Hujan masih turun deras hingga malam. Angin yang berhembus kencang membuat hawa semakin terasa dingin. Hamparan bintang yang biasanya bercahaya bahkan tak terlihat satu pun di atas langit.
Di dalam kamar nya Gema sedang duduk dilantai sambil memangku sebuah gitar. Tubuhnya berhadapan langsung dengan pintu balkon sehingga Gema bisa melihat dengan jelas air hujan yang turun dari luar.
Gema memetik senar gitarnya secara random sambil senyum-senyum sendiri. Gema sedang membayangkan kejadian sore tadi. Ternyata bermain hujan dengan Naya cukup mengasikkan dan membuat ketagihan.
"Naya, Naya, lucu banget sih lo." Gema terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Ia teringat ketika Naya memeluknya dengan erat. Entah mengapa, Gema merasa nyaman dan merasa tenang setiap kali Naya memeluknya.
•••••
07.20 a.m
"awas kalo lo ngintip!"
"iya ngga, dikit doang."
"GEMA!"
"boong elah Nay, buru lompat lo berat banget nih."
Gadis bersurai panjang itu akhirnya berhasil lompat dari dinding pembatas yang cukup tinggi dengan bermodalkan ketakutan. Ia lantas mendongakkan kepalanya, memperhatikan Gema yang sedang mengambil ancang-ancang untuk ikut melompat.
"ah akhirnya." Gema bergumam lega seraya membersihkan kedua tangan nya dari debu. Dengan bermodal kenekatan akhirnya Gema dan Naya berhasil masuk ke dalam gedung sekolah setelah memanjat dinding samping.
Bagi Gema dan Naya, hari ini adalah hari yang sangat apes karena bisa-bisanya mereka telat secara bersamaan.
Singkat cerita, Gema menemukan Naya yang sedang mondar-mandir didepan gerbang yang sudah ditutup ketika dirinya baru saja sampai. Gema mengatakan hal konyol nya kepada Naya untuk memanjat dinding samping jika ingin masuk kedalam sekolah. Naya sih iya-iya aja yang penting bisa masuk. Walaupun ia tahu resiko nya jika ketahuan akan diberi hukuman.
Netra abu-abu milik Gema kemudian menelisik ke sekitar untuk memastikan bahwa dirinya dan Naya aman. Sesaat kemudian, sebuah senyuman tersungging dibibir nya hingga mencetak lesung pipi yang membuatnya terlihat manis.
"aman." Gema melirik Naya sejenak, "yuk ke kelas."
Mereka berdua kemudian berjalan bersamaan menyusuri koridor yang tampak sepi. Wajar saja, pembelajaran kan sudah dimulai sejak tadi.
Namun, secara tiba-tiba ada sebuah tangan menarik telinga Gema hingga membuat sang empunya mengaduh kesakitan. Naya yang melihatnya pun ikut meringis, seolah merasakan apa yang dirasakan Gema.
"aw aw.. duh bu sakit.."
Bu Fina--guru BP yang terkenal killer memandang Gema dan Naya dengan tatapan tajam. Kedua tangannya sekarang berkacak pinggang.
"sebagai hukuman karena kalian telat, bersihkan semua toilet kelas sebelas dan kelas sepuluh!" kata bu Sarah tegas.
Kedua mata Gema dan Naya sontak terbelalak bersamaan.
"bu banyak banget-"
"jangan protes." kata bu Fina memotong ucapan Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENAYA STORY
Teen FictionMENGANDUNG KATA-KATA KASAR☑️ DI JAMIN BAPER☑️ Pernah mengalami lelaki yang kalian suka, menyukai teman kalian sendiri? Bagaimana rasanya? Sakit? Sesak? Tidak percaya? Ini yang tengah dirasakan oleh gadis bernama lengkap Genaya Martin. Bertahun-tahun...