"Selamat ulang tahun, Sunoo," kata Heeseung pagi itu.
24 Juni, Sunoo memulai hari dengan senyum terpatri di wajahnya. Di meja makan, tak hanya ada menu sarapan yang dimasak Heeseung, tapi juga ada cake dengan lilin bertuliskan angka 26 di atasnya.
"Yang kutahu kau suka mint choco, jadi aku beli cake ini khusus untukmu."
"Terimakasih Kak."
Heeseung tersenyum sambil mengusak sayang rambut Sunoo.
Mereka pun sarapan dengan tenang. Selesai sarapan, Sunoo dikejutkan dengan kotak merah berpita putih dari alpha itu.
"Ah Kak, kenapa repot-repot."
"Siapa yang repot? Tentu saja yang berulangtahun harus dikasih kado."
Tapi Sunoo tetap membuka kado itu. Ternyata adalah sebuah kalung dengan berlian putih sebagai bandulnya.
"Mau kupakaikan?"
Sunoo mengangguk sambil tersenyum.
Pria yang lebih tua dua tahun darinya itu lantas bangkit dan memakaikan kalung tersebut untuk Sunoo. Ia bisa sedikit mencium aroma Sunoo yang begitu manis.
"Cantik sekali untukmu."
Sunoo terkekeh geli sambil memegangi bandul kalungnya.
"Bagaimana kakak bisa kepikiran memberiku kalung?"
Heeseung berjalan kembali ke kursinya.
"Hanya itu yang kupikirkan saat sedang mencari kado untuk orang yang spesial."
Ekspresi Sunoo sempat berubah. Antara kaget dan tidak percaya. Namun senyum Heeseung yang sama, membuatnya kembali ikut tersenyum.
Meski dalam hati dia sedikit menyayangkan kenapa bukan alphanya yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.
Hari itu toko buka, Sunoo tetap kerja. Dia menoleh saat lonceng dari pintu berbunyi. Senyumnya merekah menyambut pelanggan pertama.
"Selamat pagi. Ada yang bisa dibantu?"
Seorang gadis muda, terlihat seusia Niki, tampak melihat kesana-kemari memandangi cake dan roti yang dipajang di etalase. Di sebelahnya ada seorang pria yang jauh lebih tua, dan kehadirannya sukses membuat Sunoo melebarkan matanya.
"Oh? Kim seonsaengnim?" seru pria itu sambil menunjuk Sunoo.
Gadis itu juga terkejut, dia pun ikut menatap Sunoo.
"Kak Jihoon kenal dia?" tanya gadis itu penasaran.
Pria bernama Jihoon itu mengangguk. Dia pun tersenyum simpul pada Sunoo.
"Rupanya kau tinggal disini setelah resign dari pekerjaanmu."
Sunoo dengan senyum kikuk mengangguk. "I-iya. Kau bagaimana bisa disini, Jihoon-ssi?"
"Ah aku hanya sedang berlibur dengan kekasihku."
"Oh begitu. Mari, silahkan dipilih roti yang kalian suka."
Pasangan itu pun mulai sibuk memilih roti yang mereka mau. Di saat mereka membayar, si gadis diam-diam mengambil selfie dengan latar belakang tempat kasir yang tentu saja memperlihatkan punggung Jihoon serta sedikit wajah Sunoo. Dengan senyum puas, dia pun mengunggah foto tersebut ke seseorang dan media sosialnya.
"Terimakasih atas kunjungan kalian. Semoga liburannya menyenangkan," kata Sunoo dengan ramah di saat pasangan tersebut akan pergi dari tokonya.
Ketika mereka sudah tak terlihat lagi, Sunoo menghela napas. Dia lega Jihoon tidak bertanya macam-macam padanya. Sebab perlu kalian tau bahwa Jihoon bekerja di yayasan sekolah tempatnya bekerja dulu. Namun Sunoo yakin pria tersebut tidak akan bilang siapa-siapa terutama Niki soal keberadaannya di Jeju.
🥞🥞🥞
Di lain sisi, Niki terpaksa ikut Hyewon ke Jeju untuk "liburan" mereka. Ibu Hyewon memberi keduanya tiket liburan selama 3 hari ke Jeju. Mau tak mau keduanya pun menerima tiket itu dan sepakat pergi bersama.
Tentu saja dengan mengetahui karakter Hyewon, mereka tidak hanya berdua saja berangkat ke Jeju. Gadis itu mengajak kekasihnya, yang masih bekerja sebagai guru, bernama Kim Jihoon.
Mereka pun berangkat bersama ke Jeju. Niki dan Jihoon bertukar tempat duduk. Dia malas dekat-dekat dengan Hyewon.
Pikiran Niki kosong ketika dalam perjalanan udara. Dia masih terus memikirkan Sunoo. Memikirkan kemungkinan di mana omeganya berada. Rasa rindunya sudah mencapai puncak. Hingga tanpa sadar air matanya menetes.
Sesampai di Jeju, mereka menyewa hotel 2 kamar. Tentu saja Niki memilih kamar sendiri. Tak seperti Hyewon dan Jihoon yang dengan antusias mulai pergi jalan-jalan menjelajahi pulau indah itu. Niki memutuskan untuk tetap berada di kamar, menyibukkan diri dengan bermain game online di ponsel sambil menyalakan Netflix di laptopnya.
Mungkin baru besok dia akan keluar, mengambil beberapa foto dengan Hyewon sebagai bukti pada orangtua mereka kalau keduanya sedang liburan betulan.
Selama hari pertama itu, Hyewon terus saja membombardir ponselnya dengan foto-foto selfie Hyewon ketika mengunjungi beberapa tempat. Niki sebenarnya malas sekali melihatnya. Tapi setelah Hyewon terus menerus meneleponnya dan menyuruhnya untuk melihat foto-fotonya, mau tak mau Niki pun melihatnya.
Yah, tidak ada yang menarik. Hanya Hyewon selfie dengan pacarnya.
Hampir saja Niki akan menghapus semua foto-foto tersebut hingga akhirnya dia menyadari sesuatu.
"Sunoo?"
Niki mencoba memperbesar foto selfie Hyewon ketika sedang berkunjung ke toko roti. Lebih tepatnya pada seseorang yang sedang melayani pasangan tersebut saat membayar.
Mengetahui bahwa pria itu benar-benar Sunoo, matanya pun melebar. Dengan segera dia turun dari ranjangnya dan bergegas pergi menuju toko roti tersebut.
"Cepat beritahu aku dimana toko roti itu!" seru Niki saat menelepon Hyewon sembari menunggu lift mencapai lantai 1.
"Oke oke Tuan pemarah. Aku tentu saja akan memberitahumu, makanya tadi aku meneleponmu untuk segera melihat–"
"Ck! Bisa tidak sih kau langsung katakan saja, hah?!"
"Iya iya astaga. Aku akan kirim lewat chat. Sudah dulu."
Telepon diputus secara sepihak oleh Hyewon. Niki tampak sangat gelisah menunggu lift sampai di lantai dasar. Ponselnya berdenting, tanda ada pesan masuk.
Setelah sampai di lantai satu, dia segera berlari keluar, mencegat taksi yang lewat. Tanpa ba bi bu, dia langsung menunjukkan alamat di ponselnya pada sopir.
Perasaan Niki sudah tak karuan lagi. Rindu, bahagia, kesal, marah, semuanya bercampur menjadi satu. Bagaimana bisa ibunya dan Sowon membuang Sunoo sampai sejauh ini? Dan dimana Sunoo tinggal? Kenapa Sunoo sampai bekerja di toko roti? Semua pertanyaan itu memenuhi kepalanya hingga rasanya akan meledak saat itu juga.
Semakin dekat dengan tujuan, detak jantung Niki terdengar makin heboh. Rupanya toko roti tersebut tepat berada di tepi jalan, bentuknya mungil dari depan. Menggunakan pintu dan dinding kaca sehingga Niki dapat melihat toko tersebut sedang sepi pengunjung dengan seorang pria yang tengah sibuk mengelap dinding kaca dari dalam.
Segera setelah taksi berhenti di seberang toko, Niki langsung membayar ongkos dan buru-buru turun. Rasanya sangat mendebarkan. Hanya beberapa langkah saja dia akan bisa merengkuh omeganya dalam pelukan sarat kerinduan.
"Sunoo...."
Langkahnya terhenti saat melihat seorang pria jangkung yang tiba-tiba datang, dan langsung menyapa Sunoo. Mereka terlihat mengobrol akrab, membuat Niki mengerutkan dahi tak suka.
Sejak kapan Sunoo, omega manisnya dekat dengan alpha lain?
Tbc
Akhirnya bisa update juga 😌
Maaf aku udah agak kehabisan ide 😭 maafkan kalo setelah ini ceritanya jadi ngalor ngidul