iv

514 90 16
                                    

###









"Yang bener aja Hoon, mau aku aduin ke ayah?"

"Hyung, jangan ya, please?"

Pria yang lebih tinggi darinya sedikit senti itu menghela napasnya, masih menyilakan tangan di depan dada,

"Jadi? Bagaimana kamu mau jelasin kejadian semalem? Ditelepon puluhan kali loh, Hoon. Kamu gak ada ngangkat sama sekali. Mana nggak pesan apa-apa sama aku? Cuma bilang ke bar sebentar." Matanya berkelana mulai dari kepala sampai kaki Sunghoon tanpa ada yang terlewat, merasa asing dengan semua yang Sunghoon kenakan selain jaketnya, "dan jelasin juga ini."

Sunghoon memberi cengiran dengan kekehan kecil miliknya. Hyungnya yang satu ini memang kelewat cerewet, kan?

"Aku gak expect bakal semabuk itu... Heeseung hyung tau sendiri aku udah lama gak minum. Katanya aku muntah, terus, orang yang kemarin itu bantu aku."

"Orang yang kemarin?"

"Iya. Jongseong. Yang kemarin."

Alis milik Heeseung, pria yang di hadapan Sunghoon itu terangkat, "Ah, waktu kamu ke bar?"

Kali ini Sunghoon mengangguk cepat,

Iya.

Heeseung tau Jongseong karena selasa ketika rapat perusahaan sedang berlangsung, Sunghoon, yang notabene adalah ketua manajer perusahaan, permisi untuk ke toilet.

Merasa terlalu tiba-tiba, akhirnya Heeseung memutuskan untuk menyusul dan mendapati Sunghoon yang malah berbelok ke arah lain.

Hendak memarahi Sunghoon namun,

"Nyapa yang manggung aja, hyung. Gak akan lama, ya? Hyung tunggu disini sebentar."

Katanya.

Heeseung jadi tidak tega untuk mengomeli karena ia tau persis bagaimana tersiksanya Sunghoon dengan kehidupannya—Ia sudah bersama keluarga Park sejak kecil karena ayahnya yang juga sebelumnya bekerja sebagai asisten pribadi disana. Menjadi teman tumbuh Sunghoon sedari kecil, karena itu hubungan mereka bukan hanya sekedar atasan atau bawahan. Bisa dibilang, Sunghoon banyak bergantung pada Heeseung.

Mencari hiburan sedikit tidak akan berdampak banyak, pikirnya. Lagipula bar itu juga milik perusahaan mereka jadi Sunghoon bebas untuk melakukan apapun disana.

Heeseung hanya menunggu di pintu bar, memperhatikan Sunghoon yang kemudian menghampiri orang yang tak ia kenal dan tersenyum begitu lebar. Yang ia sama sekali tidak tau bahwa Sunghoon akan kembali ke bar itu lagi. Ia kira Sunghoon hanya akan satu kali kesana, makanya ia biarkan saja.

Tapi kalau sudah begini ceritanya,

"Park Sunghoon. Kamu—"

"Tapi hyung, serius. Aku benar-benar suka suara Jongseong. Rasanya seperti menghidupkan memori lamaku. Musik."

Mata di hadapannya terlihat menatap apapun di hadapannya namun Heeseung tau persis pikirannya tidak dimana tatapannya berada.

"Ah, aku tidak tahu kalau aku akan menjadi tertarik lagi setelah sekian lama seperti ini. Menurutmu, hyung. . .





Tatapan itu terasa berbeda ketika kemudian manik Heeseung bertabrakan dengan manik yang saat ini ia tatap,



. . .kalau aku, kembali suka musik, bagaimana?"

notes n words • jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang