Jam di kamar ku menunjukkan pukul 7 lewat, sudah waktunya untuk makan malam. Aku merapikan buku dan alat tulis sebelum keluar dari kamar.
Aku menuruni tangga yang langsung menghadap meja makan. Mama tampak sedang menata lauk pauk untuk makan malam. Tidak mewah hanya sayur bening dan tempe balado. Mamah tidak pernah memasak makanan yang ribet untuk weekday karena mamah juga bekerja sebagai seorang guru konseling. Sementara ART yang bekerja hanya bertugas sejak pagi hingga siang.
Aku membantu mamah menyiapkan perlengkapan makan, setelah selesai aku memanggil ayah dan kami memulai makan malam kami.
"Mah tadi di sekolah Melodi 'kan ada acara campus fair, terus pendaftaran SNMPTN sebentar lagi dibuka, insyaallah lusa dibagikan nomor pesertanya, terus Melodi belum tau mau kuliah dimana", ujarku membuka pembicaraan malam ini.
"Terserah kamu maunya apa", ujar mamah yang ditanggapi anggukan oleh ayah.
"Tapi Melodi bingung mah, ada saran atau masukan nggak?", Tanyaku benar-benar blank tentang masa depanku.
"Kamu masih suka menulis kan? Kalau kamu mau coba saja jurusan bahasa Indonesia". Aku memikirkan sejenak saran, ada benarnya juga sih.
"Pendidikan atau sastra?", Tanyaku lagi.
" Terserah, pendidikan boleh, sastra juga boleh", jawab mamah lagi.
"Kalau kampusnya dimana?", Tanyaku lagi.
"Tanya ayah tuh"
"Yah?"
"Yang dekat-dekat saja, UIN Jakarta, UNJ, UI, UPN, UP, Universitas Pahlawan", jawab ayah menyebutkan beberapa kampus ternama di daerah Jakarta. Aku mengangguk paham. Setelah ini aku akan mencari seputar jurusan sastra Indonesia di kampus-kampus di wilayah Jakarta.
Makan malam itu diisi oleh pembicara mengenai rencana kuliah ku nanti.
Begitu selesai makan, aku membantu mama merapikan bekas makan kemudian naik ke kamar dan membuka laptopku, mulai mencari jurusan sastra Indonesia di universitas Jakarta, sekaligus tingkat keketatannya. Sampai pada list terakhir ku universitas pahlawan. Jurusan sastra Indonesia fakultas ilmu budaya di kampus tersebut cukup menarik perhatian ku, namun aku tidak mau masuk swasta selagi ada kesempatan masuk negeri. Bukan masalah kualitas, tapi masalah biaya, sudah menjadi rahasia umum kampus swasta lebih mahal ketimbang kampus negeri. Belum lagi letak kampus universitas pahlawan cukup jauh dari rumah ku. Akan memakan biaya yang lebih besar jika aku kost.
Mengingat kampus itu, pikiran ku melayang pada sosok yang kusukai. Entah apakah itu rasa suka, atau rasa kagum.
Namanya Zaky. Muhammad Zaky ____, kakak kelas 1 tingkat diatasku. Aku tidak begitu mengenalnya. Aku mengenalnya karena suatu kejadian yang tidak pernah kulupakan.
Saat itu aku duduk di bangku kelas 10, aku menjadi perwakilan sekolah ku dalam lomba menulis cerpen yang diadakan salah satu sekolah favorit. Dan dia mewakili sekolah dalam lomba menulis essay.
Hari itu hari pengumuman. Aku, dia, dan beberapa siswa sekolah ku yang mengikuti lomba hadir di sekolah penyelenggara lomba. Saat pemenang diumumkan, aku mendapat juara 3. Aku tentu merasa kecewa, karya ku bergenre sci-fic kalah dari genre romance. Padahal aku bersusah payah melakukan riset dan bertanya pada teman-teman ku yang pintar. Di sela-sela rasa kecewa ku, aku turut mendapatkan ucapan selamat dari guru dan juga berbagai penghiburan. Namun semua penghiburan itu justru membuatku semakin sedih, aku merasa kalah, dan dikasihani. Hingga dia datang dan mengucapkan sesuatu yang membuat perasaanku membaik.
"Ide ceritanya menarik ko, nanti", ujarnya dengan senyum manis dan dimplenya yang menghiasinya.
Sejak saat itu mata ku tidak pernah bisa teralih darinya. Hubungan kami tetap sama, hanya sebatas senior-junior. Diawal-awal jika berpapasan kami saling sapa, yaah hanya sekedar tersenyum mengangguk sopan. Namun entah sejak kapan, aku tidak pernah mendapatkan sapaannya lagi.
***
"Ma, Melodi SBMPTN ambil sastra juga?", Tanya ku pada mama yang sedang sibuk menonton tv. Tanpa mengalihkan pandangannya ia mengangguk, lalu menjawab "boleh kalau kamu mau. Kalau mau coba jurusan lain yang selinear sama jurusan kamu juga boleh, misalnya perawat, kesmas, atau ilmu saintek".
Aku memikirkan sejenak kata-kata mamah. Bisa juga sih, untuk SNMPTN pilihan pertama dan kedua aku memilih sastra Indonesia. Haruskah aku mencoba jurusan lain? Apa yaa... Keperawatan? Atau kesmas? Atau ilmu gizi?
"Tapi Melodi gk Pd mah daftar di jurusan Saintek. Selama ini Melodi aja heran, kok bisa-bisanya dapat nilai bagus dan dapat ranking 3 besar", ujarku mengutarakan sedikit keresahan hati ku. Itu nyata dan benar adanya. Otak ku tidak seencer yang orang pikiran, aku bahkan heran bagaimana bisa aku mendapat peringkat yang bagus di kelas?
"Usaha, doa tawakal. Yakin aja dulu", jawab mama santai.
Baiklah, aku akan melakukan itu. Aku pamit pada mama untuk menuju kamarku. Sesampainya di kamar aku mulai menulis rencana studi ku sambil memikirkan apa yang harus kulakukan.
Ini hal yang biasa kulakukan. Membuat rencana hidup. Meskipun detailnya aku belumntahu, namun aku punya target-target yang harus kucapai. Misal setelah lulus aku harus langsung kuliah. Harus memiliki IPK diatas 3.00, Lulus maksimal 4 tahun, bekerja sambil mempersiapkan studi S2. Rencana secara garis besar harus ku catat agar aku bisa melakukan persiapan yang matang.
Bahkan aku sudah merencanakan pernikahan. Aku ingin menikah di usia 25-30 tahun. Bagi sebagian orang mungkin heran dengan rencana ku yang ingin menikah di usia itu. Namun aku punya pertimbangan sendiri, salah satunya aku ingin mengeksplor banyak hal, dan sukses di pekerjaan dan pendidikan. Aku anak tunggal aku ingin lebih lama menghabiskan waktu dengan orangtuaku dan membahagiakan mereka. Apapun yang mereka inginkan, pasti, sebisa mungkin aku turuti.
***
Hola guys... Gimana part kedua ini? Udah bisa membayangkan sosok Melodi belum?Mohon kritik dan sarannya yaa, tulisan ini sebagai ajang untuk belajar, terimakasih 😊🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Blue (Kumpulan Cerpen)
ChickLitRindu, benci, sedih, cinta, dan kehilangan... berbagai perasaan yang kusebut feeling blue. -Kumpulan cerita tentang feeling blue- Cerita ini cocok untuk kalian yang suka cerita ringan, dan galau-galau atau sedih.