Ø9. SEGITIGA BERMUDA

13 6 0
                                    


***

BRAK.

"Sialan, bocah satu itu kemana? Dasar gak gatau diri banget."

"Bentar lagi datang, Bos."

"GUA GAK BISA SABAR! SELAMA INI GUA CUKUP HABIS KESABARAN!"

Nilam terdiam di balik tembok itu, masih menunggu percakapan orang orang yang ada didalam.

Nilam rasa, ini tentang dirinya.

Iya kan?

Siapa lagi kalau bukan orang orang itu yang pasti memancing Nilam untuk kebelakang Kampus.

Yang notabenya, belakang kampus itu jarang siswa siswi untuk kesana. Lumayan jauh juga dari tempat Kampus juga Fakultas Fakultas lainnya.

Yang dekat dari sini hanya tempat nongkrong remang remang, letaknya ada dibalik pagar pembatas Kampus ini. Itu juga kalau mau ke tempat nongki itu harus memanjat pagar dulu.

"Dia yang ngambil Bunda, setelah itu dia yang ngambil Ayah.."

"Juga gak lama dari itu, dia ngambil harta warisan Ayah ke gua."

"Sekarang, dia ngambil Bintang juga? Dasar lonte."

Sungguh, ini tentang keluarga juga dirinya?

"Tapi Bos, yang ngelakuin kan Bonyoknya bukan dianya."

"TAPI DIA YANG NIKMATIN SEMUA ALUR HIDUPNYA!'

"Dia bahagia sama keberlimangan harta, yang tanpa dia sadari, itu hasil curian Bonyoknya."

"Bahkan dia belum nyadar, Samuel itu, musuh bebuyutan Bonyoknya sendiri."

Terdengar langkah kaki mendekat, Nilam buru buru mundur dan memutar arah ke bilik tembok paling belakang.

Setelah dirasa dua cowok itu tak ada, Nilam terdiam.

"Gak mungkin."

"Itu bukan lu kan, Kak Lintang?"

Tiba tiba ponselnya bergetar, Nilam membuka ponsel itu dan tertera pesan dari Samuel.

Kak Sam: gua percaya sama lu, Lam.
Kak Sam: kalo gua udah gak percaya lagi sama lu, itu tandanya ada yang salah dari kita.

Nilam:
Kalo gua sendiri yang gak percaya
sama diri gua sendiri, gimana?

Send.

Sudah lima menit tak ada balasan dari Samuel, Nilam memilih untuk masuk di ruangan itu.

Nilam berjalan ke bangku, lalu Ia duduk disitu. Matanya langsung menangkap kardus yang ada di depannya.

Dengan tulisan di depannya, 'buka atau lu sendiri yang bakalan nyesal.'

Egonya menyuruh untuk tetap tak acuh, perasannya memilih ingin tahu, logika menyuruhnya untuk membuka.

Segitiga Bermuda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang