Dali dan Adrial datang menghampiri Aidan, Rabu dan juga Sabtu.
"Yeee, enak banget lu berdua ya! Ngakunya ijin ke toilet. Guru masih ada, gataunya disini lo berdua!" omel Dali pada Rabu dan Sabtu.
"Yaelah, Dal! Kita udah laper banget, kali" cetus Rabu.
"Tau, Dal! Lagian kita juga bosen kali sama pelajarannya Pak Sukontol Ahardi" timpal Sabtu.
"Sukonto Lahardi!" cetus Dali. "Jangan disambung dong!"
"Iye iye ah! Perkara nama ae, ribet lu!" cetus Rabu.
"Darimana lu?" tanya Aidan seketika pada Dali. Sinis.
Dali mengernyitkan keningnya, tersenyum. "Dari kelas lah. Darimana lagi?"
"Bareng sama Adrial?" tanya Aidan.
Dali menoleh ke arah Adrial yang masih berdiri di sisinya. Adrial hanya diam. Dali mengernyitkan kening menghadapi Aidan, "Iyalah. Kan sekelas. Jadi sekalian aja"
"Kenapa Yasmin gak lu ajak juga kalo gitu? Kan sekelas" tukas Aidan, menyudutkan.
Dali semakin heran dengan sikap Aidan, "Lu kenapa ya, Dan? Lagi ada masalah?"
"Enggak"
"Ya, kayaknya lu demen gitu ngebuat hal sepele dijadiin masalah gede" tukas Dali.
"Itu kan menurut lo!" cetus Aidan, menyedot minumannya, lalu membanting rendah gelas itu dimeja. TAK! Dia beranjak, pergi meninggalkan Dali dan yang lain.
Adrial turut kebingungan melihat sikap kakaknya itu.
Aidan bertanya pada Adrial, "Udah makan lo?"
"I-ini gua baru mau makan, kak" jawab Adrial.
"Oh, oke. Lu jagain tuh si Dali! Jangan sampe kegatelan!" tukas Aidan, sambil pergi meninggalkan kantin itu
Dali melotot mendengarnya dan menganga. Lantas dia berteriak kencang, "WOY MAKSUD LO APA SIH, HAH???"
Aidan tetap berjalan dengan raut wajah angkuh, tak mempedulikan teriakan Dali barusan. Sementara Rabu dan Sabtu turut menyusulnya saking takutnya dengan amukan Dali. Tapi dia lebih takut lagi pada Aidan. Makanya mereka lebih memilih berjalan bersama Aidan.
Dali disana mendengus sebal dan duduk di meja kantin. Dia menggebrak meja dengan kasar sampai cup gelas bekas minuman Rabu dan Sabtu yang sudah tak berisi itu terbalik. Adrial langsung memperbaiki posisi gelas tersebut.
Adrial hanya memandangi Dali yang sedang sungut akan sikap kakaknya.
"Heran gua sama Abang lo! Kenapa sih sama tuh anak? Angot-angotan banget! Kadang baik, kadang uring-uringan! Kesel banget gua!" tukas Dali, dilahap emosi.
"Mmm... kayaknya gua juga mesti belajar memahami sikap dan watak kakak gua, Dal! Supaya gak bakalan nimbulin konflik, dan salah paham sama dia!" ujar Adrial pada Dali.
"Alah, pusing amat sama tuh anak! Emang dasarnya psikopat ya kayak gitu tuh!" cetus Dali.
"Tapi kan, dia kakak gua. Dia keluarga gua. Karena gua sayang sama dia, makanya gua gak mau ngelakuin sesuatu yang bikin dia marah, apalagi sakit hati" ungkap Adrial.
Dali terdiam sejenak, membenarkan. Namun juga menyalahkan. Dia tertawa kecil, "Kalo dianya gak mikirin perasaan lo balik, gimana? Kalau dia gak sayang sama lo, gimana?"
Adrial terdiam, hening sebentar. Kemudian tersenyum seketika, "Gapapa dia gak sayang sama gua. Asal jangan gua yang gak sayang sama dia!"
Dali terdiam, tertegun mendengar ungkapan Adrial barusan. Sepertinya dia harus banyak belajar dari Adrial. Yang tenang, optimis, dan penyayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
DiversosWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...