part 1

16 2 0
                                    

"Hoi"

Batin seorang gadis yang tengah melihat pesan mengambang dalam layar ponselnya itu.

|Hoi

Apa?|

* mengirim gambar *

|Nih fotonya mas revan

Heh sinting, ngapain dikirim ke aku?|

|tadi katanya mau lihat

Becanda bogeng|

|yah terlanjur, btw orgnya bentar lg dm tuh

Boong, kau kan kang kibul.|

|buset, serius bodoh

Y sj|

——

Secepat kilat gadis itu menutup ponselnya. "Rara kimpriiitt, buat apa dikirim coba?! Menuh menuhin galeri doang, memoku udah sekarat dasar pabo!" oceh gadis itu geram.

Ia merasakan wajahnya memanas, jantungnya berdetak kencang tanpa alasan. Betul-betul aneh, padahal jika dibandingkan dengan Choi Soobin wajah pria itu tidak begitu tampan, bahkan jauh dari kata tampan. Gadis itu langsung menggeleng keras dan memukul-mukul kepalanya pelan.

Disisi lain..

"Dek, Dek Noya" tak ada jawaban. "Eunnoia litani mangata!" Triak Aya kepada bocah yang tengah memukul-mukul kepalanya sendiri layaknya orang gila itu.

Dengan wajah memerah Noya menjawab, "Astagfirullah apa sih mbak? Bikin kaget mulu, santai dong!" Sahut Noya tak tahu diri. "Wah bener bener ni anak. Itu loh di depan gerbang Ana triak triak manggil kamu dari tadi" spontan Aya menoyor jidat Noya karena geram dengan kecongekan adiknya itu.

Noya hanya memamerkan gigi dan terkekeh pelan, "kalo gitu dadah mbak Ayaa, Noya main dulu yaa!" Seru Noya penuh semangat hanya di balas angukan oleh sang kakak.

Noya berlari menghampiri Ana yang sedari tadi tak berhenti mengicaukan nama Noya, "Aaa Anaa nunggu lama yaa?? Maaf maaf" mimik bersalah timbul pada wajah Noya. Sore ini mereka berencana jalan jalan keliling komplek lalu menghirup udara segar di pinggir kolam ikan milik ayah Ana.

Walau hampir 15 menit Ana menunggu, ia tetap membalas sapaan Noya dengan senyum hangatnya "Iya gapapa, ayo jd ga?" Jika di pikir pikir Ana adalah manusia paling sabar jika dihadapkan dengan Noya, entah apa yang Ana minum. Mungkin amer? Becanda y, serius amat lu.

Tanpa basa basi Noya menarik tangan Ana dan berjalan mengelilingi komplek rumahnya. Sesuai dengan rencana, mereka juga menghabiskan waktu untuk sekedar duduk-duduk santai di pinggir kolam ikan.

"Na" dengan senyum tipis Noya menyenggol tangan Ana tanpa mengalihkan pandangannya dari kolam. "Em?" Respon Ana singkat. "Aku tau mukanya mas Revan loh" Noya berlagak songong, ya memang songong sih.

Ana dengan cepat menoleh kearah Noya tidak lupa dengan matanya yang melotot tak percaya. "Buset cepet amat, kok bisa? dapet dari? Kamu ngestalk dia? Ato jangan jangan kamu manggil dukun?" Noya hanya menoleh pelan dan menatap mata sepupunya itu.

Ana yang hanya ditatap menajamkan mata lalu menaik turunkan kedua alisnya meminta jawaban. Tatapan Ana dengan cepat membuat Noya bergedik ngeri, sedangkan Ana terus menerus menajamkan tatapannya pada Noya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang