Happy reading!
~~Shani perlahan membuka kedua matanya, ia merasa tidak asing dengan langit-langit kamar tersebut. Shani memijat pelan kepalanya, lalu bangkit dari tidurnya. Shani mengambil gelas yang berada disamping tempat tidurnya dan tanpa ragu ia memecahkan gelas tersebut. Shani mengambil salah satu pecahan gelas itu dan berjalan menuju pintu.
Baru saja Shani hendak membuka pintu, knop pintu tersebut berputar. Shani menunggu sampai pintu tersebut terbuka dari luar. Begitu seseorang itu masuk, Shani langsung menodongkan pecahan gelas tadi tepat pada leher Jessica.
"S-Shan calm down-"
Shani semakin menekankan pecahan gelas tadi hingga berhasil menggores tipis kulit leher Jessica.
"S-Shan lo baru aja bangun setelah pingsan 2 hari, jadi tenang dulu ya!" panik Jessica.
Shani seketika terdiam ditempatnya, dan situasi itu dimanfaatkan oleh Jessica. Jessica menyikut perut Shani dan meloloskan diri dari Shani. Shani menatap kosong pecahan gelas yang berada dalam genggamannya.
"2 hari?" tanya Shani mencengkram kuat pecahan gelas di tangannya, hingga tanpa sadar darah segar mengalir begitu saja.
"Dimana Reynan?" tanya Shani menatap lurus pada Jessica.
Belum sempat Jessica menjawab pertanyaan Shani, Reynan sudah berada di hadapan Shani. Shani mengalihkan pandangannya pada Reynan. Shani menatap marah pada Reynan, perlahan Shani menghampiri Reynan. Reynan diam ditempatnya, bahkan saat Shani menodongkan pecahan kaca pada dagunya, Reynan tetap diam dan hanya memberikan ekspresi bingungnya.
"Gracia, gimana kondisi dia?!"
Reynan menatap bingung pada Shani. "Kamu udah inget dia?"
Sekarang giliran Shani yang menatap bingung pada Reynan.
"Lo ini bangun-bangun nanyain kondisi Gracia, ya mana kita tau." ucap Jessica membuat Shani seketika menoleh dan menatap bingung pada Jessica dan Reynan secara bergantian.
"Papa ngancem mau bunuh keluarga Gracia-"
"Lo mimpi kali!" ucap Jessica memotong ucapan Shani.
"Shani kamu mungkin halusinasi, Papa ga pernah ngomong gitu" ucap Reynan semakin membuat Shani kebingungan.
Shani menggelengkan kepalanya cepat. "Engga! Shani masih inget semuanya! Kalian jangan coba bohongin-"
"Apa yang bisa lo inget, begitu dateng kesini lo pingsan. Nyusahin doang tau ga?!" ketus Jessica.
"Gw pingsan karna di pukul!" ucap Shani marah.
"Kamu pingsan karna kecapean Shani, bukan karna di pukul" ucap Reynan semakin membuat Shani tidak mengerti dengan situasi yang terjadi sekarang.
Shani yakin apa yang terjadi pada hari itu semuanya nyata dan bukan halusinasi ataupun mimpi. Shani tiba-tiba mengingat dokumen yang sudah ia tanda tangani. Dengan cepat ia mendorong Reynan agar menyingkir dari hadapannya. Shani berjalan cepat menuju ruangan Reynan. Shani bisa membuktikan bahwa dirinya tidak berhalusinasi jika ia menemukan dokumen itu. Shani mengacak-ngacak ruangan Reynan, namun anehnya ia tidak menemukan dokumen itu dimana pun.
Shani kembali ke kamar dimana Reynan dan Jessica berada. Shani juga mengingat jika kopernya tertinggal di mobil seseorang.
"Koper! Koper Shani mana? Kalau bener semua itu cuma halusinasi Shani, koper itu harus ada-"
"Tuh!" potong Jessica menunjuk koper milik Shani disudut ruangan.
Shani mengikuti arah yang ditunjuk oleh Jessica, dan benar koper miliknya ada disana. Reynan menghampiri Shani dan memberikan dokumen yang mirip dengan dokumen yang sudah Shani tanda-tangani sebelumnya. Shani mengambil dokumen tersebut, namun dokumen tersebut kosong, tanda tangan miliknya menghilang pada kertas tersebut. Shani sekarang mulai berpikir mungkin saja apa yang terjadi pada malam itu hanyalah khayalannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]
Fanfiction"Kenapa rasa sakit ini ga ada habisnya?" "As long as you're here, I'll enjoy this endless pain" [28 Feb 2021 - 08 Agust 2021]