ayo jemput mama!

3.5K 520 172
                                    

Daily Life Mark and Haechan.

Missgendering everywhere! Please, if you're disturbed, click back okay?

Genre: Fluffy, lil bit comedy!




Banyak opini tentang menikah di usia muda. Contohnya, emosi yang masih labih, pengambilan keputusan yang terlalu sembrono. Membuat meningkatnya angka perceraian karena pernikahan dini. Opini yang jelas membuat orang-orang yang akan melangkah lebih jauh menuju pernikahan agaknya memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan. Alias tidak ada alasan untuk menikah muda.

Seperti Haechan dan Mark. Mereka memang mengiyakan untuk menikah kala kepergok sedang melakukan hal tidak senonoh di ruang tamu keluarga Mark. Rasanya agak memalukan, tapi kata Papa John tidak apa asalkan tidak kebobolan duluan. Membuat keduanya mau tidak mau mengiyakan permintaan kedua bilah keluarga.

Waktu itu Mark masih berusia dua puluh satu tahun dan Haechan masih dua puluh tahun. Terlalu dini untuk menikah. Padahal, ada banyak cara untuk menghindari hal-hal tidak senonoh itu. Namun, nasi sudah masuk dalam perut tidak mungkin keluar dalam bentuk nasi, adanya tai.

Mark dan Haechan merencanakan untuk menunda anak setidaknya sampai mereka wisuda. Sebelum kejadian di suatu pagi hari Haechan berteriak menangis dengan testpack positif di tangannya. Ya, mereka kebobolan di usia pernikahan mereka yang satu bulan. Entah Haechan yang terlalu subur atau sperma Mark yang terlalu manjur.

Kembali ke nasi yang sudah menjadi bubur. Kini Mark telah lulus dengan menjadi salah satu lulusan Summa Cumlaude. Cukup membanggakan untuk Haechan sekaligus memalukan melihat IPK-nya yang tidak jauh-jauh dari angka tiga koma lebih sekian.

"Mama! Mama!"

Aduh, rasanya kepala Haechan semakin pening.

Bibirnya menarik lengkungan kaku dari sana. Melihat makhluk kecil bernama Jung Chenle melambai senang kearahnya. Bayi satu tahun itu melambai senang kearahnya.

Bisikan-bisikan orang sekitar tentang penampilan sosok Mark Jung yang meresahkan sedikit demi sedikit mulai membuatnya terbiasa. Bagaimana tidak meresahkan kalau sosok suami yang ia nikahi dua tahun yang lalu itu memakai celana jeans pendek dengan aksen ripped di ujungnya. Dipadukan dengan kaus putih rumahan yang biasa dikenakan untuk tidur. Ini malah digunakan untuk menjemputnya di kampus yang rata-rata dihuni oleh manusia gatal akan perhatian makhluk rupawan.

"Papa tidak bisa memakai pakaian yang lebih bagus, hah?"

Haechan kesal bukan main. Rasanya tidak terima orang-orang banyak memuji suaminya. Bukan cemburu, bukan. Sama sekali tidak cemburu, hanya tidak suka. Eh, bisa dikategorikan sedikit cemburu. Hanya sedikit cemburu pada suami yang selalu membuat orang lain menatap kearahnya. Haechan hanya tidak suka apa yang menjadi miliknya dilihat dengan penuh pujaan oleh orang lain.

"Tidak bisa. Yang penting nyaman." Jawab Mark sekenanya.

Haechan menghela nafas lelah. Menerima dengan pasrah saat Mark memakaikan helm merah dengan aksen polkadot hitam padanya. Omong-omong, Mark menjemputnya dengan vespa matic kesayangannya. Lagipula, jarak antara kampus dan rumah mereka tidak terlalu jauh. Jadi, akan terlalu lama jika menggunakan mobil.

"Ma! Ma! Pa! Pa!"

Haechan tersenyum melihat anaknya mulai mengucapkan kosa kata baru. Yang dulunya hanya 'Papa' sekarang bisa memanggilnya 'Mama'. Ia mengelus kepala anaknya pelan. Perjalanan pulang kerumah ini sekalian untuk menidurkan anaknya yang biasa rewel kalau dirumah.

evil • mahae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang