Pembalasan

59 27 3
                                    

"Tok tok tok." Rasyid mengetuk pintu, tak lama kemudian seorang kakek-kakek keluar dari rumah tua tersebut.

Dan mempersilahkan Rasyid masuk.

"Silahkan masuk nak"

"Terimakasih kek," jawab rasyid.

"Coba kau ceritakan apa tujuan kamu datang kemari?" tanya kakek tersebut.

Sambil menahan amarah mengingat perlakuan ayahnya Rasyid menceritakan kepada kakek tersebut.

"Aku hanya ingin ayah merasakan penderitaan apa yang ibu alami.”

“Kalau begitu, kau ingin aku melakukannya dengan cara apa?” tanya kakek itu sambil memainkan jenggotnya.

Rasyid memandang tajam sang kakek, “Lakukan dengan cara apapun, asalkan dia bisa merasakan penderitaan yang Ibu rasakan selama ini.”

“Kau mau membayar dengan apa, anak muda?”

Rasyid menggertakkan giginya, inilah yang paling ia tidak ketika meminta bantuan ahli, ia harus membayar.

Ia menghela  nafas, “Aku akan membayar dengan uang. Tapi Kakek harus memastikan bahwa ayah merasakan apa yang Ibu rasakan.”

Kakek itu mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu meminta foto ayah Rasyid dan bertanya tentang apa saja yang telah ayahnya lakukan sehingga membuat ibunya sakit secara fisik dan batin.

Rasyid mulai menceritakan semuanya dan Kakek itu mulai melakukan tugasnya, seperti memasukkan foto ayah Rasyid ke dalam tempat berisi kembang tujuh rupa, kemenyan dan lainnya. Ia mulai mengambil boneka khusus untuk hal-hal seperti ini.

“Karena bayarannya sedikit, rasa sakit yang dirasakan oleh ayahmu akan datang dengan cepat  dan tidak akan bertahan lama,” jelas Kakek itu.

Rasyid hanya menganggukkan kepalanya, tanda ia mengerti. Ia tidak bisa meminta lebih karena uang yang ia punya tidak cukup.

“Kau boleh pergi sekarang, ini akan mulai bekerja nanti malam.”

Rasyid bangkit dari duduknya sambil menenteng tas yang ia bawa, “Terima kasih, Kek. Permisi.”

Kakek itu hanya menganggukkan kepalanya, lalu fokus lagi dengan pekerjaan yang harus ia lakukan.

Rasyid mendudukkan dirinya di jembatan yang ada di jalan menuju rumah Kakek itu. Ia menghela nafasnya, menendang kerikil yang ada di sana sambil memikirkan apakah yang ia lakukan ini benar.

“Ini terasa benar dan tidak di saat yang bersamaan,” gumamnya sambil menundukkan kepala.

“Ck! Sudahlah bodoh! Kau tidak boleh lemah seperti ini, apa yang kau lakukan itu sudah benar!”

Rasyid memelototkan matanya ketika ia mendengar suara itu, suara yang sudah tidak asing baginya. Ia takut tetapi juga merasa sedikit lebih tenang.

Ia kembali melanjutkan jalannya setelah ada beberapa orang-sepertinya warga desa ini-melihatnya dengan pandangan keheranan.

Lagi-lagi ia menghela nafas, rumahnya terlihat sangat berantakan.

“Assalamu’alaikum, Bu?” ucapnya sambil masuk ke dalam rumah dengan hati-hati.

Ia pergi ke seluruh ruangan yang ada di rumah itu untuk menemukan Ibunya. Dapur adalah ruangan terakhir yang ia periksa, betapa terkejutnya ia ketika menemukan sang Ibu tergeletak tak berdaya dengan luka sayatan di lengannya dan pisau dapur di sebelahnya.

Dengan panik ia langsung pergi ke klinik terdekat. Setelah sampai di klinik, Ibunya langsung ditangani dan ia mengurus administrasi.

Luka di pergelangan tangan ibunya sudah selesai dibalut perban sejak 30 menit yang lalu. Tadi ibunya sempat terbangun, kemudian tertidur kembali.

Rasyid menggenggam tangan itu sambil mengelusnya, ia memikirkan kenapa ayahnya bisa tega menyayat pergelangan tangan ibunya.

“Bu, Rasyid janji bakalan ngehilangin semua penderitaan yang ibu rasain selama ini. Tolong bertahan, ya, Bu,” gumamnya sambil membaringkan kepalanya di sebelah lengan sang ibu.

Rasyid berbaring di samping  sang ibu  tak lama kemudian ia  tertidur dan menyusul ibunya ke alam mimpi.

Ibu rasyid terbangun ketika merasa ada yang berbaring di lengannya

"Maafkan ibu nak,ibu belum bisa membuat kamu bahagia seharusnya ibu yang bekerja kamu hanya perlu fokus ke pendidikan kamu"lirih sang ibu  sambil menitikkan air mata

Rasyid terbangun ia mendengar tangisan dari wanita yang melahirkannya.

"Bu,ibu kenapa?apa yang sakit bu?".

"Ibu tidak apa apa nak"

Rasyid tau ibunya berusaha menutupi kesedihan yang dialaminya.

Karena sudah sangat larut rasyid dan ibu bermalam di klinik.

•••
Hai! Selamat datang di part 4 kelompok 2, jangan jadi silent reader's yaa^^.

-Vina
-Desti
-Fira
-Aisyah

Salam Sayang❤️.

Kenangan dan Sayatan [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang