Soonyoung segera memasang headset yang sudah Jihoon siapkan pada kedua telinganya dan menaikkan volume tape kesayangan Jihoon, "kamu benar-benar ingin meninggalkan ku ya?" Gumam Soonyoung.
Mendengarkan dengan seksama alunan musik yang ceria, lembut, namun menenangkan layaknya kepribadian Jihoon yang ia kenali.
Soonyoung mendengar dengan khusyuk dan segera menangis setelah ia menahan tangisannya. Ketika mendengar suara lembut Jihoon yang bernyanyi dengan ceria dan lembut, Soonyoung semakin menangis ketika mendengar bagian tengah lagu tersebut. Mendengar dengan seksama suara yang ia rindukan.
Soonyoung segera melepas headset-nya dan menangkup wajahnya—menutupi wajahnya yang memerah akibat menangis hebat. Melupakan suasana pada ilalang yang menjadi sunyi tanpa adanya angin. Melupakan fakta bahwa dua kelimci putih itu pergi entah kemana. Menyisakan Soonyoung yang masih meraung menangisi sang kekasih yang entah kapan ia akan kembali.
"Maaf Hoon, maaf, maaf aku tidak bisa menepati janjiku untuk tidak menangis. A-aku tidak bisa, s-sungguh aku tidak bisa, Hoon.." ucap Soonyoung terbata-bata akibat tangisan yang semakin kencang.
You, You are my, Miracle oh Miracle..
So precious, You, You are my Miracle oh Miracle..
I will protect you..
Soonyoung mendengar suara Jihoon-nya, ia tau pasti bahwa itu sungguh suara Jihoon-nya. Tapi ia tidak berani untuk memastikan asal suara tersebut. Ia tidak ingin pikiran dan tubuhnya membuat khayalan lagi, sungguh ia sudah lelah. Sudah 6 tahun sejak kepergian sang kekasih, ia hanya bisa menikmati memori-memori yang tersisa di otaknya. Sudah cukup, ia tidak mau—
"Soonyoung, kamu sudah janji untuk tidak menangis. Kenapa kamu sekarang ingkar janji, hm?"
Soonyoung yang mendengar suara lembut itu pun lantas mendongakkan kepalanya, melihat lurus pada satu titik dimana seseorang yang ia tunggu telah berdiri merentangkan kedua tangannya dan tersenyum manis. Sangat manis, hingga membuat Soonyoung tak percaya apa yang ia lihat.
"Kamu tidak merindukan ku, hm?" Tanya Jihoon dengan wajah murungnya.
Soonyoung yang mendengar itu pun langsung menubrukkan tubuhnya hingga terjatuh dan memeluk erat lelaki mungil di pelukannya, seakan-akan Jihoon akan pergi lagi.
Kehangatannya.
Aroma tubuhnya.
Suara tawanya.
Semuanya. Semuanya masih sama. Masih sama seperti 6 tahun lalu. Masih sama ketika ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Jihoon. Semuanya. Semuanya masih sama. Jihoon-nya, Jihoon-nya menepati janjinya.
"Soonyoung.. aku sesak.."
"Maaf sayang, maaf. Aku sangat merindukanmu. Sungguh. Terima kasih, terima kasih sudah kembali sayang." ujar Soonyoung seraya meregangkan pelukannya dan mengecup seluruh wajah mungil Jihoon.
"Soonyoung! Ih! Udah dong! Muka ku jadi basah semua!" Teriak Jihoon sebal karena wajahnya menjadi basah akibat kecupan brutal yang Soonyoung berikan.
Mendengar hal itu pun, Soonyoung langsung membungkam bibir ranum Jihoon dengan ciuman lembut nan hangat dari bibir tebalnya. Menyampaikan makna tersirat yang telah ia pendam selama bertahun-tahun pada Jihoon-nya. Tidak ada napsu di dalam bungkaman itu, hanya perasaan rindu yang sudah ia pendam. Perasaan rindu yang teramat sangat.
Soonyoung melepaskan ciumannya ketika ia sadar jika Jihoon akan kehabisan napasnya. Mengecup pelan bibir ranum Jihoon sebagai penanda akhir dari seluruh penantiannya. Penantian bertahun-tahun yang tidak sia-sia.
Penantian yang selama ini ia tunggu-tunggu.
Menyimpan memori baru dan menyenangkan ini sebagai hal terindah di dalam hidupnya.
Di bawah pendar langit yang menguning, menandakan bahwa senja telah hadir, Soonyoung kembali memeluk kekasih mungilnya. Seakan-akan bahwa ini hanyalah khayalan yang biasa ia temui di pikirannya.
"Ini benar dirimu kan? Bukan hanya ilusi ku saja kan?"
"Iya, Soonyoung, ini Jihoon. Kamu bisa merasakan hangat tubuhku kan?" Jawab Jihoon lembut dengan kedua tangannya sibuk bekerja—mengusap punggung sang dominan dan membalas pelukannya.
"Iya, ini benar dirimu. Harummu masih sama, hangat tubuhmu pun masih sama," sahut Soonyoung.
"Dan tatapan matamu masih sama.. terima kasih.. terima kasih, Hoon. Terima kasih kamu sudah kembali." Lanjut Soonyoung seraya merenggangkan pelukannya untuk melihat tatapan Jihoon yang kemudian dipeluknya kembali dengan erat ketika melihat tatapan Jihoon yang masih sama seperti dulu.
"Aku mencintaimu, Soonyoung." Ucap Jihoon lembut.
"Selamanya akan seperti itu." Lanjutnya.
"Aku juga merindukanmu. Sangat. Terima kasih sudah menungguku. Maaf jika aku terlalu lama mendatangimu. Terima kasih, Soonyoung. Terima kasih kamu sudah bertahan." Ucap Jihoon seraya membalas pelukan erat Soonyoung dan menenggelamkan seluruh wajahnya pada dada sang dominan. Menghirup dalam-dalam aroma khas Soonyoung yang amat sangat Jihoon rindukan.
"Selamat datang kembali, sayang. Terima kasih sudah bertahan."
"Terima kasih sudah menunggu, Soonyoung. Aku mencintaimu."
"Aku pun sama, aku mencintaimu. Sangat. Mari kita awali kehidupan di dunia ini dengan lembaran baru."
"Iya, mari kita tuliskan awal kehidupan baru kita pada lembaran baru di buku kehidupan."
I was quietly looking at you and got to thinking
It’s so amazing that you’re in front of me right now
I wonder what coincidences kept happening
For you to be brought to me right here—Miracle, WOOZI—
-End-
—소라, 080621—
KAMU SEDANG MEMBACA
Mnemosyne
FantasyIngatlah aku selalu, tunggu aku Soonyoung. Jangan lupakan aku, ya? Aku akan kembali dengan diriku yang baru.