Prolog || Bercanda kan?

7 2 0
                                    

"Mah minta mantu dong," kataku malas.

Ah menatap tumpukan tugas ini membuat kepalaku pening. Harus banget ya sekolah daring? Males banget njing!

"Iya," jawab mama.

Eh?

Perlahan ku lirik mama. Eum, mungkin saja mama hanya menjawabnya asal saja. Toh biasanya kan juga begitu.

Malas mengerjakan tugas bukan lagi hal yang baru untukku. Hampir tiap hari pun bawaannya ngeluh mulu, mana kalau nggak nugas disantet Bu guru.

Hadeh ...!

Nikah enak kali ya?

Haruskah aku mengatakannya lagi pada Mama?

"Ma-"

"Iya-iya!" potong Mama dengan nada ketus membuatku berhenti bicara.

Dah lah, nikah deh nikah!

Mager bangetttt tinggal di rumah. Harus nugas inilah serta itulah. Uang jajan pun tak ada, hiks srot-!

Menaruh kepala di atas meja. Sesekali aku bersiul sambil menunggu drama Korea yang akan tayang di televisi.

Menengok ke samping. Aku berdecak jengkel melihat mama yang sibuk main ponsel dan mengabaikan anaknya yang cantik jelita ini, canda, awas kalau pada muntah ya!

Setengah jam menunggu, akhirnya tayang juga.

Mama berdiri juga. Raut wajah masam wanita itu membuatku tertawa ngakak.

"Ngapain sih, Ma? Duduk deh biasanya kan ikut nonton drakor juga," ejekku.

Iya kalau nggak ada papa ya jelas aku berani drakoran lah. Coba saja bapakku tercinta itu sudah pulang, yang ada malah diminta nugas, nugas dan nugas aja terus sat!

Pegel lah, ya kali ngitung nulis nggak pegel.

Walaupun otak modal brainly tapi tetap aja. Harus tulis tangan kata Bu guru! Coba saja pakai bot telegram, kelar dah sejam!

"Mandi gih!" titah Mama membuatku merinding.

"Mah, baru jam setengah lima sore loh. Tumben banget Mama nyuruh aku mandi, ngeri dengernya," ujarku spontan.

Mama menatapku tajam. Kontan saja aku meneguk ludah, lah memang aku buat salah ya tadi? Mengapa mama menatapku seperti ini?

"Mandi sekarang, WiFi sebanyak ini masih aja nggak kuat download drakor sendiri. Kek orang susah aja!" sentak mama.

Bangkit segera diriku lantas balik menantang mama. "Gini ya Mama, ini tuh bukan masalah kuat atau enggak download drakor! Tapi masalahanya mas kunang-kunang nggak semudah itu dilupakan, orang aku udah-"

"Dah lah bicit!" potong Mama.

Kicep aku seketika.

Astagfirullah, mama siapa sih ini?

Eh kan mamaku deng, hehe ....

Sepertinya Mama sudah bertekad membuatku mandi segera, tapi untuk apa? Toh rebahan dan makan sudah jadi sahabat setia semenjak ada korona.

"Nanti temen mama mau mampir sama anaknya," ujar mama kemudian.

Aku manggut-manggut. Owalah, pantesan saja aku diminta mandi. Nanti kalau daku nggak cantik yang mau dipamerin apa?

Otaknya? Haha, isinya cogan semua anjir!

"Memang kapan datangnya?" tanyaku.

"Lima belas menit lagi," balas mama.

"Hah?!"

"Dia sama anaknya yang cowok, ganteng kok!"

"Hah?!"

"Terus dia kayaknya bakalan jadi mantu yang baik?!"

"Haha, lucu bercandaan mama," sahutku ogah-ogahan.

"Udah lah, hah heh mulu pakai bilang mama bercanda lagi. Tadi yang minta mantu siapa?"

Aku tahu mama dan papa agak geser otaknya. Tapi kali ini nggak lucu tau bercandaannya!

"Kalau nyuruh mandi nggak usah gini amat kali, Ma! Dah ah mo mandi," kataku sambil beranjak.

"Mama nggak bercanda pokoknya! Namanya Ardi, dia ganteng kok cocok jadi mantu mama," ujar mama.

Meski lirih aku masih bisa dengan jelas mendengarnya.

Dengan jantung tak berirama aku menoleh.

"Udah kan? Yang barusan itu-"

"Seriusan!" sela mama.

Dari raut wajahnya saja aku tahu bahwa Mama benar-benar serius mengatakan.

Astagfirullahadzim!

Hiks, aku bercanda lah woy. Tolong Mama bilang lagu becanda juga kan-

"Assalamualaikum...."

"Nah, itu pasti mantu mama!"

Lah bangke, gua belum mandi dari kemarin njir!

Ah, shit!

Bersambung ....

Balik lagi setelah sekian lama
Semoga suka ya!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Somplak HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang