Chapter 1

2.7K 56 0
                                    

"Ibumu baru saja meninggal, Nona."

Seirian Eiael Genevieve menghembuskan rokok dari mulutnya. Rokok yang ada di tangannya tampak lebih menarik minatnya daripada informasi yang baru saja didengarnya.

"Nona?"

"Sial, tutup mulutmu Cott."

Alcott, pria yang telah menjadi pengawal setia juga asisten serba bisa Seirian sedari mereka kecil langsung terdiam. Ia berdiri satu meter membelakangi gadis berusia dua puluh empat tahun itu yang asyik duduk di kursi luar kafe yang mereka kunjungi ini. Tugasnya menjaga Seirian. Selalu memastikannya aman walau ia yakin kehadirannya tidak terlalu diperlukan.

Seirian menyudahi kegiatan merokoknya yang rutin ia lakukan sebulan sekali. Ia menjatah sebatang untuk dirinya sendiri. Entah tanggal berapa pun ia tak peduli, lagipula dirinya tidak terlalu menyukai sensasinya. Rasa bosan yang mendorongnya untuk terus menghisap lintingan tembakau tersebut.

"Tuan Osbert menelepon."

Seirian menatap tanpa minat benda pipih yang disodorkan Alcott. Namun, tangannya mengambil ponsel tersebut dan menjawabnya. "Pulang, Eiri."

"Hm,"

Alcott dengan sigap menangkap ponsel yang Seirian lempar. Ia lalu mendengar Seirian berkata, "Kita pulang."

Di sinilah Seirian sekarang, pemakaman ibu berengsek yang sangat ia tunggu-tunggu. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum, tidak berusaha menutupi kebahagiaan meletup-letup yang tengah dirasakannya. Osbert yang berada di sebelah Seirian tidak menunjukkan ekspresi kehilangan sedikit pun atas meninggalnya Airell, wanita yang melahirkan anaknya. Hanya mimik datar yang terlihat dari wajahnya.

Akhirnya wanita jalang itu mati juga.

Seirian tak berhenti bersenandung setelah pemakaman itu selesai. Ia langsung pergi tanpa berpamitan pada Osbert. Gadis itu pergi mengunjungi club mewah walau di rumahnya terdapat berbagai macam alkohol yang siap menjadi teman berpesta untuk malam ini. Alcott mengikuti dengan dua mobil lain yang tentunya mengawal Seirian.

Seirian melempar kunci mobilnya pada Alcott begitu ia keluar dari mobil dan menunggu sambil memainkan kukunya. Tanpa kata, Seirian duduk di depan bertender yang tengah meracik minuman. Gaun merah menyala yang melekat ketat di tubuhnya

"Buatkan satu untukku seperti itu."

Sang bartender tersenyum lebar. "Baik, Nona Cantik."

Seirian tertawa karena suasana hatinya sedang baik. Jika tidak, jangan harap bartender itu dapat mendengar tawanya. Seirian menoleh pada Alcott yang berdiri di belakangnya. Ia menepuk lengan pria itu yang langsung menghadap padanya.

"Duduk denganku, Cott."

Alcott langsung duduk di sebelah Seirian. Bukan tanpa alasan Seirian melakukannya. Ia melihat sekumpulan pria yang terus menatap dirinya. Melihat salah seorang berdiri, ia langsung menyuruh Alcott dan tentunya satu pengawalnya turut duduk di sebelah Seirian tanpa perlu menunggu perintah. Situasi seperti ini sering terjadi.

Terbukti, pria yang Seirian maksud dicekal oleh pengawalnya yang lain sebelum tangannya sempat menyentuh pundaknya. "Pergilah." Seirian tak peduli apa yang terjadi setelahnya karena pria tersebut mencoba melawan.

Ah, suasana bising memengaruhi dirinya. "Aku sedikit menyesal datang ke sini." Ia meneguk minuman yang baru diracik sang bartender untuknya.

Hanya seteguk dan ia turun dari kursi. Ia menuju lantai dansa dan menggila di sana. Hanya satu menit sebelum dirinya dikelilingi oleh pengawalnya yang ikut berjoget. Ralat, hanya menggeser badan ke kanan dan ke kiri, seperti senam lansia.

Inflammable With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang