Hope you like it
and
Happy reading~----oOo----
"Iya sayang ... gue bakalan lepasin lo, setelah gue berhasil bunuh Garda. Oke?"
Garda memastikan apakah telinganya masih sehat. Apa yang barusan didengarnya itu nyata, kan?
Baron mengucapkan kata sayang yang terdengar begitu menjijikkan. Dan apa tadi? Baron ingin membunuhnya?
"BANGSAT!"
Garda berjalan ke depan dan hendak memberikan bogeman kepada Baron. Namun tak disangka Rian sudah bersiap untuk menusuknya dengan pedang katana yang dibawa laki-laki itu.
"GARDA"
Beberapa senti sebelum pedang tersebut menusuk perut Garda, Garda berhasil menghindar dan merebut pedang tersebut. Dan dengan gerakan cepat, tanpa rasa belas kasihan Garda balik menusukkan pedagang tersebut ke perut Rian.
"ARGHHH"
Sepersekian detik kemudian Garda mencabut kembali pedang tersebut. "Minimal cacat seumur hidup, lah. Nikmatin aja!"
Membalikkan tubuhnya, Garda kembali menghadap ke arah Baron, "lepasin dia atau pedang ini yang bakalan nebas kepala lo?"
"Kenapa? Nggak rela dia jadi korban gue selanjutnya?" Baron tersenyum miring, "boleh juga nih, dia masih perawan, 'kan?"
"BAJINGAN!"
Duakh
Bukan, bukan Garda. Elang yang memukulkan tongkat baseball-nya ke kepala Baron dari sisi belakang. Karena pukulan itu Baron limbung ke belakang dan berakhir tak sadarkan diri, mengakibatkan pisau yang ada di tangan laki-laki itu menggores leher Aerin. Meninggalkan sebuah luka memanjang di leher gadis itu.
Aerin meringis, menyentuh lehernya yang terluka dan berdarah, lantas menatap tajam ke arah Garda. Gadis itu bangkit dari keterdudukannya, menghampiri Garda yang berdiri tanpa ekspresi.
Menjijikkan, batin Aerin.
"Puas lo? Puas lo liat gue luka kayak gini dan hampir mati? PENGECUT!"
Plak
Wajah Garda tertoleh ke samping, dengan sebagian pipi yang terlumuri oleh darah Aerin.
"Apa lo juga bersikap biasa aja waktu korban-korban yang sebelumnya dalam kondisi kayak gue tadi? Sekarang nasib mereka gimana? Mati? LO UDAH NYAKITIN HATI BANYAK IBU, GARDA!!!"
Anggota Mizor dan murid lainnya hanya bisa menonton. Mereka tidak bisa melerai. Apalagi jika Garda marah dan mulai melawan. Itu lebih menakutkan daripada dikejar kawanan lebah.
"Pengecut!"
Brugh
"AERIN!"
Garda menahan tubuh tak berdaya Aerin yang hampir menyentuh paving. Gadis itu pingsan. Tenaganya terkuras habis hanya untuk menangis, apalagi sejak tadi dia terus-terusan dilanda rasa panik dan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA: Evanescent✓
Подростковая литература❝Udah selesai ya? Maaf udah naruh rasa tanpa peduli aturan semesta. Walau nggak bisa bersama, seenggaknya semesta pernah jadi saksi betapa bahagianya gue waktu sama lo.❞ - Garda Edrian Kartanegara ❝Ketemu sama lo itu, ibarat gue terjebak situasi bom...