Malas buka hati, karna yang masuk bukan yang mencintai tapi malah jelmaan babi#annon
###
"Huuh" cewek itu menghela napas panjang, raut wajahnya tampak lelah. Waffle di depan meja masih utuh tampak belum tersentuh sedikitpun, sedangkan coffelatenya sudah tinggal setengah. Dia kembali meraih cup coffelate, kembali meneguk hingga tandas hingga tersisa es batunya, namun masih saja seseorang yang ditunggunya belum datang.
Cewek itu mengangkat lengan kirinya, melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Bahkan setelah molor dua jam pun dari jam janjian, masih belum juga datang. Akhirnya, dengan tekat bulat cewek itu mulai menguncir rambutnya model hair bund, menyampirkan tasnya di pundak sebelum akhirnya ia meninggalkan cafe dengan sedikit terburu.
###
"Gimana? Udah ketemu masnya?" Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir tebal gadis yang kini berdiri tak jauh dari Arum yang kini berdiri di depan kaca mengurai rambutnya. Ia menatap gadis bername tag Gita dari kaca, lalu menggeleng sambil sedikit cemberut.
"Ketemu apanya, janjian jam berapa malah nggak dateng, Git. Keburu kerja gue." Jawabnya pelan.
Gita menaruh sapu di pojok ruang, lalu berjalan ke westafel mencuci tangannya yang kotor. "Yaudah, dicoba lagi ya besok. Siapa tau beneran ketemu Mas nya."
Arum menggeleng, "ah, enggaklah Git, udahlah gak usah main gituan lagi. Kalau bener dapet nanti juga dapet sendiri kok." Arum meyakinkan. Sejujurnya, ia lelah dengan permainan Gita yang menyuruhnya untuk bermain aplikasi jodoh. Entah apa yang ada dipikiran Gita, Arum sebenarnya sama sekali tidak tertarik. "Dia kayanya cowok gak bener, kalau nggak suka tuh bilang, jangan janji ngajakin ketemu, pas dong ketemu dianya gak dateng. Emang gila tu cowok!"
"Mau dateng gimana orang elo aja pasif gini, Rum. Sabar aja mungkin dia ada urusan lain yang lebih penting, sabar ya.."
Arum terdiam. Kali ini ia tidak memprotes ucapan Gita. Ucapan itu benar adanya, Arum terlalu pasif, hingga tidak ada yang tertarik bahkan untuk mengobrol dengannya. Lain halnya dengan Gita si gadis ramah, dan terbuka. Semua senang jika berbicara dengan Gita daripada dengan Arum. Selain itu, Gita juga cantik, dengan rambut hitam panjang, bibir tebal, dada yang berisi, terakhir wajah dan badan yang mulus. Wajar saja jika banyak yang tertarik dengannya.
Arum menghela nafas pelan, ia menatap dirinya dalam kaca. Tidak ada bandingannya dengan Gita, tidak ada yang sama. Lalu kemudian memperhatikan Gita. Benar, Gita jauh lebih menarik daripada dirinya.
###
"Aruuummm, ayo!" Gita sudah nerocos panjang lebar sambil nendang barang yang berserakan di kamar Arum. "Ya ampun Rum, ini kamar cewek apa kandang macan?! Berantakan banget!" Omel Gita lagi, kali ini cewek itu ngambil salah satu barang pribadi punya Arum. "Punya lo kecil banget ya Rum, besok besok gue beliin miniset aja ya, mubazir banget pake ginian masih sisa spacenya" Gita tertawa pelan.
Denger Gita ngomong gitu Arum refleks bangun, langsung ngerampas barang yang dipegang Gita. "Sembarangan lo, pegang pegang aset gue. Kata-kata lo barusan tuh termasuk pelecehan lho. Lo mau gue laporin ke Komnas HAM?" Ancam Arum.
Gita terkekeh, "santai bosku,lagian barang pribadi ditaruh sembarangan. Eh, buruan mandi gih, sana." Gita duduk di pinggir ranjang Arum. Arum kembali tengkurap sambil meluk barang berharganya. "Males ah Git, capek semua badan gue." Jawabnya malas.
"Lo kan udah janji hari ini mau ketemu temennya Mas Arif, masa mau batal lagi sih? Lagian dari kemarin ngeluh badan capek, padahal pas kerja kayanya lo cuma ngasir banyak freenya, masa capek?" Gita ngomel lagi. Cewek cantik yang duduk di samping Arum memang terkenal cerewet, nggak heran kalau banyak yang suka ngomong kalau partner ngomongnya cewek ceriwis kaya Gita. Seru, ada aja topiknya, nggak garing kaya ngomong sama Arum.
Arum ngebuka matanya natap Gita. Dia inget satu hal, kalau dia ngejanjiin kalau hari ini dia bakal mau ketemu sama temen pacarnya Gita. Arum muter mata kemudian bangun. Arum ngraih ikat rambut di nakas, menguncir rambut sambil berlalu ke kamar mandi. Sebenernya ada dua hal yang dibenci Arum, yang pertama ikut campur urusan asmara, dan Arum benci dibohongi. Tapi, nggak enak rasanya kalau Arum marah ke Gita karena Gita adalah salah satu orang yang ngotot mau mengenalkan Arum dengan seseorang dengan dalih; "lo mau sampe kapan sendiri terus? Masa lo udah nggak normal, udah nggak suka sama laki-laki?"
Hallo, kalau ingat rasanya ingin Arum kesal, tapi jika ia marah ke Gita tandanya dia tidak sadar diri. Kalau tidak ada Gita mungkin sekarang dia tidak akan bisa bertahan hidup di Kota orang. Arum menghela nafas, dia berhenti sejenak saat akan masuk ke kamar mandi. "kalaupun nanti gue atau dia ada nggak cocoknya, please berhenti buat comblangin gue dulu ya." Kata Arum pelan lalu masuk ke kamar mandi.
Gita terdiam, lalu mengangguk meskipun ia tau Arum tidak tahu jawabannya. Dalam diam Gita masih terus merasa kasihan, namun Arum tipikal cewek yang tidak mau dikasihani. Ngecomblangin Arum sama salah satu temennya Mas Arif itu bentuk usahanya Gita biar Arum nggak terlalu lama terpuruk sama masa lalunya. Gita tidak tega, dan tidak akan bisa tega melihat temannya terpuruk sedih, tapi Gitapun tidak bisa memaksa Arum untuk lebih membuka hati jika Arum sendiri tidak mau membukanya. Gita menghela nafas, lalu mengambil ponselnya di tas. Mengetikkan sebuah pesan, kemudian mengirimnya kepada seseorang. Setelah memastikan pesannya terkirim, Gita mematikan layar ponselnya, sembari berharap “semoga yang ini cocok buat lo, Rum”
....
You have 1 unread message
From : Gita Arif
Jam 10 an ya Mas, di Black White cafee di daerah SDM. Pliss jangan ngaret yaa hehe!!
Cowok itu tersenyum.
"Okee" jawabnya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
takdir
Short Storyjika takdir yang membawaku sampai kepadamu, maka aku tidak akan pernah menyalahkannya.