Pagi ini aku melewatkan waktu tidurku. Aku terjaga di depan pintu kelas menunggu seseorang datang. Tapi langit masih gelap gulita. Rembulan masih malu malu untuk menampakan diri. Udara lebih dingin dari hari hari biasanya. Apakah sudah masuk musim penghujan? Aku tidak peduli. Aku hanya berharap Miko datang lebih awal dari biasanya.
Pukul 06.00 pagi, petugas kebersihan menyapaku. Beberapa kelas lampunya dimatikan. Tenang, pencahayaan di sekolahku sangat bagus.
Aku masih berdiri di depan pintu. Waktu secara singkat berlalu. Jantungku semakin berdetak kencang. Tapi sosoknya belum terlihat.
Pukul 06.55 pagi. Aku masih berdiri di depan pintu. Beberapa siswa yg melewatiku memandangku dengan tatapan aneh. Aku masa bodo. Sebentar lagi pembelajaran pertama akan dimulai. Bagaimana mungkin dia belum sampai juga? Apakah dia sakit? Pikiranku kemana mana. Aku dibuat tidak tenang. Bagaimana ini? Apakah dia baik baik saja? Apakah aku harus menghampirinya?
Tapi sebelum bel berbunyi, aku melihatnya berjalan kearahku. Dengan senyum yg menawan dia memakai hoodie abu-abu. Pagiku sangat cerah melihat senyum seindah itu. Ketika aku ingin menghampirinya, aku tersentak oleh sosok iblis di samping Mikoku, bisa-bisanya penyihir itu tertawa di samping Mikoku.
Kedua sejoli itu semakin mendekat kearahku, aku bisa melihat bagaimana penyihir itu tersenyum. Dia tersenyum menggoda kepada para lelaki, tapi lihat dia tersenyum iblis kearahku.
Aku benar-benar sudah muak dengan dia. Ketika dua sejoli itu melewatiku, tangan ini benar-benar menarik rambut hitam lebat milik Kela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Terbuka Untuk Sepi
Fiksi UmumAkan aku ceritakan dari sudutku. Akan ia ceritakan dari sudutnya. Agar kamu bisa melihat dari segala arah.