Melodi 9 - Kelinci bertanya, aku terluka.

98 0 0
                                    

Letih.

Saat melihat kelinci entah kenapa aku merasa letih sendiri.

Letih karena wortel yang ingin kuberi padanya selalu terbuang percuma, hanya karena aku takut kelinci pergi jika siburuk rupa muncul tiba-tiba.

Lelah karena perasaan aneh ini pada akhirnya akan pudar karena ketakutan konyolku akan dia. Takut dia pergi jika nanti aku muncul begitu saja.

Tapi baguslah, setidaknya aku tidak perlu bercucuran peluh untuk melupakan dia. Aku tak perlu merengek seperti orang diluar sana, yang merasa kalau melupakan itu seperti menyuruh ikan untuk terbang. Saking sulitnya.

Tapi kan selama ini, walaupun wortel ditangan tak pernah sampai pada kelinci, aku mengirim hal lain untuknya.

Berupa pesan yang kerap kali ia acuhkan. Berupa perhatian yang sering kali diabaikan.

Bagaimanapun juga ini salahku, mengapa tak aku perlihatkan saja wujud asliku dihadapannya. Biar kelinci tau, biar kelinci tak terlalu acuh begini.

Hanya saja aku sedang membohongi perasaan sendiri. Kalau dia tau, paling aku dijauhinya. Paling ia lari saat aku didekatnya. Paling kelinci lari ke semak-semak, atau ketempat yang tak bisa kujangkau, kumasuki.

Mudah saja memang melupakan kelinci. Tinggal jelek-jelekkan saja dia. Bisa saja aku katakan kelinci itu aneh, jelek, bodoh, dungu, atau apa sajalah.

Hanya saja aku yang bodoh dari awal, suka semua hal tentang dia. Suka semua hal tentangnya.

Dengan segala kebodohanku, aku kirimkan pesan-pesan yang aneh kepadanya. Yang sangat jarang dibalasnya, bahkan bisa dihitung jari.

Dan suatu malam, tiba-tiba kelinci membalas pesanku. Saat kutanya, dan jawabannya mau tak mau menyayat hati.

Aku penganggu dihidupnya.

Kelinci ternyata sadar sedang diikuti, hanya saja ia tak tau siapa si penguntit itu.

Cukup sudah, siburuk rupa menyurukkan muka. Mengambil nafas dalam-dalam agar sesak yang ada tak bertambah parah.

Aku hanya tertawa dalam hati, antara sadar dan sakit hati.

Jelas saja ia menganggapmu pengganggu hai buruk rupa! Dia saja tak tau menau tentangmu. Bisa saja kan dia membayangkan hal aneh tentangmu.

Mengaku sajalah!!!

Kadang aku berteriak begitu dalam hati. Tapi sekali lagi, ketakutan mengalahkanku. Aku tetap memilih jadi pengamat dalam diam.

Teruntuk kelinci putih yang tempo hari kulihat berlari di taman, dan sekarang sedang berlari dipikiran.

Terima kasih pengabaiannya, terima kasih pengacuhannya. Kau buat aku menjadi setegar karang, sekuat baja.

Aku tak menyalahkanmu. Aku tak membencimu, karena aku benar-benar tak bisa. Mana bisa aku menyalahkan kelinci.

Kelinci sudah bertanya, dan tak kujawab. Aku bertanya, kelinci menjawabnya.

Dan siburuk rupa pun, terluka.

Senandung MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang