Terbongkarnya Rahasia Masa Lalu

10.8K 228 22
                                    

Ali menatap lurus ke arah luar jendela kamarnya, wajahnya penuh dengan luka lebam akibat pukulan papa Prilly semalam. Dia memegang wajahnya yang penuh lebam itu dan sesekali meringis menahan sakit namun kemudian tiba-tiba tersenyum dan berguman " Prilly, akhirnya kamu benar-benar menjadi milikku seutuhnya, pederitaanku akibat pukulan ini tidak seberapa dengan hal yang akan kudapatkan nantinya". Setelah mengatakan itu, Ali kemudian memilih untuk keluar kamar dan berjalan-jalan di taman Vila untuk mencari udara segar. Hari ini suasana hatinya memang sangat baik karena kejadian semalam. Walaupun setelah kejadian itu dia dipukul habis-habisan oleh Papa Prilly namun dia senang karena akan segera dinikahkan dengan Prilly dan itu merupakan hal yang menyenangkan baginya. Gadis obsesinya sebentar lagi akan menjadi miliknya, itu benar-benar berita bagus bukan.

Saat sedang asik berjalan-jalan di taman vila, tiba-tiba saja dari arah berlainan muncul Al yang juga sedang berjalan- jalan di sekitar vila. Al dan Ali saling menatap satu sama lain dalam kebisuan sampai tiba-tiba Al berbicara kepadanya.

"Kita harus bicara," Al menatap datar ke arah Ali kemudian berjalan melewatinya menuju ke sebuah kursi di taman itu.

"Apa yang mau loe bicarain?" Ali yang mengikuti Al mulai bertanya namun tiba-tiba Al langsung bangkit berdiri dan memukul tepat di perut Ali dengan geram membuat Ali terkejut dan tak bisa menghindarinya.

"Apa-apaan sih loe?" Ali berteriak marah sambil memegang perutnya kesakitan.

"Loe pantas dapatin pukulan itu, setelah kejadian semalam yang menimpa Prilly" ucap Al dengan geram dan penuh kemarahan.

"Huh, kenapa? Loe marah karena gue berhasil tidur sama Prilly lagi? Ahh, gue lupa loe pacarnya ya, gue minta maaf deh, tapi asal loe tau Prilly itu milik gue selamanya" Ali berujar dingin sambil berusaha menegakkan tubuhnya yang membungkuk akibat pukulan Al tadi.

"Gue bukan pacarnya, gue sepupunya" ucapan Al sukses membuat Ali membelalakan mata kaget. "Kenapa? Loe gak percaya? Gue memamg sepupunya, kenalkan nama gue Al Latuconsina dan gue merupakan sepupu Prilly dari Singapura" lanjutnya sambil menyodorkan tangan ke Ali.

"A..apa? Ja..jadi selama ini...." Mendengar ucapan Al, Ali semakin kaget dan tak percaya. Dia berusaha mencerna semua kejadian aneh antara Al dan Prilly selama ini, tentang lelaki itu yang diterima ramah di keluarga Prilly dan tinggal di rumahnya dan tentang kedekatan Al dengan keluarga inti Prilly.

"Ya, selama ini gue pura-pura jadi pacar Prilly untuk nghindarin loe, awalnya gue pikir Prilly gak suka sama loe karena loe senior yang ditakutinnya dulu, apalagi loe berdua ternyata dijodohin, makanya gue pikir rasa takutnya semakin besar saat tau loe itu bakalan jadi calon suaminya tapi semenjak cerita loe pagi kemaren gue jadi tau kalo ternyata loe adalah laki-laki brengsek yang nyakitin dia dulu, bahkan loe jadiin dia mainan loe karena kepolosannya, waktu gue ngedengar itu gue sangat ingin ngehajar loe habis-habisan tapi gue tahan karena gue gak mau aib Prilly terbongkar, gue gak nyangka kalo ternyata adik kecil gue yang polos ternyata nyimpan masa lalu yang kelam kayak gitu, dulu saat dia datang ke rumah gue pun dia terlihat baik-baik saja, nggak ada ekspresi kesedihan sedikitpun, hanya saja dia seperti menghindari lelaki manapun yang mendekatinya dan selalu nempel sama gue, gue kira dia kayak gitu karena belum pernah pacaran sama sekali dan gue memakluminya, tapi ternyata gue salah, ternyata disini, di depan gue ada laki-laki brengsek yang uda nodain dia dan nyampakinnya gitu aja untuk kesenangannya" Al bercerita sambil menatap dingin Ali membuat Ali salah tingkah dan gugup seketika.

"Gu...gue gak pernah nyampakin dia, dia yang pergi dari gue, dan selama ini gue gak pernah berhenti nyariin dia," Ali berusaha menghilangkan rasa gugupnya dan melakukan pembelaan dirinya.

"Untuk apa loe nyari Prilly? Untuk mempermainkannya lagi, buat dia jatuh cinta sama loe dan berakhir diranjang seperti semalam?" Tanya Ali dengan nada sarkatis.

Ketika Cinta BerbicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang