Astaga

8.3K 1.2K 156
                                    

Pada akhirnya Rara yang biasanya terlihat ceria dan bahagia, mulai tumbang

Tak ada senyum, tak ada tawa, tak ada gombalan, hanya ada Rara yang tertutup selimut dengan keringat yang terus bercucuran

Tubuhnya menggigil. Napasnya tersengal. Dalam tidurnya yang tak nyenyak, ia menangis

"Bu bunda"

Hanya kata itu yang selalu ia ucapkan. Semakin lama panas tubuhnya semakin tinggi. Tetapi tangannya malah terasa sangat dingin

"Ami ga tau alamat rumah temen Ami? " tanya bunda Maya, sambil menaruh handuk basah dikening Rara

"Ami ga tau bun. Ami juga ga terlalu deket. Cuma pernah ketemu sekali doang bun" bunda Maya nampak bingung, sekaligus raut wajahnya sangat khawatir

"Ga ada nomor yang bisa dihubungin? " Rami menggeleng

Meskipun raut wajah Rami nampak tenang, tapi jauh disudut hatinya ia sangat khawatir. Sekalipun pertemuan pertama mereka pas diacara radio, Rami selalu memperhatikannya selama ini....

Ia tau betul gadis didepannya ini adalah gadis yang ceria, selalu tersenyum, selalu ramah, namun mengapa sekarang terlihat sangat menyedihkan

Ia mengingat bagaimana saat gadis ini mencoba bunuh diri, ruat wajahnya bahkan terasa sangat putus asa. Tapi mengapa saat bertemu Rami, ia langsung mengubah ekspresinya dengan riang. Sebegitu hebatkah gadis ini dalam menyembunyikan perasaannya

"Abang dingin" ia memeluk tubuhnya sendiri yang semakin menggigil. Wajahnya semakin pucat

"Ambilin selimut lagi Mi" Rami menurut, ia mengambilkan selimut baru dalam lemarinya

Tubuhnya mulai diam tak menggigil lagi. Meskipun begitu suhu tubuhnya tak menurun..

"Besok kalau suhu tubuhnya belum turun, baru kita bawa kerumah sakit ya"

"Iya bun"

Pada akhirnya Rara tumbang, dihadapan Rami orang yang tak akan pernah ia sangka

Dua kali Rami mengetahui sisi Rara yang putus asa, tepat saat ia bunuh diri dan saat ini saat ia tiba-tiba sakit

Sementara itu dalam tidurnya Rara bermimpi. Ia menangis didekat laut yang tak ia ketahui tempatnya. Seorang diri, dan sangat putus asa

Tiba-tiba tiga pasang tangan memeluknya dengan erat, memberikannya kehangatan yang sudah lama tak ia rasakan

Ia mendongak, menatap ketiga orang itu

"Bunda. Rara kangen" Ia memeluk bundanya dengan erat. Menangis dalam kehangatan seorang ibu

"Ayah. Abang. Rara juga kangen" mereka berpelukan bersama. Berbagi kehangatan. Berbagi kerinduan. Berbagi kasih sayang

Ditepi laut, dengan angin yang berhembus dengan kencang. Dengan perasaan yang putus asa. Rara menumpahkan segala kesedihannya, sakit hatinya, kecewanya, kekalutannya, semua hal yang menyesakan dada, ia tumpahkan didepan keluarganya yang telah lama tiada

Tak apa jika mereka hanya khayalan saja, Rara hanya ingin menumpahkan segala rasa yang tak mampu ia bendumg lagi

"Kalian jahat. Ninggalin aku sendirian. Ngebiarin aku kesepian. Membuat aku menghadapi dunia yang menyesakan ini seorang diri"

Tak ada Rara yang kuat, tak ada Rara yang bahagia, tak ada Rara yang tersenyum, yang ada hanya Rara yang merasa sangat putus asa

Hidup ini sungguh sangat menyesakan

Percayalah, berpura-pura bahagia itu terasa sangat sulit...

"Bunda, ayah, abang, aku tidak sekuat itu. Selama ini aku hanya berpura-pura kuat. Aku kesepian. Aku terluka. Kalian meninggalkanku seorang diri, tanpa kata, tanpa pamit, berkali-kali aku ingin mati, hanya Mela satu-satunya sahabatku yang menguatkan.. Memaksaku untuk tetap hidup"

THE STORY OF RARA (End Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang