Bisakah?

8.1K 515 65
                                    


Mereka duduk saling berhadapan di kantin Rumah Sakit. Geby duduk dengan canggung di tempatnya, ia menunduk dan memilih sibuk dengan kuku-kuku jarinya ketimbang menatap Elvano dan mata dinginnya yang selalu susah untuk dibaca.

"Apa kabar?" Elvano memulai.

Suaranya terdengar tenang, dan hal itu membuat Geby semakin gelisa.

"Baik," jawab Geby singkat.

Geby benar-benar tidak nyaman dengan situasi mereka. Dia tidak siap untuk bertemu dengan Elvano, tidak mudah baginya untuk bersikap normal. Pengaruh seorang Elvano baginya sangat besar dan perasaan Geby yang tidak menentu akan membuatnya semakin tak nyaman.

"Mengenai apa yang saya katakan tadi. Saya serius," ucap Elvano.

Pria itu dengan ekspresi datarnya berbicara seolah kalimat yang keluar dari mulutnya bukan apa-apa. Sebaliknya bagi Geby hal itu benar-benar gila, kenapa pria yang menolaknya enem tahun lalu, seseorang yang sudah lama tak ditemui tiba-tiba mengajukan pernikahan padanya. Apa pria itu sudah kehilangan kewarasannya.

"Saya masih tidak mengerti kenapa mas.. Kenapa mas Elvano tiba-tiba mau menikah dengan saya?" balas Geby gugup.

Ia bingung dan kegugupannya membuat suara Geby bergetar, membuatnya merasa lemah.

Seharusnya pengaruh Elvano tidak sebesar ini karena mereka sudah lama tak bertemu, tapi hanya karena satu kalimat, Geby berubah melemah.

"Tidak ada alasan apa pun yang membuat kita harus menikah. Tolong bicara hal yang masuk akal mas."

Kali ini Geby berusaha untuk nampak tegas, secinta apa pun ia pada Elvano tapi ia tak ingin dipermainkan seperti ini. Menikah dengan Elvano yang tidak mencintainya benar-benar nampak seperti sesuatu yang dibuat pria itu hanya untuk mengolok-ngoloknya.

"Apa menurut kamu saya bicara hal yang tidak masuk akal? Saya serius dengan apa yang saya katakan. Saya bukan lah tipe orang yang suka bermain-main Geby," balas Elvano.

"But Why? "

"Why not?" Elvano balas bertanya.

Geby menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak bisa mengerti isi kepala seorang Elvano. Bahkan sejak dulu.

"Tapi kita tidak saling mencintai!" bentak Geby. Ia sudah berada di batasnya, tidak bisa lagi ia berpura-pura tenang.

"Tidak saling mencintai? Apa kah pernyataan cinta kamu enem tahun lalu hanyalah kebohongan?"

Tiba-tiba membahas masa lalu, membuat Geby semakin gugup. Tidak bertemu enem tahun, tidak pernah ada kabar apapun mengenai pria itu, mereka juga tidak saling kontak tapi tiba-tiba saja ia membahas apa yang pernah terjadi di masa lalu semakin membuat Geby kebingungan.

"Kenapa tiba-tiba membahas apa yang terjadi dulu? Kejadian itu sudah lama.  Tidak penting untuk membahas sesuatu yang sudah lama berlalu." ujar Geby.

Ia memalingkan wajahnya dari Elvano, dan memilih menatap orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

"Kamu bilang kita tidak saling mencintai. Tapi kamu pernah menyatakan cinta pada saya. Itu mengapa saya bertanya lagi. Karena jika itu bukan kebohongan kita bisa melakukan pernikahan ini karena paling tidak salah satu dari kita punya perasaan itu. Jadi pernikahan ini tidak akan sulit karena saya hanya tinggal menumbuhkan perasaan yang sama."

Geby tersenyum masam. Dulu dan sekarang tidak ada yang berubah, dia masih menjadi yang paling menyedihkan. Bagaimana bisa ia jatuh cinta dengan pria dingin yang suka bicara seenaknya seolah lawan bicaranya adalah manusia yang tak punya hati, seseorang yang tidak perlu dipertimbangkan perasaanya.

Make Love To You (Adult!)21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang