Aku tidak tahu dimulai dari mana, tapi yang ku tahu kau tersenyum begitu damai kearah ku beberapa menit yang lalu.
Suara indah mu yang kurindukan kembali terdengar meski tidak senyaring dulu itu lebih baik dibandingkan dengan diam mu. Kau bercerita dengan antusias tentang mimpi mu semalam, mimpi indah bagimu.
Aku mendengar cerita bahagia. Tentang semua yang kau peroleh saat ini, kau berkali kali tersenyum lebar. Aku hanya dapat membalas "aku berjanji akan selalu membuat mu bahagia" dan kau kembali membalasnya dengan kata kata itu lagi.
Wajah bahagia mu adalah hadiah terbaik untuk ku. Senyum yang kau tunjukan pada ku cukup membuat penat dan lelah ku musnah dalam sekejap. Hangat sorot mata mu, selalu membuat ku kembali kuat berdiri tegak di atas ranjau dunia.
Walau mungkin di setiap sadar ku, kau bukan hal terbesar, namun kau adalah pondasi ku. Tidak terlalu terlihat namun menentukan. Jika hal itu tidak ada maka semua hancur.
Dalam setiap doa ku tak pernah luput satupun, hampir semua tentang dirimu tak pernah ku lupa. Ya hampir, karena terkadang aku melupakan mu, aku minta maaf tidak bisa seperti dirimu yang memusatkan dunia kepada ku.
Hari ini, mungkin akan menjadi hari yang tidak mungkin aku lupakan sepanjang sisa hidup ku. Dimana semua doa doa ku terkabul dihari ini. Kabar baik dalam usaha ku, berkumpulnya semua orang yang penting bagi ku, dan dirimu yang kembali menunjukan senyum indah dengan hangatnya sinar mata mu. Semua dari hal yang menurut ku tidak mungkin terjadi dihari ini. Sampai satu hal yang tidak pernah terbayangkan oleh ku dalam waktu dekat ini.
Sebuah hal yang aku lupakan dalam doa ku. Hal yang seharusnya aku panjatkan tanpa pengecualian, namum sepertinya aku melupakannya. Sehingga tepat dihari ini doa yang belum sempat ku panjatkan menyapaku.
'aku ingin melihat mu tersenyum' Tuhan menjawabnya, kau tersenyum dihari ini
'aku ingin mendengar suara indah mu" Tuhan juga menjawabnya, kau kembali menceritakan dengan suara berat mu
'aku ingin kau kembali sehat' Tuhan masih menjawabnya, hari ini raut kesakitan mu menghilang dan tergantikan dengan raut bahagia
'aku ingin kau tidak lagi merasakan sakit' dan tepat di detik ini Tuhan kembali menjawabnya.
Tetapi kenapa aku tidak bisa merasakan bahagia?
Raga ku terlempar jatuh, dunia ku berhenti, dan aku mulai merasakan sulit untuk tetap bernafas.
Mata ini tak ingin lepaskan pandangan dari wajah mu. Senyum mu masih terukir indah, walau pucat. matamu dengan damai mengatupkan kelopaknya.
Bibir ku kelu dan tertutup rapat. Kupingku berdengung kencang sampai aku tak dapat mendengar apapun.
"Ayah buka mata mu, tolong jangan malas untuk bernafas"
"Ayah tolong jangan terlalu terlena dengan tidur mu"
"Ayah"
"yah"
Ayah aku tahu kau lelah, tapi bisakah kau menopang ku sekali lagi. Tolong hentikan mereka yang meneriaki ku dengan kata-kata penenang. Bagaimana aku bisa tenang jika orang yang menenangkan ku kini masih betah menutup matanya.
Kau pernah mengatakan pada ku mereka yang terbaring dibawah gundukan sana 'mereka hanya terlalu malas dan lelah untuk bernafas' lalu mengapa engkau kini mengikuti mereka? Ayah
Ayah maafkan aku,
Aku lupa caranya bersyukur hari ini. Aku lupa dengan anugrah yang Tuhan berikan kali ini, karena semua alasan dari doa-doa ku kini Ia rebut.Ayah, apakah kau tidak ingin memarahi ku? Aku kini merasa kecewa. Aku mulai berfikir seharusnya Tuhan tidak usah mengabulkan doa-doa ku, jika aku harus menggantinya dengan dirimu.
Ayah, hari ini aku melihat kau tersenyum dengan indah tanpa adanya hal-hal lain namun itu yang terakhir dari mu.
Aku mendengar suara indah mu bercerita namun itu merupakan pesan terakhir yang kau selipkan untuk ku.
Aku merasakan hangat sorot matamu yang membuat ku kuat sampai aku tidak sadar itu merupakan tatapan terakhir mu untuk ku.
Ayah walaupun kau berkata aku selalu membuat mu bahagia tapi, entah kenapa diriku digerogoti beribu-ribu rasa penyesalan. Aku belum dapat membahagiakan mu, memberikan yang terbaik untuk mu, seperti yang kau lakukan untuk ku.
Bahkan sekarangpun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Masih terus berharap mentari segera cepat-cepat terbit, lalu kau terbangun dari tidur lelap mu, atau mungkin aku yang seharusnya bangun dari mimpi buruk ku.
"jika seseorang itu pergi bukan hanya karena dikecewakan dan lelah dengan dirimu. Tapi ia sudah merasa sangat bahagia dan merasa jika terlalu lama ia akan semakin serakah. Maka sebab itu lebih baik ia pergi"
-Ayah-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Buruk Ku
Short StoryAku harap sang mentari akan segera menampakan sinar tenangnya, agar aku tersadar dari mimpi buruk yang sama sekali tidak pernah aku harapkan, Dan dia juga kembali tersadar dari tidur damainya.