Begitu membuka mata, Seirian merasa sedikit pusing di kepalanya. Ia kembali memejamkan mata dan kembali tidur dengan posisi telentang dan kedua tangan yang ia rentangkan lebar-lebar di kasur. Wanita itu -panggilan gadis sudah tidak berlaku lagi padanya- tidak menyadari jika seorang pria berdiri menyender di daun pintu memperhatikannya.
"Bangun," Seirian mendengarnya. Namun, tidak ada niat melakukan seperti apa yang pria dengan suara tidak asing itu katakan. "apa kau tuli?" Seirian mengingatnya, nada itu persis seperti pria bajingan terkutuk yang merendahkannya.
"Apa ini caramu memancingku untuk menghampirimu? Kau ingin segera menyelesaikan kesepakatan ternyata." Bisikan itu terdengar sangat menggelikan di telinganya.
"Aku masih mengantuk."
"Bangun, maka kantukmu akan hilang."
"Aku tidak berniat menghilangkannya."
"Jangan mendebatku!"
Napas Seirian memburu karena pria itu dengan seenaknya meremas asetnya yang tidak memiliki pelindung. "Aku akan bangun, hentikan."
"Tidak. Sudah terlambat."
Pria itu memposisikan diri di atas Seirian yang langsung membuka matanya. Mereka langsung bertatapan dengan tatapan pria itu yang intens menatapnya. "Terima hukumanmu karena tidak mendengarku."
"Aku mendengarmu. Aku tidak menerima hukuman selain dari bajingan busuk yang selalu memberi perintah." Seirian membawa ayahnya ke dalam pembicaraan dengan orang asing.
Ia menggigit bibir bawahnya begitu remasan yang diterimanya menjadi kasar. Tangannya terangkat, hendak menepis tangan kurang ajar itu. Namun, pria itu membaca gerakannya hingga kedua tangannya terkunci. Untung baginya karena pria itu berhenti memainkan asetnya.
"Kau sudah puas bermain. Jadi berikan aku makan."
"Aku akan memberimu makan," Pria itu tersenyum sinis sebelum mendekatkan wajahnya pada asetnya yang masih tertutupi dress satinnya. "tapi setelah kau menjadi makananku."
Selanjutnya hanya deru napas Seirian dan badannya yang sesekali tersentak menahan gairah yang melandanya tanpa henti. Pria itu menghentikan aktivitasnya. Ia menatap puas wajah wanita yang berada dikuasai gairah.
Pria itu merobek dress satin yang membungkus tubuh Seirian dengan mudah. Setelah tidak ada apapun yang melekat di tubuh wanita itu, ia melepas pakaiannya hingga mereka sama-sama polos. Ia lalu mulai mendorong masuk miliknya.
"Panggil namaku," perintahnya.
"Aku ... tidak tahu namamu hhhh."
"Clement." Pria itu membisikan namanya di telinga Seirian.
"Apa harus?"
"Ya."
Clement mendorong keras hingga Seirian menjeritkan namanya. "Clement!"
"Ya, terus lakukan itu."
Clement kembali melakukan hal yang sama seperti tadi malam. Memakai pelindung sebelum mencapai pelepasannya. "Kenapa kau memakai benda sialan itu?! Kita sudah sepakat tadi malam!" Teriakan Seirian setelah mereka selesai membuat Clement menyunggingkan senyum.
"Ini hukuman. Ingat? Kesepakatan dilakukan setelah kau makan." Clement memakai celana santainya di hadapan Seirian yang mengalihkan pandangan. Ia tidak terbiasa dengan tubuh pria.
Clement berdiri di depan Seirian dengan bertelanjang dada. "Pakai bajumu. Kau akan kuberi makan seperti apa yang kau pinta."
"Sial, ucapanmu seakan aku pengemis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Inflammable With The Mafia
RomantizmWARNING⚠️ 21+ (umpatan, kata-kata kasar, adegan ciuman dan seksual, pembunuhan, sadis, dan adegan dewasa lainnya.) - Adult Romance, Billionaire x Mafia - 🥀🗝️🌹 "Kau akan menikah." "Kenapa aku harus melakukanny...