Jika sebuah keluarga dikenal dengan reputasi baik, maka secara tidak langsung semua orang akan mengekspektasikan keturunannya untuk menjaga, atau bahkan memajukan nama baik yang mereka miliki. Hal itu lumrah, setidaknya dalam konteks normal. Sayangnya kebanyakan keluarga dengan marga besar di kota ini mencoret kata normal dalam kamus mereka.
Tidak sedikit dari mereka memaksa keturunannya untuk menjadi lebih baik, meski tidak sesuai dengan keinginan sang anak. Semata-mata demi memenuhi gengsi orangtua dan tetua mereka. Para tetua yang merasakan tekanan dari orangtua mereka terdahulu mematenkan hal yang sama, kadang lebih buruk dari apa yang mereka alami. Berkedok untuk menjaga nama baik meski sebenarnya perilaku mereka didasari oleh rasa tak terima dan dendam terhadap masa lalu. Menciptakan kebencian dalam hati anak, sehingga hal yang sama akan dilakukan oleh keturunannya, terus berulang di setiap generasi layaknya lingkaran setan.
Seolah tidak merasa cukup dengan paksaan mereka, para tetua seringkali membandingkan kekuatan anaknya dengan keluarga lain, menimbulkan dendam yang tak diperlukan. Iri yang menyulut hati anak tersebut akan mendorongnya untuk mencelakai pihak yang menjadi bandingan. Memicu kompetisi tak sehat yang diwarnai dengan rivalitas. Tak jarang mereka menggunakan cara kotor demi terlihat lebih baik dan hebat, walaupun pada akhirnya perbandingan diantara mereka akan kembali terjadi dalam siklus terkutuk ini.
Persaingan semacam ini sudah dilakukan lama, sejak Hutan Emiris masih berupa kebun kecil pada halaman belakang rumah seorang bangsawan terdahulu. Persaingan yang terus memakan jiwa anak-anak polos dari keluarga besar tersebut. Banyak yang berusaha menghentikan persaingan ini, jumlah yang gagal pun tak jauh berbeda dengan mereka yang mencoba. Kompetisi terus berlanjut seiring dengan berjalannya waktu.
Hingga akhirnya diciptakan sistem perdewanan. Sebuah sistem yang diharapkan dapat mengakhiri kompetisi gila antar marga ini. Dalam kurun waktu yang tidak singkat, usaha para Dewan membuahkan hasil, meski tidak berhasil menghentikan persaingan yang berada dalam satu marga. Namun setidaknya kerugian yang akan dituntut pihak beda marga mulai berkurang terus sampai terhenti, habis sama sekali dan mejadi bukti dari kerja keras pihak Dewan.
Pada lini waktu sekarang, persaingan seperti itu sudah tidak lagi dilakukan oleh keluarga besar yang berbeda marga. Bagi para dewan, suasana dalam kota Kromer sudah dapat dikatakan lebih dari kondusif, sehingga suatu ketika salah satu dari mereka mengajukan proposal untuk melakukan turnamen musiman yang disertai dengan festival penutup nantinya. Ide itu disetujui oleh sang Ketua Dewan, dengan peresmian yang dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret tahun itu.
Persaingan kembali tejadi, namun kali ini dilakukan dalam suasana yang lebih baik. Banyak keluarga kecil yang baru berpindah ke Kromer menyambut festival dengan antusias. Lain halnya dengan keluarga besar yang sudah bertahun-tahun menetap, fokus mereka hanya ada pada turnamen. Melatih anak keturunan mereka untuk mendapat hasil terbaik lewat cara terbaik juga, demi mendapat pengakuan dari para Dewan.
Siklus seolah berulang; saling beradu demi menjaga secuil harga diri.
Turnamen itu sendiri menyerupai ajang berburu yang dimodifikasi menyerupai 'cari harta karun'. Para dewan akan menyembunyikan beberapa objek di dalam Hutan Emiris -yang akan membuka dimensi lain secara berkala pada waktu tertentu, seperti pada pergantian musim. Lalu para peserta akan diminta untuk menemukan benda tersebut yang sesuai dengan petunjuk dari tetua keluarga masing-masing. Tugas mereka adalah membawa kembali barang tersebut dalam satu pekan, tanpa tersesat dalam portal menuju dimensi lain.
Rintangan dalam turnamen ini? Hutan Emiris itu sendiri. Semua penghuni Kromer tahu betul bahaya apa yang dimiliki Hutan Dimensi serta segala penghuninya.
Jangan lupakan peserta lain yang terlampu terlalu bernafsu memenangkan satu bagian turnamen ini. Duel atau pertarungan akan menjadi jalan keluar untuk permasalahan diantara mereka selama musim turnamen berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Bunny [JaeDo]
FantasyJAEDO | BXB | NCT | FANTASY | AU Doyoung tidak lagi memiliki pilihan selain tinggal di akademi setelah melewati beberapa kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Awalnya ia mengira akan menjalani keseharian yang membosankan sendiri dengan tenang. Na...