DAFTAR film wajib tonton belumlah tuntas, aku sudah muak. Mabok film hampir sama rasanya seperti mabok durian saat aku SMA; keringat dingin bercucuran. Sejauh mata memandang, terlihat aneka rasi bintang.
Aku beralih pada buku yang menumpuk di rak. Mereka resolusi one book one week yang gagal selama tiga tahun terakhir, segel plastiknya pun belum dibuka. Ternyata, buku nggak membuat langit lebih indah. Kemampuan super skimming-scanning menjadikanku, automatically, gagal menikmati mereka dalam ritme normal. Alhasil, begitu skim-skim-scan-scan dan aku menemukan kebosanan sedikit aja, kemampuan superku yang lain, yaitu lempar melempar, membuat si buku kembali terdampar di rak.
Ngapain lagi, dong?
Tiba-tiba aku ingat Wattpad. Kayaknya aku pengin nulis, deh.
Mulailah aku melanjutkan tulisan yang dulu baru tertulis bab "Proootrooog" doang. Aku membuka Adobe Illustrator, bikin kover. Dalam beberapa menit, jadilah sebuah kover bergambar bibir merah buah ceri dengan judul Catatan Harian Emak-Emak Rumahan. Dalam seminggu, satu bab baru pun tayang.
Saat Ardo tahu apa yang kulakukan, dia cuma bilang, "Greaaat," lalu menguap lebar dan garuk-garuk pinggang. Maka aku lebih yakin sebetulnya dia bilang, "Terseraaah!"
* * *
AKU heran. Pasalnya, seminggu belakangan, pertanyaan pertama Ardo sepulang kantor bukan lagi, "How's your day?" atau "Gimana Tama-kiyut hari ini?" seperti biasa.
"Ada update hari ini, Dek?"
Update lapakku di Wattpad. Beginilah akibatnya kalau setiap dia berangkat, aku di depan laptop. Nanti saat dia pulang, aku masih di depan laptop dengan posisi yang sama, pakaian yang sama. Yah, interupsi terjadi cuma buat memandikan dan menyuap Kunyit. Selebihnya, my baby kalem bersama ponsel dua setengah juta, kawan sekaligus gurunya yang setia.
Aku menulis sambil minum bergelas-gelas kopi dalam sehari. Sehat banget hidupku. Kata Ardo, kalau aku dibelah, isinya ampas kopi semua.
"Kok, dijawab pakai cemberut?" Dia mencubit pantatku seakan bibirku yang katanya cemberut, letaknya di situ.
"Medium Rare Mom nggak bisa diapa-apain drafnya."
"Medium ... apa?"
"Rare Mom. Judul baru buat Catatan Harian Emak-Emak Rumahan."
"Kok?"
"Judul lama terkesan ndeso, kampungan."
Dia mengekeh. "Emang situ orang kampung, kok. Apa iya lupa?"
"Kampung nggak sama dengan kampungan. Dari dulu Bahasa Indonesia kau selalu jongkok. Apa iya lupa?"
"Woke, wokeee." Dia mencomot rengginang yang barusan kugoreng dari tirisan. "Terus, kenapa drafnya?"
"Kan Adek sudah bilang dari minggu lalu ... lisensi Windows Adek habis. Word jadi ikut-ikutan nggak bisa dipakai. Bisa dibuka, tapi semua menu mati, ti, ti."
Dan dari minggu lalu dia cuma iya ke iya doang. Nyatanya tiap pulang, dia langsung ML. Mobile Legend. Habis itu, tidur. Atau dia pulang tengah malam, boro-boro membesuk laptopku, ML yang tadi dan ML yang lain pun nggak sempat. Oke. Aku bisa, sih, beli activation code sendiri, pasang sendiri. Malas aja.
"Besok ya, Dek. Abang lagi bawa pulang kerjaan dikit," katanya sambil cengap-cengap makan rengginang.
Aku termangu memandangi rengginang dalam kuali panas.
"Kenapa lagi?" tanyanya, pantatku dicubit lagi.
"Betapa hidupku tidak bahagia, nestapa ... porak-poranda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Medium Rare Mom [Elex Media]
General FictionBehind the story of A Man Who Loves You