Bel pulang berbunyi. Kini zahra sedang menunggu nicel didepan gerbang sekolah, ada suara motor yang mendekati zahra.
Yang dikira nicel ternyata platinum.
Platinum keluar dari gerbang sekolah. Ia melihat zahra, ada gejolak dari hatinya ingin menemui gadis itu yang sedang berdiri tepat dipinggir jalan sendirian.
Mungkin karna rasa ingin taunya yang kuat mengapa anak tengil satu itu belum pulang atau hanya sekedar ingin membuatnya kesal saja. ahirnya ia menghentikan laju kendaraannya tepat disamping zahra.
"Lama banget sih nic" Zahra menengok samping kanan sambil mengerutkan dahinya "ehh si muka tembok" disana sudah terpangpang jelas muka Platinum.
"Lo tadi ngomong apa barusan?" Ujar Platinum.
Dalam hati zahra terbesit pikiran "nih orang budek apa tuli sih"
"Si muka tembok" ujar zahra lantang.
"Siapa tuh?"
"Ya lo lah, siapa lagi"
"Lo ngomong apa barusan!." Patinum mengeraskan rahangnya. "Lo berani sama gue"
Platinum berniat untuk turun dari motornya namun sudah dihalang oleh tangan zahra.
"Ahhh. Ka Platinum mau ngapain?" ujar zahra.
"Gue mau anter lo balik" ujarnya santai.
Nyebelin, Platinum selalu membuat Zahra takut.
"Gak usah gue pulang sama nicel temenku" ujar Zahra.
Platinum jadi ingat ia melihat teman Zahra sedang dengan pak amar yang keliatannya sedang dihukum habis habisan.
Kalian pasti bertanya tanya kenapa Platinum tahu yang bersama pak amar itu temen zahra, masih ingat kan ketika kejadian di kantin sekolah. ketika, Nikel berteriak lantang dan dari situlah Platinum jadi tau kalo, nikel adalah sahabat zahra.
Dan Platinum juga tau seberapa kejamnya pak amar kalo menghukum murid, gak tanggung tanggung.
Makannya ia mengajak zahra untuk pulang bareng, karna kasihan sih lebih tepatnya.
Setelahnya zahra menerima pesan dari nicel, bahwasannya ia tidak bisa menghantar zahra karna hukuman dari pak amar belum selesai.
Ada rasa bersalah dari hati zahra karnanya nicel harus dihukum sebegitunya oleh pak amar.
"Ya sudah, selamat menunggu sampai lumutan" ujar Platinum menanjapkan gas.
"Ehhh aku ikut kak" ujar zahra dan segera naik keblakang motor platinum.
Nicel sedang membersihakan toilet pria, yang bau pesing dicampur dengan bau rokok.
Entah kenapa sebegitunya pak amar menghukum nicel sampai bulan bulanan seperti ini. Hanya karna nicel mengerjakan tugas darinya disekolah dan memberikan contekan kepada zahra.
Gak tau lagi deh gimana pola pikir pak amar.
"Ahirnya bersih juga" ujar nicel menaroh pelan dan juga ember dipojokan pintu.
"Sudah beres" ujar pak amar dengan suara basnya mengagetkan nicel.
"Ehh, sudah pak sekarang saya mau pulang" nicel melangkakan kakinya menjauhi pak amar.
Baru satu langkah nicel menjauhi pak amar, baju nicel malah ditari oleh pak amar dari belakang.
"Kenapa lagi sih pak?" Ujar nicel kesal.
"Ini tugas buat kamu, tugas tadi saya tidak kasih kamu nilai. jadi kamu harus mengerjakan tugas yang berbeda untuk mengisi nilai kamu yang tidak ada nilainya itu" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platinum
Ficção AdolescentePernahkah kamu merasakan rasa senengnya dipertemukan kembali dengan seseorang yang pernah ada dihidupmu, dipertemukan kembali dengan cara yang unik, bahkan sangat unik. Tapi sayang salah satu dari mereka tidak mengingat, lebih tepatnya tidak menyad...