Satu Bulan Kemudian...
Hari telah menjelang pagi, Gulf kini sedang mandi bersama dengan Mew. Gulf mengusap lembut tubuh Mew dengan handuk basah yang telah diberi sedikit sabun.
"Lakukan dengan pelan!!" Kata Mew
"Ba-baik Tuan." Kata Gulf
Beberapa hari yang lalu, Davikah telah pergi. Pada akhirnya Davikah pergi sendirian ke Amerika dengan membawa semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya. Gulf kini merasa bingung, entah Gulf harus merasa senang ataukah harus merasa sedih. Gulf benar-benar merasa bingung saat ini, karena Davikah telah pergi ke Amerika tapi Davikah tidak pernah pergi dari hati suaminya, Mew. Gulf yang melihat Mew kini sedang bekerja dan menyibukkan diri menatap Mew dengan perasaan kasihan.
"Gulf, Tolong ambilkan aku minum!!" Kata Mew yang kini sedang sibuk membaca beberapa dokumen di atas kasur.
"Baik Tuan." Kata Gulf yang segera beranjak dari atas sofa.
"Gulf..." Panggil Mew yang menghentikan langkah kaki Gulf.
"Ya Tuan. Ada apa?"
"Ketika tidak ada Davikah, kau boleh memanggilku Phi." Kata Mew yang membuat Gulf sedikit kaget.
"Ba-baik Tuan eh Phi." Kata Gulf
Gulf langsung keluar dari dalam kamar itu lalu berjalan menuju ke arah dapur. Gulf hanya tersenyum sendirian sepanjang perjalanan menuju ke dapur.
"Phi..., Dia menyuruhku memanggilnya Phi walaupun kami sedang berdua. Apakah ini pertanda baik untukku?" Batin Gulf sambil tersenyum.
Para maid yang melihat Gulf tersenyum hanya menatap Gulf dengan tatapan aneh karena Gulf tersenyum sendirian sedari tadi. Setelah mengambilkan segelas air untuk Mew, Gulf langsung kembali ke dalam kamar. Sesampainya di depan pintu kamarnya, Gulf langsung membuka pintu ke kamar itu lalu masuk dan berjalan menghampiri Mew.
"Ini minumannya, Phi." Kata Gulf yang langsung meletakkan segelas air itu di atas meja nakas tepat di samping Mew.
"Terima kasih."
"Sama-sama." Kata Gulf yang langsung berjalan menuju kearah sofa dan duduk kembali di sana.
Kringgg... Kringgg...
Tiba-tiba saja hp Mew berbunyi, Mew mengambil hpnya yang berada di atas meja nakas lalu mengangkat telfonnya. Setelah selesai menelfon, Mew langsung menutup telfonnya dan meletakkan hpnya di atas meja nakas kembali. Gulf menatap Mew dengan tatapan bingung karena Mew terlihat sangat kacau saat ini.
"Apakah Davikah membuat masalah? Kenapa wajah Phi Mew terlihat seperti itu?" Tanya Gulf dalam batin.
"Gulf...." Panggil Mew dengan sedikit lembut.
"Huh? Ya? Ada apa Phi?" Tanya Gulf yang tersentak kaget ketika mendengar suara Mew yang sedikit melembut kepadanya.
"Mama, Mamamu telah meninggal dunia." Kata Mew
"Apa?? Jangan bercanda Phi, ini tidak lucu!!! Jika kau membenciku setidaknya jangan benci Mamaku sampai kau mendoakannya untuk meninggal lebih cepat." Kata Gulf kepada Mew
"Aku serius!!! Aku tak sejahat itu bermain-main dengan kata-kata itu, Gulf."
"Mama!! hiks.. hiks..." Gulf mulai meneteskan air mata dan menangis.
Gulf segera masuk ke dalam ruang ganti dan mengganti pakaiannya. Setelah melihat Gulf telah selesai mengganti pakaiannya, Mew menyuruh Gulf untuk membantunya. Setelah berganti pakaian, Mew dan Gulf langsung bersiap-siap untuk pergi ke acara pemakaman Mama Gulf. Gulf langsung mendorong kursi roda milik Mew keluar dari kamar dan menuju ke lift di rumah itu.
Beberapa Menit Kemudian...
Gulf dan Mew kini sedang berada di dalam mobil. Gulf menatap jalanan sambil terus mengusap matanya yang terus mengeluarkan air mata. Tanpa sadar tangan Mew menggenggam tangan Gulf dan mencoba menenangkan Gulf dengan mengelus tangan Gulf. Mew kini bingung harus melakukan apa. Mew menyadari jika selama ini yang dia lakukan kepada Gulf itu jahat namun dia punya alasan untuk melakukan itu semua.
"Jangan menangis lagi!!" Kata itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Mew.
"....." Gulf masih diam membisu namun air matanya tak berhenti keluar
"Masih ada aku di sini." Kata Mew melanjutkan kata-katanya tadi.
Sesampainya di rumah sakit, Gulf mendorong kursi roda Mew dengan sedikit lebih cepat. Sesampainya di ruangan kremasi, Gulf menghampiri mayat Mamanya yang belum di kremasi dan langsung memeluknya dengan erat. Gulf menangis sejadi-jadinya dan mengabaikan orang lain yang berada di dalam ruangan itu.
"Ma hiks.. hiks.. kenapa Mama meninggalkan Gulf? Hiks.. hiks.." Tanya Gulf
"....." Semua orang yang berada di dalam hanya membiarkan Gulf menangis tanpa berniat menenangkannya.
Setelah Gulf merasa sudah cukup lama memeluk mayat Mamanya, Gulf akhirnya melepaskan pelukan itu lalu mengikhlaskan kepergian Mamanya. Mew yang melihat Gulf dalam keadaan kacau kini kembali menggenggam tangan Gulf. Gulf membalas genggaman tangan Mew. Setelah selesai melakukan kremasi, Gulf dan Mew mengantarkan abu jenazah milik Mama Gulf yang telah berada di dalam sebuah guci ke sebuah tempat dimana orang-orang menaruh abu keluarga mereka yang telah meninggal di sana.
"Maafkan saya, karena saya terlambat memperkenalkan diri kepada Mama. Saya adalah Mew Suppasit, suami dari Gulf Kanawut." Kata Mew yang melihat kearah foto yang terpajang di samping guci itu.
"Phi, ayo kita pulang." Kata Gulf yang sudah tak sanggup melihat guci berisi abu Mamanya sendiri.
"Ayo..." Kata Mew
Gulf mendorong kursi roda Mew keluar dari ruangan itu lalu berjalan menuju ke parkiran mobil milik Mew. Sepanjang perjalanan pulang, Gulf terus melamun melihat kearah jendela sambil terus mengeluarkan air matanya. Mew yang melihat hal itu benar-benar tak tega. Tanpa Mew sadari hatinya juga ikut teriris.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Without You is Empty (END)
FanfictionGulf Kanawut yang terbiasa hidup dengan harta yang berlimpah harus jatuh ke jurang paling dalam kehidupan ketika mengetahui Ayahnya terlibat kasus korupsi dan pencucian uang. Gulf dipaksa harus bekerja untuk membayar semua utang-utang perusahaan nam...