Part 11

1K 41 4
                                    

Setelah menyelesaikan beberapa meeting dan menandatangani tumpukan berkas yang sengaja Kijoon selesaikan dengan cepat, membuatnya bisa pulang lebih awal.

Jarak tempuh Seoul menuju pusat kota Jeonju sekitar 204 kilometer yang memakan waktu hampir 2 jam 20 menit, belum lagi perjalanan menuju villa Kijoon yang ada dipertengahan bukit membuatnya frustasi dengan jarak tempuh yang sangat membuang waktu.

Kijoon menarik pedal gas mobil yang tengah ditumpanginya, membanting kemudi kekanan dan kekiri menyalip beberapa mobil yang menghalagi jalannya, mengabaikan suara klakson protes dari pengendara lain yang terganggu.

Kejadian ini harus diabadikan dan masuk kedalam 7 keajaiban dunia. Tentu saja manusia yang bernama Uhm Kijoon ini merupakan seorang workaholic, ia lebih mementingkan meeting daripada tidur, dan lebih memilih berpacaran dengan berbagai berkas daripada membuang waktu untuk sekedar mengisi perutnya yang meronta kelaparan.

Gila, benar-benar gila kerja. Tapi lihat sekarang, meeting yang selalu menjadi nomor satu kini menjadi nomor kesekian tergeser oleh seorang gadis biasa namun mampu menjungkirbalikkan prinsip seorang Uhm Kijoon yang berdarah dingin.

Sungguh luar biasa bukan? Entah pesona apa yang ada dalam diri Jiah, bisa membuat seekor serigala utara berubah menjadi anjing rumahan.

Kijoon menepikan mobilnya saat matahari terbenam digantikan oleh cahaya remang dari sang rembulan, titik-titik putih pun berjatuhan ikut menyambut kedatangan Kijoon dari atas langit membuat suasana malam semakin indah.

Kemudian Kijoon keluar dari mobil tak lupa membawa sesuatu untuk gadisnya. Senyum Kijoon mengembang saat mendapati gadisnya berdiri diatas balkon tengah menadahkan telapak tangannya kelangit, mencegah butiran salju turun ke tanah.

Kijoon segera masuk kedalam villa, menyalakan beberapa lampu untuk menerangi ruangan yang gelap gulita. Hari ini Kijoon berbaik hati kepada seluruh pelayannya untuk bekerja setengah hari, Kijoon mengambil kesempatan ini untuk lebih dekat lagi dengan Ji ah.

"Hai. Apa kau tidak kedinginan?"

Jiah yang masih focus dengan buliran salju yang berjatuhan kini mengalihkan pandangannya kepada Kijoon yang tengah menyampirkan mantel pada pundaknya. Jiah tersenyum lembut, sebagai ungkapan rasa terima kasihnya.

"Terima kasih. Bolehkah aku menanyakan sesuatu, mmm.." ucap Jiah dengan ragu.

"Kihoon, Uhm Kijoon. Namaku Uhm Kijoon" Buru-buru Kijoon menyebutkan Namanya saat Jiah terlihat kebingungan.

"Uhm Kijoon-ssi kenapa kau membawaku kemari?"

Pertanyaan singkat dari Jiah membuat Kijoon diam tak berkutik, ia harus memilah kata yang tepat kepada Jiah agar tak menimbulkan kesalahpahaman.

"Aku hanya membawamu ketempat yang aman"

"Aku tak paham dengan maksudmu"

"Begini.."

"Ani, jamkkanman.. kau bilang tempat ini aman? Tempat asing ini kau bilang aman? Sungguh aku tidak mengenalmu Kijoon-ssi, tiba-tiba kau datang merebut kebahagiaanku. Hidupku Bahagia selama ini, sebelum kau datang menghancurkan segalanya"

"Ani, aku akan jelaskan padamu" ucap Kijoon sambil berusaha memegang bahu Ji ah.

"Jangan mendekat!" larang Jiah dengan nada keras.

"Aku ingin pulang"

"Pulang? Tak ada siapapun yang mengharapkanmu untuk pulang"

Sakit. Perkataan Kijoon terasa menusuk ke ulu hatinya. Benar, tak ada siapapun yang mengharapkannya untuk kembali pulang. Tak ada yang menunggunya dengan cemas. Jiah tersenyum miris.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang