satu

578 55 1
                                    

Park Jimin berjalan menyusuri trotoar yang becek karena hujan. Jalanan begitu sepi karena waktu yang memang sudah menunjukan pukul 1 malam.

Tangannya setia berada didalam saku hoodienya. Kepalanya tertutup topi hitam.

Sungguh tidak banyak yang tau bahwa dibalik hoodie besarnya ada tubuh yang terpahat dengan sempurna dan dibalik topi hitamnya ada wajah bak malaikat yang pucat namun sangat tampan.

Selain malam yang sunyi setiap langkah lelaki itu juga sangat tenang. Meskipun begitu siapa yang sangka bahwa sedari tadi tangannya yang berada disaku hoodie tengah bermain-main dengan pisau lipat kecil.

Kepalaya mendongak ketika tiba-tiba ia dihadang 3 orang laki-laki.

Bau alkohol tercium.

"Hei anak muda apa yang kau lakukan malam-malam begini?" salah satu dari mereka mendekati Jimin.

Wajah lelaki itu cukup mengerikan dengan beberapa luka sayat diwajahnya.

"Kau tuli? Bisu?"

Tangan lelaki itu mulai menepuk-nepuk pipi Jimin dengan sedikit kasar.

"Lihatlah bocah ini, tidak tau sopan santun sekali"

Lalu salah satu dari mereka melihat jam tangan milik Jimin.

"Kau anak orang kaya ternyata" katanya memegang tangan Jimin dan mengamati lebih jelas jam tangan mahal yang dikenakan Jimin.

"Apalagi yang kau punya hah"

Jimin masih diam saat mereka mulai dengan kasar mencari barang berharga ditubuhnya.

"Berhenti" ucap Jimin lirih.

Lelaki dengan tatto ditangannya berhenti "Bilang apa kau bocah?"

"Berhenti"

Lalu lelaki bertatto itu mencengkeram kerah hoodie Jimin "Hei dengarkan aku. Jika kau ingin pulang dengan selamat lebih baik kau diam dan serahkan semua barang-barangmu"

2 laki-laki yang lain hanya diam dengan tetap meminum alkohol.

"Kubilang berhenti" dengan gerakan cepat Jimin menendang alat vital lelaki bertatto itu. Membuatnya jatuh tersungkur.

2 laki-laki lainnya terkejut. Namun karena pengaruh alkohol membuat mereka berjalan menghampiri Jimin dengan sempoyongan.

"Hei cecunguk sialan kau berani sekali" kata salah satu dari mereka.

Jimin dengan tenang mengeluarkan pisau lipatnya. Dia langsung mendekat dan berjongkok kearah lelaki bertatto. Membiarkan 2 lelaki yang masih berusaha mendekat kearahnya dengan keadaan mabuk.

"Aku sudah bilang berhenti" lalu Jimin mengambil sarung tangan lateksnya yang selalu disimpannya di kantung celana. Jemari Jimin terlihat sangat luwes bermain dengan pisau lipatnya. Jimin tidak terlalu suka basa-basi jadi lelaki itu bergegas menyayatnya tepat dipergelangan tangan lelaki bertatto. Membuat urat nadinya terputus dan darahnya terus mengucur dengan deras.

Jimin tertawa pelan melihat lelaki bertatto itu mencoba menghentikan pendarahannya.

Pisau lipat Jimin kembali diarahkan untuk menusuk pergelangan tangan lelaki itu beberapa kali. Jimin yang mendengar rintihan langsung memukul mulut lelaki itu dengan keras.

Ekor mata Jimin melirik kebelakang tubuhnya. Dengan gerakan cepat ia berputar langsung menendang kepala 2 lelaki itu.

Gerakannya sangat cepat dan gesit. Jimin menikam 2 lelaki itu diperut. Jimin tidak menyukai korbannya mati secara cepat, lebih menyenangkan jika melihat mereka sekarat dan memohon padanya.

Saat 2 lelaki itu sudah lemas karena tikaman diperutnya, Jimin mengambil kesempatan untuk memotong telinga keduanya.

"Sshh, jangan berisik" tangan Jimin menyumpal mulut mereka dengan batu-batu kecil yang berserakan ditrotoar.

Tangannya perlahan memotong telinga mereka. Seperti mengiris daging sapi yang lembut, rasanya menyenangkan.

"Lihatlah keadaan kalian sekarang. Sudah lebih baik karena aku memperbaiki wajah kalian"

Jimin berdiri. Sebelum pergi ia sempatkan menginjak wajah mereka dengan keras membuat wajah mereka rusak.

Darah berceceran dimana-mana. 3 lelaki dewasa sekarat dengan keadaan mengenaskan.

Jimin tersenyum melihat pemandangan yang ada didepannya.

Tubuhnya berbalik dan berjalan kembali. Melepas sarung tangannya dan kembali mengantonginya.

Ia menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. Senyum puas terbit diwajah dinginnya.

Wajahnya dingin namun tampan. Itu fakta.

Tubuhnya idaman para lelaki maupun wanita. Ototnya yang terbentuk sempurna, badan yang mengagumkan, garis wajah yang tajam, senyum yang menawan.

Sekilas terlihat seperti lelaki tampan pada umumnya, tapi sayang tidak ada yang tau siapa sebenarnya Park Jimin.



Julukan apa yang tepat untuk Park Jimin?

Mesin pembunuh? Psikopat berhati dingin? Malaikat berjiwa iblis?

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang