Chapter 9 - Aku Peduli

44 15 0
                                    

"Ada apa? Kenapa diam?" tanya Suryani.

"Ah, bukan apa-apa kok," sahut aku cepat. "Begini. Terima kasih sudah menyelamatkan aku tadi. Untung saja kita tidak ketahuan tiga orang itu."

"Sama-sama. Dan omong-omong, mereka itu anggota kelompok mencurigakan yang sempat rusuh di dusun kami. Kamu harus hati-hati dengan mereka. Nah, mengapa tadi kamu teriak-teriak enggak jelas?"

Aku merasa sulit menjawab. Kalau diingat lagi, itu memang sangat memalukan.

Suryani kembali bertanya. "Bagaimana kamu bisa datang kesini?"

"Itu... aku pikir ada tempat tersembunyi di hutan ini. Jadi aku penasaran."

"Kamu datang sama siapa?"

"Sebenarnya aku datang sendiri kesini. Tapi sebelum itu aku diculik sama kakek tak tahu malu yang ternyata adalah kakek dari teman aku sendiri. Dia sempat bawa aku ke sebuah rumah kosong di tengah hutan yang katanya jadi pintu masuk ke kampung halaman mereka."

"Pintu masuk? Kakek dan temanmu itu siapa?"

"Nama temanku Nanny, dan kakek dia namanya Borhan. Mereka itu—"

Belum selesai aku berbicara, Suryani langsung terkejut. "Siapa? Tuan Burhan? Sejak kapan beliau datang? Ah tadi kamu juga sebut Nani, penerus dusun ini. Astaga, aku harus ketemu sama mereka berdua!"

"Ah, nenek. Aku belum selesai omong."

"Nenek?"

Seketika aku sadar dengan ucapan barusan. "Maksud aku tadi... eh, itu wajahmu mengingatkan aku sama nenek."

"Nenek kamu itu awet muda jadi mirip denganku gitu?"

"Ah, lupakan saja," suruh aku mengalihkan topik. "Kamu kenal sama kek Borhan?"

"Jangan bilang begitu, itu tidak sopan. Tuan Burhan adalah tetua di dusun ini."

"Dusun apa namanya?"

"Bandaru. Bukankah aku sudah sebut tadi?"

Aku berpikir sejenak. Tidak pernah terlintas di pikiran bahwa ada kampung atau dusun bernama Bandaru. Paman yang sempat bekerja sebagai perangkat kecamatan tempat tinggalku juga tidak menyebut nama kampung itu.

"Kalau begitu, aku mau ke rumah Tuan Burhan sekarang. Ayo kamu harus ikut!" Perempuan itu langsung menarik tanganku.

"Lah, kenapa aku harus ikut? Kukira kau mau usir aku dari tempat ini"

"Tapi tidak mungkin kamu bisa kesini kalau tidak pernah bertemu tuan Burhan, kan? Dan kamu mau tinggal di hutan ini selamanya?"

Akhirnya aku memutuskan pergi dengan perempuan bernama Suryani ke rumah kakek Borhan. Aku membayangkan jika saat ini pasti berada pada dimensi waktu yang berbeda, di kehidupan masa lalu nenek mungkin.

oooooo

Tak lama kami sampai di rumah yang dimaksud Suryani. Ini rumah yang sama seperti terakhir kali aku datangi saat pertama kali mendatangi hutan hingga tercebur sungai. Tidak ada yang berubah, kukira begitu. Rumah tersebut sama tuanya dengan yang aku tahu.

 Rumah tersebut sama tuanya dengan yang aku tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meet The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang