Dua minggu telah berlalu. Masa liburan yang cukup singkat akhirnya selesai. Saehee dan Jungkook telah kembali ke Seoul tiga hari yang lalu. Tak banyak yang berubah. Hanya saja keduanya sering menyelinap pergi berdua saat Jimin sedang bekerja di kantornya.
“Professorku galak sekali. Banyak yang dapat nilai C semester lalu. Bukankah itu mengerikan?” tutur Saehee sambil menyuapkan sesendok Jjampong kedalam mulutnya.
Jungkook yang duduk di seberangnya mengulum senyum. “Apa yang kau takutkan? Kau murid terpintar di angkatan sekolah kita, salah satu yang terbaik di negeri ini. Kau pasti bisa melewati semester ini dengan mudah.”
Restoran itu lumayan ramai pada saat jam makan siang. Banyak pekerja kantoran dan mahasiswa yang berkunjung dan mencicipi Jjampong terkenal yang ada di restoran itu. Kursi dan mejanya hampir penuh, membuat restoran lumayan riuh dengan pembicaraan yang dilakukan oleh orang-orang itu.
“Ramai sekali. Untung saja kita kemari lebih dulu. Jika tidak, kau mungkin tidak akan merasakan Jjampong terkenal di dekat kampus ku ini kan,” kata Jungkook sambil melihat ke sekelilingnya yang mulai ramai dengan pelanggan restoran yang baru datang.
Saehee hanya tersenyum sambil menyeruput kuah merah dari mangkuk besarnya. Mereka saling bertatapan dan berbincang ringan mengenai kesan mereka saat menghabiskan liburan bersama selama hampir seminggu, juga beberapa restoran rekomendasi yang ada di masing-masing kampus mereka.
Ponsel Saehee berdering. Gadis itu menjeda makannya lalu segera mencari ponselnya didalam tas. Nama Park Jimin segera tertera di layar. Saehee menatap Jungkook sebentar, lalu mengangkat panggilan dari pacarnya itu.
“Halo,” kata Saehee sambil terus melirik Jungkook yang tengah sibuk melepaskan daging kerang hijau dari cangkangnya, salah satu bahan tambahan di Jjampong mereka.
“Kau sedang dimana?”
“Aku sedang makan siang. Oppa sudah makan siang?"
“Aku baru saja akan keluar dengan rekan kerjaku. Ada restoran Jjampong terkenal di dekat sini. Tidak terlalu dekat, tapi salah satu atasanku sangat merekomendasikannya.”
“Restoran … Jjampong?” tanya Saehee dengan mata lumayan terbuka lebar. Jungkook yang tengah asik menyeruput kuah Jjampong-nya segera mengangkat wajahnya dan menaikkan alisnya kearah Saehee.
“Iya. Aku tiba-tiba teringat padamu. Aku tahu kau sangat suka makanan pedas.”
Saehee terdiam. Matanya dan Jungkook masih saling bertatapan, seolah mengirim sinyal bahwa mereka dalam keadaan yang cukup genting saat ini. Satu hal yang Saehee lupakan. Kawasan kampus Jungkook dan kantor Jimin berdekatan. Pasti restoran ini yang dimaksud Jimin.“Saehee-ya?”
“I-iya.”
“Aku tutup dulu ya. Kami sudah mau sampai. Aku akan menelponmu lagi nanti. Makanlah yang banyak. Aku tidak ingin pacarku jadi kurus.”
Sambungan telepon terputus bahkan sebelum Saehee sempat membalas kata-kata Jimin.
“Park Jimin, dia kesini.” Saehee dengan wajah lumayan panik langsung mengadu kepada Jungkook.
“Apa? Sungguh?”tanya Jungkook yang ikut panik. Ia menatap mangkuk Jjampongnya yang masih sisa banyak. Mereka baru 20 menit berada di restoran tersebut. Hidangan mereka baru datang 5 menit yang lalu dan mereka bahkan belum menghabiskan setengahnya.
Saehee tak menjawab. Ia hanya memasukkan satu suapan besar diikuti dengan suapan berikutnya secara terburu-buru. Jungkook yang ikut panik mengikuti Saehee. Ia bahkan sempat memasukkan dua buah udang cukup besar kedalam mulutnya yang lumayan penuh. Setelah dirasa cukup, mereka berdua langsung mengemasi barang bawaan dan lari terbirit-birit keluar restoran dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Untung saja mereka sudah melakukan pembayaran saat memesan makanan di awal.Keduanya segera memasuki mobil Jungkook yang terparkir tepat di depan restoran. Tak ada percakapan selama beberapa menit. Keduanya masih fokus untuk mengunyah makanan yang masih berada di mulut masing-masing.
“Ah, apa-apaan ini?” kata Jungkook setelah menelan habis makanan di mulutnya.
“Aku tidak tahu. Ah, padahal Jjampongnya enak,” gerutu Saehee yang menatap kearah pintu restoran itu.
“Hei hei hei!” Telunjuk Jungkook mengarah kedepan, tepat kearah SUV hitam yang baru saja terparkir di depan mereka. Mata keduanya terbelalak saat melihat sosok Park Jimin keluar dari mobil bersama 2 wanita dan 2 pria rekan kerjanya. Mereka berbincang ringan sambil berjalan menuju restoran.
Saehee dan Jungkook refleks menunduk, mencoba menyembunyikan tubuh mereka agar tak terlihat dari kaca mobil yang tak terlalu tebal. Jimin melewati mobil Jungkook, bahkan sempat menoleh sebentar kearah mobil sebelum memasuki restoran.
“Sudah?” tanya Jungkook sambil perlahan menyembulkan kepalanya sambil terus melirik kearah restoran.
“Ayo cepat! Jalankan mobilnya!” suruh Saehee. Ia masih menyembunyikan tubuhnya. Saehee masih merasa tak tenang dengan keberadaan mereka. Ia tak ingin tertangkap basah tengah berduaan dengan mantan pacarnya oleh Jimin.
Tanpa ba-bi-bu, Jungkook segera menginjak pedal gas, memajukan mobilnya meninggalkan TKP. Setelah beberapa menit, mereka baru bisa menarik nafas lega dan Saehee berani menegakkan tubuhnya.
“Jantungku nyaris copot,” keluh Saehee sambil memegangi dadanya.
“Jjampongku …. Jjampongku ….” Jungkook memegangi perutnya. “Kurasa Jjampong yang tadi ku telan baru saja tersesat di ginjal. Perutku langsung tidak nyaman.”
“Aish. Untung saja tidak ketahuan.”
“Tapi tunggu. Bukankah kita sepupu?” Jungkook mencoba mengingat kembali skenario lama yang pernah mereka jalankan. Bukankah harusnya Jimin tidak cemburu jika Saehee keluar dengan sepupunya?
Saehee menepuk jidatnya. Ia terlalu kalut dengan situasi tadi. Pikirannya hanya terpaku pada kenyataan antara dirinya dan Jungkook yang berstatus mantan pacar. Mungkin lebih dari itu, walaupun belum di resmikan.“Ah. Aku terlalu panik tadi,” omel Saehee sambil memijat keningnya. Kepalanya tiba-tiba pusing setelah melakukan adegan kucing-kucing dengan pacarnya tadi.
Jungkook tersenyum manis. “Tidak apa-apa. Kita lakukan skenario itu lain kali.”“Aku seperti pencuri yang baru saja berhasil melarikan diri dari kejaran polisi.”
“Kau memang pencuri. Kau pencuri hatiku,” rayu Jungkook sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Saehee diiringi senyum genit khasnya.
“Iyuuuw. Menjijikkan!” protes Saehee. Ia mengibas-ngibaskan tangannya di samping Jungkook, merasa rayu dengan gombalan receh dari Jungkook barusan.
“Aku tahu kau menyukainya,” goda Jungkook.
“Tidak!” bantah Saehee dengan cepat.“Wajahmu merah, sayang.”
“Jeon Jungkoooooook!!!”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
Fiksi PenggemarDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...