Hamparan laut menerpa mata yang memandang. Luas, indah, tenang, namun menyeramkan. Sepertinya bukan hal yang salah untuk berlibur menenangkan diri sendiri dengan pergi ke negeri seberang seorang diri.
Dengan nekat nya aku bepergian seorang diri, namun jika ditanya "memang nya kamu mau pergi sama siapa?" Pastilah aku tak mempunyai jawaban nya. Karena memang, aku pun tak punya siapa-siapa.
Obrolan dua orang pria asing terdengar ditelingaku. Menoleh diam-diam, sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang penting, karena mereka berbincang serius sambil berbisik-bisik sesekali menoleh kanan kiri untuk mengawasi.
Aku kembali menegakkan kepala ku berpura-pura menatap hamparan laut didepan mata. Bukan maksud menguping sungguh, aku hanya...penasaran.
"tidak ada jalan keluar yang lain, kita harus tetap menjalan kan rencana awal."
tak terdengar jawaban dari pria yang satu lagi. Diam-diam aku mencuri pandang ke arah mereka. Pria yang satu nya berwajah tenang berkulit putih dan yang satu nya terlihat sedikit marah, ia seperti menelisik isi kapal ini.
Aku kembali menatap kedepan. "cih!pantas saja mereka memilih kapal ini." Ujar pria yang sedikit gelisah tadi.
Aku terdiam, sepertinya ada sesuatu yang penting disini.
"Sudah ku bilang, disini mayoritas perempuan."
"Sial, apakah anak-anak akan mereka ambil juga?"
Kulihat dari ujung mataku, pria yang sedari tadi berwajah tenang mengangguk. "Tanpa terkecuali."
Aku pertajam pendengaran ku saat suara mereka terdengar samar lagi karena suara tangisan bayi.
"setidak nya kita harus menyelamat kan beberapa orang"
"bodoh!sebelum kita melarikan diri kita su-
Ucapan pria yang tenang itu terpotong oleh suara yang lebih keras.
"Tidak ada botol susu disini!"
"setidak nya 10 orang yang kita ba-
"Aduh! Kau tepuk pelan-pelan coba"
"Dari tadi juga aku sudah lakukan itu pria tua"
"Deal, 5 orang"
Tiba-tiba saja kapal bergoyang kencang. Aku panik, berpegangan pada besi dengan erat. Kulihat kedua pria tadi juga sama panik nya. Pria yang tenang tadi tiba-tiba saja kepala nya terantuk tiang disebelah nya. Hidung nya yang panjang itu lebih dulu mengenai tiang. Darah mengucur keluar dari sana.
Pria yang satu nya lagi pun juga tak kalah kaget nya. Dagu nya berdarah tak tau mengapa karna aku hanya memperhatikan pria yang tenang itu.
Guncangan kapal berangsur-angsur pulih, semua nya bernafas lega. Namun setelah itu, pusing langsung mendera. Ku rasa bukan hanya aku saja yang merasakan, tapi semua nya pun juga. Mungkin karna guncangan kapal yang tiba-tiba dan kencang itu membuat kepala kami sedikit pening.
Aku alih kan lagi pandangan ku terhadap dua pria asing itu. Mereka sama-sama terduduk sambil mengusap darah yang keluar. Ku langkah kan kaki ke arah mereka berusaha mengabaikan pening yang mendera.
"Kau tak apa-apa, paman?" Tanya ku sambil mengeluarkan tisu dari tas.
Kedua pria itu menatap ku sebentar lalu pria yang tenang itu mengangguk. "Kami tak apa-apa"
Ku sodorkan tisu ke pria itu, dan disambut dengan senyuman. "Terimakasih"
Aku menelisik luka sobekan dipria yang satu nya. Aku meringis ngilu. "Sepertinya itu cukup parah" pria itu menjawab saat aku menelisik tempat disekitar mereka, mungkin dia tau bahwa aku sedang mencari sebab dia bisa terluka.