Hurt Road

14 2 0
                                    

"Kenapa harus aku?
Kenapa harus aku yag diintimidasi
Kenapa harus aku objek emosi dan amarah?
Seakan sepenuhnya aku yang salah." 


.

.
.

Ditengah malam yang sunyi, Halsey menangis tanpa suara. Ditemani Hannah yang begitu telaten mengobati luka dibagian lengan adiknya itu.

"Asey..." Halsey menoleh membuat Hannah terdiam untuk menatapnya.

"Coba sebut siapa yang berani buat lo kaya gini," sambungnya.

Tetapi Halsey tetap bungkam, seperti dirinya memang enggan  menyebutkan nama tersebut. Nama seseorang yang tidak pernah absen meninggalkan luka pada tubuh Halsey dimana pun sesuai kehendaknya.

Hannah menghela napasnya, beberapa kali dirinya menemukan luka bakar ditubuh Halsey sementara Ibu dan Ayah masih juga tak menyadari karna Halsey yang juga pandai menyembunyikannya.

"Lo di bully?" Halsey menggelengkan kepalanya.

"Ini gak sengaja?" Halsey mengangguk, Hannah berdecak.

"Sey.. kalau pun gua bodoh gua tetep ga akan percaya kalo luka kaya ini tuh karna ga sengaja." Halsey menatap Hannah.

"Jangan pernah bilang ke Ibu apa lagi Ayah soal ini," Hannah tak berkutik, tatapan Halsey begitu tulus.

"Tapi sampe kapan? Gua juga bakal balik ke Bandung.. siapa yang mau obatin luka lo nanti kalo semisal lo diem terus gini." Halsey tersenyum simpul.

Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Hannah, "Harvin..." katanya dengan suara parau. Hannah dibuat tak percaya dengan apa yang Halsey katakan.

"Harvin tau?" Halsey menganggukkan kepalanya.

"Harvin tau siapa orangnya juga?"

"Gak ada yang tau dan gak boleh ada yang tau." Kata Halsey, tangisnya mulai reda.

"Kenapa? Lo sayang banget sama dia?"

"Karena itu yang dia butuh teh." Jawab Halsey.


.
.
.


Halsey menemui Malik sesuai dengan pesan yang dikirimkan pemuda tersebut. Duduk menatap senja, menunggu mentari turun untuk kembali ke peraduannya.

Seulas senyum terpatri dibibir Halsey tatkala sepasang netranya menangkap sosok pemuda tampan yang tengah berjalan ke arahnya.

"Maaf buat kamu nunggu," ucapnya.

"Gak lama kok, Asey juga baru datang." Malik tersenyum lebar lalu mengusak surai lembut Halsey.

"Kakak lapar, mau nemenin?"

"Eh tapi.. kamu harus ikut makan juga sih," sambungnya. Inilah sosok Malik yang Halsey sayangi.

Malik yang baik.

Malik yang perhatian.

Malik yang juga menyayanginya.

Halsey mengikuti langkah kaki pemuda tampan tersebut, bahkan tak menolak saat Malik menautkan jemarinya.

"Kakak ada masalah?" Halsey bahkan terlalu peka sampai dirinya mampu merasakan tangan Malik yang gemetar.

"Cerita ya," Malik mengangguk setuju.

.
.
.

Semakin lama, hubungan Malik dan Halsey semakin rumit. Halsey lebih sering mendapatkan luka akibat panasnya putung rokok yang meyala. Bahkan pernah sekali Halsey mendapat luka sayatan.

Harvin tidak melapor pada Ayah dan Ibu, tidak juga pada Hannah padahal Hannah pernah memintanya. Dan itu semua karena permintaan Halsey. Halsey yang semakin bodoh karena perasaannya kepada Malik.

Seperti saat ini pun, Halsey hanya diam saat Malik membawanya entah kemana. Yang jelas laju mobil yang dikendarai Malik diatas rata-rata.

Semakin jauh Malik membawa Halsey jelas membuat Halsey semakin panik. Gadis itu mulai meronta seraya menangis, meminta Malik untuk sadar dan membawanya pulang.

Tetapi Malik dalam keadaan seperti ini tidak satu pun mampu menghentikannya, termasuk Halsey yang disayanginya.

"Berhenti kak!" Teriak Halsey, Malik tersenyum miring. Memadang remeh wajah Halsey yang sudah basah akan air mata.

.
.
.


Malik tersenyum tipis, semua kalimat Halsey terus terngiang, berputar - putar di kepalanya. Air matanya menetes begitu saja saat dirinya mendapati tubuh Halsey yang sudah tak berdaya.

"Maafin Kakak.." ucapnya dengan suara lirih. Tangan penuh luka dan darah itu berusaha menjagkau Halsey.

"Kakak sayang sama kamu Sey.. kamu adik kakak, kesayangan kakak, kekasih hati kakak."

Malik tersenyum lagi.

'Kenapa Kak?
Kenapa harus Asey?
Kenapa harus Asey yang Kakak intimidasi gini?
Kenapa harus yang jadi objek emosi dan amarahnya Kak Malik?
Seakan emang semua penderitaan Kak Malik adalah kesalaha Asey!'

Malik merasa semakin sulit bernapas, hatinya terlalu sakit bahkan terasa lebih menyakitkan dari pada luka pada tubuhnya.

"Selamat tinggal sayang.. maaf Kakak selalu buat kamu susah bahkan bawa kamu kedalam keadaan yang gak seharusnya."

"Sekali lagi.. Kakak minta maaf, Kakak sayang sama kamu Sey..."

Halsey mendengarnya, tetapi tak mampu melihatnya. Yang lebih menyakitkan Halsey tak mengingat siapa yang mengatakan itu semua, yang pasti dirinya hanya merasa sakit. Tidak hanya pada tubuhnya tetapi juga hatinya.


-kkeut-

Kim Mingyu as Niscala Malik Atmajaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Mingyu as Niscala Malik Atmajaya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hurt Road Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang