kak Hange, dan ekskul kendo, kak Levi.

"Krista, kau tahu, anak ini kebanyakan makan mi instan, dia usus buntu. Operasinya telah berjalan kemarin," jelas Jean. "Abisnya, lagi ada promo terbatas rasa daging sapi spesial," ucap Sasha cemberut.

"Ya, tapi nggak bisa makan itu 5 kali sehari dalam seminggu juga."

"Tapi, enak banget..."

"Ya kan kubilang karena enak nggak bisa gitu juga."

"Udah-udah, jangan ribut di rumah sakit," tutur Krista menenangkan. Krista berada di ruang Sasha sekitar satu setengah jam, setelah itu dia pamit pulang. "Oh ya, jadinya tadi Ymir ke rumah sakit buat apa ya?" gumamnya sendiri. "Ya, sudahlah."

***

Krista menghela napas panjang seraya duduk di salah satu kursi di lobby utama Rumah Sakit. Dia memutuskan untuk duduk sebentar sebelum pulang ke rumah. "Hah..bersama mereka memang menyenangkan, tapi aku merasa lelah sekali," gumamnya dan menutup kedua bola matanya. "Krista?" gadis itu langsung membuka matanya dengan cepat karena dia sangat kenal dengan suara yang barusan memanggilnya itu. "Ymir," jawabnya.

Mereka bertatap-tatapan beberapa detik. Ymir dengan cepat menghampiri Krista dan mengguncang bahu gadis itu. "Kenapa kau di rumah sakit? Apa kau sakit? Apa kau baik-baik saja?" ucapnya memberikan rentetan pertanyaan dengan wajah tegang.

Krista menatap wajah Ymir yang terlihat cemas dan tegang. Ia sedikit bingung dengan tingkah lakunya itu. Sedikit—berbeda. Tidak seperti Ymir yang biasanya. "Ymir, sakit. tenanglah," ucap Krista seraya melepaskan kedua tangan Ymir.

"Maaf."

"Um..itu..aku hanya mengunjungi teman yang dirawat di sini. Aku tidak sakit, dan aku hanya sedang merasa lelah."

"Ah..begitu rupanya. Ya ampun, kau hampir membuat jantungku melompat keluar."

"Apa kau khawatir? Kenapa?"

"Ya, aku kan sudah bilang aku suka padamu. Tentu saja aku cemas, bodoh."

Ymir mengetuk kepala Krista dengan pelan. "Ouch," Krista memegang kepalanya dengan kedua tangannya. "Maaf, apa aku memukulmu terlalu keras?" tanya Ymir. "Pft, ahahaha." Krista terlihat puas dengan tawanya. "Kenapa kau tertawa?" Ymir bertanya lagi.

"Tidak..ahaha..melihatmu bertingkah seperti itu entah mengapa sangat lucu. Aku tidak bisa menahannya." Ymir hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah. Mereka pun duduk bersama bersebelah.

"Kalau kamu sendiri kenapa berada di rumah sakit?"

"Oh iya, minggu depan kita akan pergi fieldtrip, ya? Aku tak sabar."

"Ymir, kau belum menjawab pertanya-"

Ymir mendadak berdiri, meregangkan badannya, dan tersenyum. "Aku benar-benar tidak sabar. Sepertinya aku akan mempersiapkan barang-barangku sekarang! Sampai jumpa, Krista!" Dia berkata seperti itu kemudian pergi begitu saja.

"Ymir." Krista berdiri dan mengkerutkan alisnya. "Dia seperti tidak ingin menjawab pertanyaanku. Apa dia menyembunyikan sesuatu?"

.

.

.

kalau ada yang nungguin cerita ini? makasih banyak yaa!!!

ternyata masih ada yang nungguin dong yaampun bund.

jika masih mau baca kelanjutannya, jangan lupa vote dan follow! ok bund?

baiklah, aku pamit duluu. sampai jumpa!

41 Days - A YumiKuri fanfic By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang