Samudera memilih pulang. Begitu Lingka pergi tangisan Nala berhenti. Samudera tak habis pikir dengan Nala, kenapa adiknya bisa berpikir kalau Lingka akan merebutnya. Bahkan sampai rumah pun Nala tak berhenti memeluknya erat, bocah itu tak mau turun berjalan sendiri. Lengan Samudera sampai pegal dibuatnya.
"Loh, Lingka mana?" Suara Arin langsung menyambut kedatangan Samudera. Lalu beralih melihat wajah anak perempuannya yang memerah.
"Ini Nala kamu apaain Kak?" Arin berkacak pinggang lantas mengambil alih Nala dari gendongan. Samudera menghembuskan napas lega. Bebannya berakhir.
"Nangis tadi gara-gara nangisin aku, dia pikir aku bakalan diambil sama Lingka. Lingka juga udah pulang duluan takut dicariin Ibunya, nitip salam dia." Setelah berkata Samudera memilih masuk ke dalam rumah, tapi begitu menginjakan kaki di ruang tamu mata Samudera langsung tertuju pada sebuah tas buluk berwarna abu-abu.
Itu tas Lingka. Gadis itu terlalu terburu sampai melupakan kalau ia membawa tas. Samudera meraih tas itu lalu bibirnya melengkung menciptakan senyuman. Ia jadi punya alasan untuk bertemu lagi dengan Lingka.
Cowok itu berlalu seraya bersiul menuju kamar. Samudera mendudukkan diri di kursi yang berada di salam kamar. Tangannya membolak-balikan tas Lingka.
Terasa berat, Samudera lupa kalau Lingka tipe gadis ambisius jadi wajar kalau tasnya berat. Samudera kepo selain buku pelajaran hal apa yang Lingka bawa.
Pelan Samudera membuka tas Lingka, sebuah toples kaca langsung menarik perhatian Samudera. Ia mengeluarkan toples itu, membolak-balikannya.
Samudera ingat kalau dibeberapa waktu Lingka pernah terlihat membawa sebuah toples dan Samudera benar-benar penasaran akan isi dari toples ini. Sepertinya Tuhan memberikannya kesempatan untuk tahu hal itu, meksipun terkesan tidak sopan.
Tangan Samudera lantas membuka toples kaca itu, mengambil beberapa gulungan kertas warna-warni di dalamnya kemudian membuka salah satu diantaranya.
Semoga Ayah berubah
Itu tulisan di kertas pertama. Kemudian Samudera kembali membuka kertas kedua yang berwarna pink.
Pingin makan di KFC
Lalu berlanjut ke beberapa kertas lainnya
Makan di McD
Kuliah di UGM
Tubuh Samudera bersandar pada kursi. Samudera paham sekarang. Isi toples ini adalah impian dan keinginan Lingka. Rasa penasaran Samudera tak berhenti sampai disitu, tak cukup membuka empat kertas Samudera berlanjut membaca semua isi kertas sampai dering telpon memutus kegiatannya.
Nama Lingka terpampang, tanpa basa-basi Samudera meraih ponselnya.
"Udah sampai rumah?" Samudera langsung bertanya. Terlalu sibuk dengan isi tas Lingka ia melupakan keadaan gadis itu.
"Udah, Sam. Tas aku ada di rumah kamu kan?" Suara Lingka terdengar panik. Samudera justru tertawa.
"Iya, rencananya mau gue anterin sekalian ketemu lagi sama lo."
"Yaudah, tapi jangan sampai rumah. Kamu enggak buka-buka isi tas aku kan?"
"Enggak." Samudera memilih berbohong, tidak mungkin kan ia berkata jujur kalau tas Lingka sudah ia bongkar.
"Yaudah anterin. Ketemuan di gang depan rumah aku." Belum sempat Samudera membalas, telepon sudah lebih dulu mati. Ia mendengus, tapi sedetik kemudian tersenyum.
Tatapannya beralih lagi pada kertas milik Lingka yang tercecer di atas meja. Helaan napas berat keluar dari hidung Samudera. Lingka punya banyak sekali impian dan keinginan yang belum tercapai hingga kini, mulai dari impian besarannya sampai keinginan sederhana. Seperti hal receh seperti naik eskalator dan lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Lingka! [ON HOLD]
Подростковая литература[Follow dulu baru bisa baca] Banyak yang bilang kalau Lingka itu menyeramkan, putih pucat, berambut panjang berantakan dan penghuni taman belakang yang terbengkalai. Tak ada yang berani mendekat. Awalnya hidup Lingka damai meksipun tanpa teman, samp...