3

13.5K 933 6
                                    

"Kenapa aku ingin membatalkan pertunangan ini ya. Karena aku sadar jika aku tidak mencintaimu. Kamu sendiri juga tidak mencintai atau menyukaiku bukan."

Aley agak sedikit terkejut mendengar penuturan Adel. Tapi itu tertutupi dengan wajahnya yang datar sekaligus tatapan dinginnya.

"Tapi..."ucapan Adel menggantung, membuat Aley menjadi penasaran dengan kalimat apa yang akan dilontarkan Adel setelah ini.

"Setelah memikirkannya lagi aku pikir tidak bisa membatalkannya denganmu. Karena katamu ini adalah perintah langsung dari kaisar bukan. Lagipula aku tidak ingin mati dipenggal dan membuat keluargaku menderita."

Aley mengangguk pelan mengerti. Tapi kalimat Adel berikutnya benar-benar kembali membuatnya terkejut. "Tentunya sebelum kita menikah, kita harus membuat perjanjian terlebih dahulu."ucap Adel sambil tersenyum kecil.

Bukan, itu bukan sebuah senyuman. Itu adalah seringai kecil. Adel menepuk tangannya tiga kali. Tak lama kemudian seorang pelayan datang dengan membawa beberapa lembar kertas dan dua buah bolpen.

Adel menerimanya dan segera mengucapkan terimakasih. Setelahnya pelayan itu pergi menjauh dari sana.

"Perjanjian? Kamu ingin membuat perjanjian apa denganku, nona Adelina?"

Adel memutar kedua bola matanya malas dan menyerahkan selembar kertas yang sudah ia tulis terlebih dulu sebelum Aley menemuinya pada Aley. Aley segera membaca tulisan di kertas yang diberikan oleh Adel.

Sudut bibir Aley tertarik ke atas. Ia mengambil sebuah bolpen dan menorehkan tanda tangannya dikertas itu. Setelah selesai ia kembali memberikan kertas itu pada Adel.

Adel melihat ke arah kertas itu dengan puas. Ia melirik ke arah Aley malas. "Ada keperluan apa lagi anda datang kemari tuan Duke? Saya yakin anda tidak hanya sekedar ingin menjenguk atau mengunjungi tunangan anda saja."

"Tentu tidak nona. Saya kemari juga ingin mengajak nona jalan-jalan."

Kedua alis Adel saling bertaut. Padahal dari yang ia tau lewat ingatan Eli, laki-laki dihadapannya yang menjabat tunangan ini bahkan tidak pernah peduli pada Eli.

Tapi sebuah pemikiran terlintas dibenaknya. Ia merasa ajakan Aley tidak bisa ditolak begitu saja. Akhirnya ia bisa keluar.

"Baiklah. Tapi saya tidak ingin menggunakan kereta kuda dan dikawal juga saya yang akan memutuskan kemana kita akan berjalan-jalan tuan Duke."

Aley kembali menatap Adel heran. Kali ini apalagi yang gadis itu inginkan. Adel tersenyum tipis melihat tatapan heran Aley padanya.

🌺🌺🌺

Aley tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Adel yang sudah menaiki seekor kuda hitam bersih tanpa menggunakan pelana dan bantuan orang lain. Bahkan gadis itu terlihat seperti sudah terbiasa menaiki kuda.

Kesatria dan penjaga kuda yang berada disana tidak lagi terkejut dengan sikap nona mereka. Mereka tau setelah kembali dari kematian sang nona berubah drastis. Hanya Aley dan kesatria yang ia bawa saja yang terkejut.

"Ada apa tuan Duke? Anda tidak akan naik?"tanya Adel dengan santainya sambil mengikat rambutnya yang awalnya tergerai dengan ikatan ekor kuda.

Gaun yang tadi Adel gunakan juga sudah berganti dengan gaun khusus untuk berkuda. Gaun itu berwarna biru laut dengan beberapa warna hitam atau putih dibeberapa bagian. Panjangnya hanya selutut.

Selain itu Adel juga mengenakan sepasang sarung tangan yang hanya sampai pergelangan tangan berwarna hitam dan sepatu boot hitam dengan terdapat ukiran-ukiran emas.

Aley terdiam untuk beberapa detik sebelum Adel kembali memanggilnya. Beberapa kesatria yang melihat penampilan Adel juga sempat terpesona sebelum mereka berdeham pelan dan memalingkan wajah.

Aley lalu menunggangi kuda berwarna putih yang memang ia bawa sendiri saat akan datang ke kediaman keluarga Count Adir.

"Aku tidak tau kamu bisa berkuda."

🌺🌺🌺

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian ya ^^

~Sragen, 15 Juni 2021~

I'm Duchess De Alberto (END & TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang