"Sesuai kebijakan sekolah. Saya akan memanggil orang tua kalian berdua, sebagai bentuk peringatan dan jera untuk kalian" ujar guru konseling pada Aidan dan Adrial. "Terutama untuk kamu, Aidan. Saya tahu kamu anak dari pemilik yayasan ini. Tapi bukan berarti kamu bisa berbuat seenaknya seperti ini, Aidan"
"Pak, ini bukan salah Aidan, Pak. Tapi kak Aldo duluan yang manas-manasin sampai akhirnya mereka berkelahi, Pak" Dali mengambil alih.
"Apapun itu, faktanya sekarang Aidan telah membuat Aldo masuk rumah sakit. Itu kan sudah menjadi golongan yang berat untuk dijadikan bukti. Masih untung kedua orang tua Aldo tidak mau memperpanjang masalah ini" tukas guru konseling tersebut.
Aidan hanya duduk santai di sofa itu.
"Dan kamu akan dikenakan skorsing, Aidan. Selama 3 hari" tukas guru BK tersebut.
"Tapi, Pak..." Adrial mencoba protes.
"Kalian boleh pulang!" ujar guru BK tersebut. "Ini surat undangan untuk orang tua kalian. Kalau dalam 1X24 jam mereka tidak datang, maka kami akan menelpon mereka"
"Cabut!" tukas Aidan, berdiri dari duduknya. Dia beranjak keluar tanpa pamit.
"Permisi, Pak" pamit Dali.
Adrial mengejar Aidan yang berjalan cepat. "Kak! Kenapa jadi gini sih?"
"Udah deh, diem aja. Gua tuh udah biasa sama yang beginian" cetus Aidan sambil terus berjalan.
Adrial mencoba mengimbangi jalannya. "Tapi bukan berarti harus berantem kayak tadi kan? Kasian loh dia! Mana kakak kelas, lagi"
"Eh, lu tu dibelain malah gak tau terima kasih ye!" langkah Aidan berhenti dan menunjuk-nunjuk Adrial dengan geram. "Gua ngelakuin itu karena dia udah hina keluarga kita! Injek-injek harga diri kita! Tolol banget sih lu!"
"Kak Aidan gagal fokus! Gua bukannya gak tau terima kasih, kak. Gua tau lo sayang sama gua, niat lo untuk ngelindungin gua! Justru karena gua care sama lu, gua gak mau lu kenapa-napa, Bang! Gua lagi belajar sayang sama lo! Jadi tolong, lu bisa hargain itu! Walaupun ini terdengar menjijikan buat lu!" cetus Adrial.
Aidan terdiam di tempatnya. Memikirkan ucapan Adrial barusan.
"Gua duluan. Papa sama Daddy harus tau tentang ini. Walaupun gua juga gak tau gimana reaksi mereka nantinya" ujar Adrial, pamit. Dia berjalan pulang menuju parkiran sekolah untuk mengambil mobilnya.
Dali melipat kedua tangannya, berdiri di belakang Aidan.
Aidan menoleh ke belakang. Melihat Dali sejenak, kemudian menunduk lagi.
Dali berjalan mendekati Aidan. Dia diam, sambil menunggu Aidan bersuara.
"Apa gua ini salah terus ya, Dal, di mata semua orang?" tanya Aidan.
Dali pun memegang bahu Aidan, kemudian mengelus-elusnya. "Pulang aja yuk! Gausah di bahas dulu! Nanti nyetirnya jadi gak konsen"
Aidan terdiam, menatap Dali.
"Mau kan nganterin gua pulang?" tanya Dali.
Kemudian Aidan pun mengangguk.
~
Di perjalanan pulang, Aidan dan Dali hanya saling diam tak berbicara apa-apa.
Dali hanya ingin memberikan Aidan kesempatan untuk berpikir dan menelaah semua yang terjadi.
Sementara Aidan malah merasa, jika Dali diam, maka dunianya sedang tidak baik-baik saja. Diam rasanya tidak ada manfaatnya sekarang ini. "Lu ngomong kek. Jangan diem kayak gini"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
RandomWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...