Langkah panjang Wisnu menuju ke area restroom membuat pengunjung lain sedikit ingin tahu, dan menoleh.
Wisnu nyaris saja menerobos ke toilet wanita, kalau Maia tidak menarik blazer-nya dari belakang. "Lo," Maia terhenti, bernapas keras mengatur asupan oksigen yang sporadis. "Jangan ... gila! Mau digebukin cewek-cewek di dalem, hah?"
Wisnu memejamkan matanya sekilas, sadar kalau Maia benar. Lantas melebarkan tangan kirinya, mempersilakan Maia yang masuk.
Dengan tergesa Maia mendorong pintu, dan benar saja, memang ada beberapa pengunjung yang berada di dalam. Penerangan bernuansa oranye menyambutnya, beradu dengan lantai marmer pucat. Hak sepatu Maia berdetak yakin ke pojokan di mana ada sepasang meja kursi, yang biasanya digunakan pengunjung untuk touch up.
Sally duduk menelungkup di meja, ditemani oleh seorang janitor bertampang panik. "Sal, lo kenapa??" Maia menghambur ke sisi bangku mungil itu.
"Bu, kayaknya Bu Sally mesti dibawa ke dokter deh, lemes bang—"
"Tadi gimana? Sally jatuh, nggak?" Potong Maia, bahkan janitor tersebut belum selesai menyampaikan maksudnya.
"Ng— nggak ya, hampir sih, Bu. Tadi pas keluar bilik tuh mau ambruk gitu, saya yang tangkep. Saya buru-buru panggil temen saya untuk sampaikan ke resepsionis. Terus saya ajak ngomong, masih bisa ngomong, makannya saya temenin dulu, Bu!" jelasnya dengan sedikit terbata.
Maia mengelus puncak kepala Sally. "Sal, kita pulang, yuk?"
Sally pun mengangkat kepalanya sedikit. "Mai, gue minta maaf ya?"
Maia pun berjongkok di sisinya. "Loh kenapa? Lo nggak salah, kok!"
"Gue bikin ancur dinner kita, padahal—"
"Ssh, gak ada yang ancur, kok! Semua baik-baik aja! Yuk, kita ke dokter dulu buat check up, ya!"
"Nggak usah, Mai. Kita pulang aja ya? Gue cuma lemes banget, tapi ngg—"
"Ssh, udah nurut sama gue pokoknya!" Maia perlahan menghela lengan Sally untuk membantunya berdiri. "Mbak, makasih banyak ya, udah nolongin temen saya," pamitnya pada pegawai kebersihan tersebut.
"Oh, sama-sama, Bu! Saya juga gak bantu banyak, kok!" balasnya dengan senyum tulus. "Bu Sally, lekas sembuh ya!" Ia melambai kecil pada Sally yang berusaha membalas senyumnya.
Dengan anggukan kecil, Sally dibantu berjalan keluar toilet wanita. Sambil mengabaikan lirikan ingin tahu dari pengunjung lain, tentunya. Karena orang-orang itu tidak ada yang menolong, justru menonton saja penderitaan orang lain.
Wisnu yang berjaga di luar pun menghela napas lega melihat keduanya. "Sini Mai, biar gue aja." Wisnu meraih bahu Sally dari dekapan Maia.
"Nu, jangan!" Sally nyaris memekik ketika Wisnu justru menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elevate
ChickLit#Wattys2021 Winner ㅡ Chicklit | Chicklit - Romance Comedy | This work was added to @WattpadChicklitID Reading List April 2021 Lift my life, help me out! Live my life, leave me out! Mengapa Maia menolak perjodohan yang diatur seapik mungkin oleh ayah...