1: REUNI

8.4K 303 7
                                    

"Gila, gw cakep banget." puji diriku sendiri untuk kesekian kalinya saat melihat penampilan menawanku di depan cermin.

Hai perkenalkan namaku Baharuddin Kamajaya. Pria tampan, seksi, dan memesona. Siapa yang akan menyangka jika pria yang dahulu dikenal karena kerap kali membawa lipstik dan bedak di dalam tasnya saat ini telah bertransformasi menjadi seorang tentara yang gagah dan juga tampan. Paksaan kedua orangtuaku dahulu membuat diriku harus melanjutkan pendidikan ke bidang kemiliteran dan bukannya kecantikan. Padahal dahulu aku ingin menjadi MUA (Make-up Artist) bukan tentara.

Flashback

"Bahar! Kamu bisa baris yang benar tidak?" ucap salah seorang pelatih ketika Bahar dan rekan-rekan taruna baru lainnya sedang berlatih.

"Ini sudah baris bapak." bukannya merasa takut dengan sang pelatih, Bahar justru berani menjawab bahkan dengan intonasi yang sangat manja khas gaya bicaranya selama ini.

"Saya bukan bapak kamu! Lagi pula berapa kali harus saya katakan jika kita saat ini sedang latihan militer bukan latihan fotomodel. Jalan yang benar dan ikuti arahan saya!" geram pelatih tersebut untuk kesekian kalinya.

Bahar hanya bisa pasrah. Dirinya sudah sebulan lebih mengikuti pelatihan dasar untuk menjadi taruna namun sampai saat ini dia masih saja merasa sangat kesulitan dengan semuanya. Bagaimana dia tidak mengalami kesusahan, seumur-umur Bahar tidak pernah mengikuti kegiatan keras seperti ini. Semasa sekolah kegiatan yang dia ikuti kalau tidak PMR ya cheerleaders, Bahar mau menangis rasanya. Belum lagi ledekan dari teman-teman taruna yang lainnya. Andai saja mereka tahu jika Bahar juga terpaksa masuk ke sini karena takut menjadi gelandangan akibat ancaman kedua orangtuanya.

"Keluar kamu dari barisan Bahar! Sebelum gerakan kamu benar, kamu harus tetap latihan seorang diri!" ancam sang pelatih kepada dirinya.

Sebulan lebih ini juga hidup Bahar bagai di neraka meski dirinya juga belum pernah ke sana. Bayangkan, porsi makannya dikurangin dengan alasan untuk mempercepat usaha menurunkan berat badannya yang berlebih. Belum lagi dia juga harus bangun sangat pagi dan mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya yang membuat sekujur tubuhnya terasa sakit. Push up? Pull up? Apa itu? Selama ini Bahar hanya tahu, eyeliner, concealer, dan seperangkat alat make-up lainnya yang kini tidak bisa dia miliki lagi. Jangankan benda-benda tersebut, lipbalm saja Bahar tidak punya sehingga dirinya hanya bisa meratapi ketika melihat bibir seksinya yang mulai pecah-pecah.

"Kalau bukan karena Laura, gw yakin gw enggak akan seperti ini." gerutunya disela-sela latihan baris-berbaris seorang diri di tengah lapangan.

"Lihat saja, gw akan bikin elo nyesel karena telah membuat gw tersiksa lahir batin seperti ini!"

Melihat Bahar yang masih saja berkomat-kamit di sela-sela latihannya, sang pelatih pun kembali murka dan lagi-lagi dirinya meneriaki Bahar sehingga semua orang yang berada di sana kini memandanginya dengan berbagai macam ekspresi.

"LAKUKAN YANG BENAR BAHARUDDIN!".

Flashback end.

Tepat pukul 8 malam, aku telah sampai di lokasi acara reuni dan setibanya di sana dapat kulihat jika banyak dari kaum hawa yang menatapku terpesona dan penuh damba.

Cih, dahulu saja ngeliat gw kaya ngeliat kacoak. Sekarang nyesel kan elo semua karena gw sudah berubah jadi pangeran tampan, ucapku tentunya dalam hati.

Tidak berselang lama aku pun akhirnya berhasil menemukan keberadaan sahabatku, Gadis dan keluarga besarnya. Namun yang membuatku sedikit terkejut adalah keberadaan Stevan saat ini. Sejujurnya aku bahkan tidak tahu jika dia sudah kembali dari Amerika terlebih Stevan juga tidak pernah memberitahukan apapun kepadaku soal kepulangannya.

Re-Tied (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang