08

67 10 3
                                    

Memang ya, takdir itu lucu dan selalu tidak terduga. Kamu tidak akan pernah tahu...

Mungkin saja, orang asing yang duduk di sebelahmu saat berada di bus adalah seseorang yang nantinya akan menjadi pasangan hidupmu.

Atau mungkin, orang yang tanpa sengaja kau senggol di jalan adalah orang yang akan menyelamatkan nyawamu nantinya. Entahlah.

Iya memang takdir itu lucu.

Bahkan Taeyong tengah menertawakan takdirnya sekarang ini. Bagaimana bisa dia yang awalnya hanya ingin menikmati sunset di pantai dengan tenang, sekarang justru saling tatap dengan lelaki yang benar-benar ia benci?!

"Kok lu di sini sih?!"

"Dih?! Emang ni pantai punya moyang lu? Kan kagak!"

Doyoung menyilangkan tangannya di depan dada, "Gue bisa aja beli pantai ini sekarang juga dan black list elu dari sini ye!"

"Nggak waras!"

"Elu juga!"

"Lhah gue diem doang???!!"

"Brisik!!!"

Jung yang sedari tadi menyimak pertengkaran kedua bocah lelaki itu, hanya bisa menghela nafasnya pelan. Sama sekali tidak ada niatan untuk melerai, karena diam-diam ini juga menjadi hiburan kecil baginya.

Tapi kalau tidak dilerai, nanti mereka bisa diusir karena sudah mengganggu ketenangan di sana.

"Tuan muda dan temannya-"

"KITA NGGAK TEMENAN!!!"

Jung menghela nafasnya, "Iya bukan teman. Tapi tolong setidaknya jangan membuat keributan di sini. Nanti kita bisa diusir,"

"Kalau gitu, usir aja dia Jung! Dia yang jadi sumbernya!"

"Lhah kok gue?! Kan elu yang mulai!" balas Taeyong tidak terima.

Sret!

Sret!

"Nah, sekarang duduk diam dan nikmati saja sunset nya. Orang datang ke pantai ini untuk mencari ketenangan bukan keributan," kata Jung setelah memaksa Taeyong dan Doyoung untuk duduk bersebelahan menghadap ke laut.

Keduanya sudah kembali ingin protes. Tapi masing-masing langsung terdiam ketika melihat pemandangan sunset yang benar-benar indah itu.

Sepertinya akan sangat sia-sia jika mereka kembali bertengkar dan melewatkan pemandangan ini.

"Lu...ngapain ke sini?"

Taeyong menatap Doyoung bingung, "Dih? Ngajak ngomong gue lu?"

"Jawab aja kenapa sih anjing?!"

"Kepo,"

"Tai!"

Doyoung menggerutu kesal. Dia sudah berusaha mengajak Taeyong mengobrol, tapi lelaki itu benar-benar memberikan reaksi yang menyebalkan.

Taeyong tertawa kecil, "Dih? Ngamok. Gue cuman iseng aja ke sini. Nyari angin,"

"Oh,"

"Lhah elu? Ngapain ke sini?"

"Ya anggep aja nyari angin juga,"

"Oh..."

Kemudian keduanya terdiam. Fokus mereka sudah tidak pada sunset itu, tapi bagaimana cara mereka menghilangkan suasana canggung di antara mereka saat ini.

"Gue...mau cerita, boleh? Lu nggak harus dengerin sih. Gue cuman mau ngeluarin unek-unek aja," kata Doyoung pelan.

Sebenarnya, Taeyong sudah ingin mengejek lelaki itu habis-habisan. Apakah benar ini Kim Doyoung yang selalu mem bully nya di sekolah?

Tapi setelah melihat wajah Doyoung yang tampak lelah, Taeyong mengurungkan niat itu.

"Yaudah cerita aja sih. Tapi ya karena lu bilang gue nggak perlu dengerin ya kemungkinan gue beneran nggak dengerin,"

Doyoung mengangguk paham, "Gue cuman...nggak siap. Nggak siap sama perubahan yang terlalu tiba-tiba di hidup gue. Sejak ayah ngadopsi 3 anak dari panti asuhan, beliau jadi berubah..."

Mendengar kata "3 anak dari panti asuhan", Taeyong langsung memusatkan perhatiannya pada cerita Doyoung. Bisa saja ini akan menjawab pertanyaannya sebelumnya kan?

"Seumur hidup gue jadi anaknya, beliau nggak pernah yang namanya ambil cuti. Bahkan waktu gue ulangtahun sekalipun. Tapi sekarang? Ayah ngambil cuti beberapa hari buat mendekatkan diri ke mereka bertiga,"

"Tapi setidaknya lu masih punya orangtua dan lu juga udah pernah dapet kasih sayang dari mereka kan? Anak panti asuhan yang lu maksud itu...mereka sama sekali nggak pernah ngerasain itu semua," kata Taeyong sedikit kesal.

Dia merasa bahwa Doyoung menceritakan keluh kesah soal orangtua padanya, benar-benar tidak masuk akal.

Lelaki itu nyaris memiliki semuanya. Orangtua, kepintaran, kekayaan. Apalagi yang kurang? Kenapa dia mengeluh akan hal kecil seperti ini?

Doyoung mendecih pelan dan mengambil sebuah batu yang ada di dekatnya. Dia melempar batu itu ke arah laut dan melihat benda itu terpantul beberapa kali sebelum akhirnya tenggelam.

"Punya orangtua, bukan berarti gue pernah dapet kasih sayang dari mereka," balas Doyoung.

"Punya orangtua, bukan berarti gue pernah dapet kasih sayang dari mereka," balas Doyoung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah ini bisa dihitung sebagai baikan? :D

Random story:
Jadi tadi ada anak kucing masuk rumah trus tiduran di karpet ruang tamu. Disuru bokap bawa keluar soalnya emang keluarga nggak terbiasa melihara hewan kecuali ikan sama burung.

Kubawa keluar, pas banget malah ketemu pemiliknya. Ternyata kucingnya dikasi nama Bubu. Dalam hati langsung mikir, "T-Taeyong?" plislah 😭🙏

Thx for ur support, jaga kesehatan, and have a nice weekend :D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[3-4] ATTACK's Series: AFTER ATTACK-BEFORE ATTACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang