Chapter 4

726 120 67
                                    

TAKKK!!!

Julian melempar kertas isi dari surat panggilan orang tua yang diturunkan oleh sekolah.

"Mau sampe kapan???" tanya Julian.

Dihadapannya tengah duduk berdua, Aidan dan Adrial. Walau bersama Adrial, tapi Aidan tahu amarah itu ditujukan untuknya sendiri. Karena dia sadar akan sikapnya.

"MAU SAMPE KAPAAANNN???" teriak Julian ke arah Aidan.

Arsen yang juga duduk di sofa itu turut menarik-narik tangan Julian. "Bang Yayaaan, udah laaahh"

"Enggak, Sen! Ini gak bisa dibiarin. Lama-lama dia akan bikin masalah yang lebih besar" tegas Julian sambil menunjuk-nunjuk Aidan.

Aidan dan Adrial hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Daddy gak percaya sama Aidan?" tanya Aidan, lirih. Dia tahu ayahnya itu akan marah.

"Eh, kamu jangan suka tanya-tanya soal kepercayaan ya, sama Daddy, kalau kamu sendiri aja gak bisa dipercaya!!!" cetus Julian.

"Sayang, udah dooong. Mereka masih anak-anak!" Arsen terus membujuk. Baru kali ini Julian marah sebesar ini pada Aidan.

"Mereka bukan lagi anak-anak, Sen!!! Mereka udah gede-gede!!!" bantah Julian. "Aku capek, Sen! Panggilan lagi, panggilan lagi. Aku juga malu sama guru-guru lain! Kamu tau kan reputasi aku dulu di sekolah kayak gimana??? Sekarang mereka pikir, aku pasti gak bisa ngurus anak!!!"

"Iya, Baaang! Iya. Arsen paham. Tapi kan bisa diomongin baik-baik" ujar Arsen.

"Berapa kali, Sen??? Berapa kali kita ngebahas ini baik-baik??? Tapi Aidan selalu aja ngulangin kesalahannya! Berantem! Bonyokin anak orang! Abis ini apa? Ngebunuh anak orang!" tukas Julian.

"Akan aku lakuin kalau perlu, Dad!" tukas Aidan seketika. Dia menatap Ayahnya dengan wajah yang memerah dan sungut.

Julian mendongak, melotot mendengarnya. Lalu dia menunduk pada Aidan. "Apa kamu bilang?"

"AKAN AKU LAKUIN ITU KALAU PERLU!!!" tekan Aidan sekali lagi.

PLAKKK!!! Satu tamparan sedang mendarat di pipi Aidan. Membuat Aidan terdiam dan memburu napasnya.

"ASTAGA, BANG YAYAAANN!!!" teriak Arsen.

"DAD, CUKUP DAD!!!" teriak Adrial seketika. "Kak Idan gak salah! Dia itu ngebela kita! Ngebela keluarga kita!!! Kak Aidan selalu dipanas-panasin sama kak Aldo, sampe dia kesel dan gebukin kak Aldo! Ada Dali kok saksinya. Kasian kak Idan, Dad! Dia cuma ngebela keluarga kita aja! Plis, Dad! Jangan tampar kak Aidan kayak gitu, Adrial juga takut kalau Daddy kasar begitu"

Julian tertegun mendengar penjelasan dari Adrial barusan. Dia menatap ke arah Aidan yang masih dalam tundukan sehabis ditamparnya.

Aidan mendongak tajam ke arah Daddynya. "Liat kan, siapa yang gak percaya siapa?"

Julian menelan ludah mendengarnya.

Sejurus Aidan berdiri dan beranjak keluar dari rumah itu.

"Aidan, Aidan!!!" panggil Julian, namun Aidan keburu masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah itu.

"Mas... Mas Aidan mau kemana?" tanya Pak Toha di pintu gerbang.

"Minggir lu!!! Jangan sampe gua tabrak!" teriak Aidan sambil menahan tangis. Wajahnya merah bak kepiting rebus.

Seiring Pak Toha beralih dari depan mobil Aidan dan langsung terkesiap ketika mobil Aidan keluar dari rumah itu.

~

Julian terdiam di kamarnya dengan mengenakan kaus kutang putih dan celana piyama panjang.

Dia memijat-mijat pangkal hidungnya di ujung kasur. Merenungi diri dan perbuatannya tadi.

STUCK ON YOU 4 (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang