Chapter 2

1K 169 15
                                    

River melirik arlojinya, sudah lima belas menit Snowy tidak kembali. Namun di saat bersamaan, wanita itu muncul dengan wujud barunya yang ... Cantik. Tanpa kacamata, dan rambut terurai indah.

"Mau pergi sekarang?" tanya Snowy dengan senyum tak kalah menawan.

River mengangguk.

Keduanya berjalan bersisian saat keluar dari cafe. Snowy tampak canggung, sehingga lebih banyak menunduk.

River membukakan pintu untuk wanita itu. Mobil sport yang hanya terdapat dua kursi itu, selalu jadi impian para wanita di kampus untuk bisa duduk di sana. Snowy merasa beruntung. "Makasih," ucapnya pada pria itu.

River tersenyum.

Mobil mulai berjalan santai. River berulangkali melirik Snowy, tapi tidak mengatakan apapun.

"Lo ... Kenapa ngeliatin gue terus dari tadi?" tanya Snowy akhirnya. "Apa penampilan gue aneh?"

River terkekeh dan menggeleng. "Lo cantik, makanya gue liatin terus." Jawaban yang tanpa sadar membuat wanita di sebelahnya tersipu.

"Lo nggak papa tanpa kacamata?" tanya River penasaran.

"Sebenernya jadi kurang jernih aja buat lihat sesuatu, but it's okay."

"Pake aja kalau nggak nyaman."

"Kacamata gue pecah. Tadi nggak sengaja kesenggol pas ganti baju, jatuh deh."

River tersenyum geli. Ternyata dia salah. "Gue pikir Lo sengaja nggak pake biar kelihatan cantik di mata gue," kekehnya.

"Hah?" Snowy terkejut dengan asumsi itu. "Nggak kok, beneran pecah." Dikeluarkannya kacamata itu dari dalam tas agar River tidak salah paham.

River menoleh, dan benar sebelah kacamata Snowy retak. "Oke ... gue percaya kok. Lo bikin gue malu aja udah mikir kayak tadi," kekehnya lagi.

"Biar nggak salah paham." Snowy menaruh kembali kacamatanya ke dalam tas.

"Interesting."

"Hah?" Snowy menoleh kembali pada pria itu.

"Lo menarik," beritahu River.

Snowy menunduk tersipu.

Mereka akhirnya sampai. Sebelum mendatangi bioskop, Snowy lebih dulu mampir ke toko kacamata untuk mengganti lensa yang sudah pecah.

"Kenapa nggak beli yang baru aja?" tanya River.

"Itu kacamata baru, sayang kalau dibuang." Snowy tersenyum.

River pun mengangguk. Padahal kalau dilihat dari mobil yang dibawa oleh sopir Snowy, terlihat jelas kalau wanita itu berasal dari keluarga berada. Tapi kenapa bisa sesederhana ini?

"Lensanya baru selesai dua jam lagi, jadi kita ambil setelah nonton aja."

"Ayo!" River lantas menggandeng tangan Snowy.

Snowy menoleh kaget pada genggaman tangan River, sekaligus merasa deg-degan.

"Biar Lo nggak jatuh," beritahu River mengenai alasan dia menggandeng Snowy.

Snowy meringis. Padahal matanya tidak separah itu. Dia hanya kesulitan melihat tulisan kecil, atau objek yang terlalu jauh. Tapi digandeng seperti ini rasanya nyaman.

"Nggak ada yang marah, kan, gue gandeng tangan Lo?" tanya River.

Malu-malu, Snowy menggeleng.

River tersenyum geli, gandengan itu makin dia eratkan. "Akhirnya tangan gue nggak kosong lagi," ucapnya.

Pacar Rasa MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang