virtual 2

3 0 0
                                    


"Emangnya Galang tuh orang mana Ren?" tanya Ucup pada Iren yang masih menyantap baksonya.

"Madura." Jawaban dari Iren membuat Raka dkk melebarkan matanya .

"Jauh banget njir," ucap Ucup sambil menggelengkan kepala.

"Iya jauh, kita di Jateng dia di Madura. Tapi kalo udah cinta mau gimana lagi," kata Iren.

"Kita lihat saja kawan, apakah masa pendekatan Galang berhasil? Pendekatan dengan cara virtual," sahut Dimas sambil diiringi tawa yang menggelegar.

"Kalo ketawa pelan-pelan." Raka menatap Dimas datar.

Suara bel tanda masuk sudah berbunyi, mereka langsung membayar dan kembali menuju kelas masing-masing.

Iren yang melihat Mega duduk sendirian di taman langsung menghampiri dan bertanya. "Ngapain di sini?"

"Lagi ngepet."

"Njir, ayo masuk kelas." Menarik tangan Mega dan berjalan menuju kelasnya.

Raka yang berdiri di depan pintu membuat Iren dan Mega susah melewatinya. Mega ingin sekali menendang kaki Raka dengan keras.

"Raka, aku mau liwat," ucap Mega yang berdiri di depan Raka. Sedangkan Iren berdiri di belakang Mega dengan tangan dilipat di depan dada.

"Tuan putri mau lewat?" Mega hanya mengangguk pasrah.

"Ada syaratnya," ucap Raka lalu Menoel hidung Mega.

Mega ingin sekali cepat-cepat pergi menjauh dari Raka sebelum pipinya berubah warna menjadi merah.

"Ngapain harus pake syarat sih!" ketus Mega sudah pegal karena berdiri.

"Ya udah kalo ngga mau ya nggak boleh masuk."

"Nggak papa, nanti aku nungguin guru pas masuk aja," balas Mega tak mau kalah.

"Lo belum tau, Meg?" tanya Ucup yang duduk lesehan bersama Iren di bawah, mereka juga pegal harus berdiri dan memperhatikan adegan di depanya ini.

"Emang ada apa?"

"Kan ada jamkos, gurunya pada rapat nentuin hari kelulusan buat kakak kelas kita," jawab Ucup mendapat anggukan kepala dari Iren.

"Ya udah aku ikut duduk di bawah aja sama kalian." Mega memundurkan langkahnya lalu ikut duduk di bawah, tapi oh tapi Iren dan Ucup langsung berdiri dan lari memasuki kelas.

Dan Raka kembali berdiri di depan pintu setelah memberi jalan buat Ucup dan Iren untuk melarikan diri.

"Iren, kamu tega ama aku," teriak Mega dari luar kelas yang mendapat acungan jempol dari Iren.

"Sini, ada gue kok... Nggak usah khawatir," kata Raka tersenyum melihat raut wajah Mega yang sebal.

"Raka!" teriak Mega membuat teman-temannya yang berada di dalam kelas langsung menatap dirinya.

"Bisa nggak sih, nggak usah ganggu aku," lanjutnya seraya Kembali berdiri.

"Gue nggak bisa, karena gue ditakdirkan buat gangguin lo!" jawab Raka melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nggak ada faedahnya buat kamu tau nggak! Kamu gangguin aku cuma buang-buang waktu aja!" serkas Mega ikut melipat kedua tangannya.

"Iya buang-buang waktu, emang betul ucapan lu!" Menatap datar Mega.

"Gue emang udah buang-buang waktu buat cewek yang sama sekali nggak cinta gue, yang sama sekali nggak peduli Ama gue!" tersenyum simpul.

"Gue emang bodoh Meg, bisa-bisanya gue suka sama lu sampai kayak gini, sedangkan orang yang gue suka lebih sayang sama yang virtual." Mega hanya terdiam di depan Raka, tangan yang semula dilipat sudah berganti posisi menjadi lurus tegap dan bergetar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Virtual!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang