NADA-NADA MEMORI

129 1 0
                                    

Hujan baru saja reda. Angin lembab berhembus meniupkan dingin yang menusuk. Tubuh kecil itu menggigil. Dirapatkannya jaket coklatnya, berharap tubuh kecilnya bisa bertahan lebih lama lagi hanya untuk menunggu sesuatu yang sudah pasti tak akan hadir.

Laut tampak tenang kala itu. Biasan cahaya mentari yang menembus awan yang hitam kelam tampak berkilau menimpa permukaan laut. Semilir angin memainkan rerumputan liar di samping bangku tua tempat bocah itu menanti. Anjingnya yang diberi nama Bruno itu mengibas-ngibaskan ekornya. Tetap setia mendampingi majikannya --sang bocah lelaki- meski lapar telah melandanya sejak tadi.

Bocah itu meraih kotak musik yang ada di sisinya. Kotak musik kayu dengan ukiran-ukiran indah nan rumit di tiap sisinya. Kotak musik yang tak pernah lepas darinya itu adalah benda kesayangannya. Dibukanya tutup kotak musik dengan ukiran huruf-huruf yang membentuk kalimat "Untuk mentari kecil kami, Andreas" yang terukir dengan indah.

Hangat dan damai. Itulah yang dirasakan Andreas ketika mendengar nada-nada yang melantun indah dari kotak musik itu. Dipejamkannya matanya, meresapi setiap nada yang terbang bersama angin. Bibir mungilnya menyunggingkan senyum dikala memori-memori indah bersama kedua orangtuanya terlintas seiring nada-nada yang melantun perlahan membuat Bruno terlelap. Memori-memori itu begitu jelas dan begitu indah.

---

"Happy birthday, sayang!" ucap ibu Andreas hari itu seraya mencium keningnya.

"Andreas, Papa punya sesuatu untukmu." Papa Andreas, pria atletis yang nampak gagah itu menghampirinya dengan bingkisan kado bermotif angkasa di tangannya. Senyum Andreas merekah. Dipeluknya papanya dengan erat.

"Bukalah, sayang," ujar ibunya. Tanpa pikir panjang lagi Andreas segera merobek kertas pembungkus kado itu, menampakkan kardus coklat tanpa motif. Dibukanya kardus itu. Matanya berbinar ketika mendapati kotak musik itulah yang menjadi hadiah ulang tahunnya.

"Kau suka?" tanya papanya yang dibalas oleh senyuman lebar Andreas.

Andreas sangat senang mendapatkan hadiah itu. Andreas sangat menyukai musik. Seringkali ia meminta ibunya memainkan piano untuknya di pagi hari. Ibunya seorang pianis yang handal. Kelak suatu hari nanti Andreas akan mengikuti jejak ibunya. Itulah impiannya.

---

Sore itu Andreas hanya termenung di depan rumahnya ketika para tetangga datang kepadanya dengan tatapan iba.

"Andreas, kau harus jadi anak yang kuat, ya!" Itulah yang dikatakan Bibi Jane, tetangganya sekaligus adik dari ibunya.

Andreas hanya menunduk, menatap kosong kerikil-kerikil di hadapannya. Bruno datang menghampirinya. Merebahkan diri tepat di sisi kaki Andreas seraya mengibas-ngibaskan ekornya. Menyadari kehadiran Bruno, Andreas tersenyum. Dipandanginya Bibi Jane dan tetangga-tetangga lainnya seraya tersenyum tulus.

"Terima kasih Bibi dan Paman sekalian. Tak usah mencemaskanku. Aku baik-baik saja, kok," ujarnya. Bibi Jane hendak menangis melihat wajah polos yang tegar itu. Betapa malangnya bocah ini. Pikirnya.

"Bibi Jane, aku ingin jalan-jalan dulu dengan Bruno. Tolong jaga rumah ini ya, Bi!" pinta Andreas.

Semenjak hari itu, Andreas selalu mengunjungi pantai ini. Duduk di bangku tua didampingi oleh Bruno, anjing kesayangannya seraya mendengarkan nada-nada yang indah melantun dari kotak musik itu. Sudah tiga bulan berlalu. Andreas masih tetap menunggu keajaiban itu datang.

Dia menanti datangnya hari di mana kapal pesiar yang membawa pulang kedua orang tuanya muncul dari ujung laut. Hari di mana orang tuanya kembali untuk memberikan kehangatan dalam setiap hari yang dilaluinya. Meski ia tahu itu tak akan mungkin terjadi. Kapal pesiar itu tak akan pernah lagi sampai ke daratan. Tak akan pernah membawa orang tuanya pulang. Kapal itu telah menjadi bagian dari lautan. Dan tiap manusia yang ada dalam kapal itu, jiwanya telah tertidur di dasar lautan. Begitu pula kedua orang tuanya. Meski begitu ia tetap juga menanti hingga hari ini. Terus menanti hingga kelak suatu hari nanti nada-nada indah dari kotak musik itu benar-benar hilang terbawa angin dan tak akan pernah terdengar lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NADA-NADA MEMORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang